SUPLEMEN PA MORIA 03-09 AGUSTUS 2025, JOHANES 9:1-5
Ogen :
Johanes 9:1-5
Tema :
KUASA DIBATA SI ERBAHAN PERBEDAAN
TUJUN : Gelah Moria:
- Ngasup nuriken kerna Kuasa Dibata ibas kalak si pentang
- Tek maka ibas kalak si berbeda lit kuasa Dibata
I.Pendahuluan
Menurut para ahli biblikal, Yohanes 9 ini merupakan sentral atau pusat dari Injil Yohanes. Kisah ini bukan hanya sekedar narasi tentang kuasa Tuhan Yesus, namun kisah ini tanda yang berkaitan erat dengan identitas diri Tuhan Yesus sebagai terang dunia—klaim Tuhan Yesus yang dicatat di dalam Yohanes 8:12. Kisah ini menegaskan otoritas Tuhan Yesus sebagai Terang Dunia. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada seorang nabipun dalam Perjanjian lama yang pernah melakukan mujizat mencelikkan kebutaan. Demikian pula dalam Perjanjian Baru, tidak pernah dicatat ada seorang murid Yesus/rasul yang melakukan mujizat serupa. Hanya Yesus seorang yang pernah mencelikkan orang buta dengan frekwensi lebih banyak daripada penyakit lainnya.
II.Isi
Dalam bacaan ini, Saat rombongan Yesus dan murid-muridNya melewati seorang yang buta sejak lahir, murid-muridnya bertanya “Siapa yang berdosa sehingga orang ini dilahirkan buta? Apakah orang ini sendiri ataukah orang tuanya?” (ay. 2). Murid-muridnya masih berpandangan bahwa ketika ada suatu hal yang kelihatannya salah, berarti ada pihak-pihak yang menyebabkan salah. Mereka ingin mencari kambing hitam, siapa yang bertanggung jawab atas butanya orang ini sejak lahir. Mungkin jika ditarik lagi, bisa-bisa murid-murid Yesus akhirnya menyalahkan Allah yang membuat orang tersebut buta sejak lahirnya.
Tapi Yesus menjawab dengan bijaksana. Ketika sudut pandang murid-murid Yesus adalah “siapa”, Tuhan Yesus melihat dari sudut pandang “Mengapa” dan “Bagaimana”. Yesus menjawab bahwa bukan dia yang berdosa, dan juga bukan orang tuanya yang berdosa sehingga orang tersebut buta sejak lahir. Yesus mengatakan bahwa melalui orang buta tersebut, pekerjaan Allah akan dinyatakan dalam dirinya (ay. 3). Perhatikan kata “karena” yang dipergunakan Yesus untuk menjawab pertanyaan murid-muridNya. Yesus tidak melihat suatu permasalahan sebagai ajang untuk saling menyalahkan, tetapi Yesus melihat suatu permasalahan sebagai kesempatan untuk melakukan pekerjaan Allah. Ketika murid-murid Yesus hanya sibuk mendiskusikan siapa yang salah, Tuhan Yesus datang untuk memberi solusi yaitu menyembuhkan orang buta tersebut (ay. 6-7).
Demikian juga kita, mungkin ada di antara kita yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, atau suka membicarakan kejadian buruk yang dialami oleh orang lain, bahkan mungkin di antara sesama jemaat. Tapi kita seharusnya belajar dari teladan Tuhan Yesus yang tidak pernah menyalahkan orang lain, tetapi langsung bertindak dan dengan demikian memuliakan nama Tuhan. Kita harus berusaha mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan mau, selagi masih ada kesempatan bagi kita (ay. 4). Ketika ada sesama kita yang mengalami masalah, bukankah seharusnya kita langsung berinisiatif untuk menolongnya, tanpa harus berdebat terlebih dahulu siapa yang salah sehingga masalah ini bisa terjadi.
Yesus berkata di dalam ayat 5 bahwa selama Yesus di dalam dunia, Yesuslah terang dunia. Dan tentunya kita sebagai pengikut Yesus, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi terang dunia itu sendiri. Yesus sendiri juga berkata bahwa kita adalah terang dunia (Mat 5:14). Kita pun memiliki tanggung jawab untuk menerangi dunia ini dengan kasih Kristus. Kalau kita adalah terang dunia, tentunya kita harus belajar untuk memiliki sudut pandang “mengapa” dan “bagaimana” seperti Tuhan Yesus, bukan “siapa” seperti sudut pandang murid-murid. Tujuan kita yang utama sebagai terang dunia adalah agar terang kita bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa yang di surga (Mat 5:16).
Penyandang disabilitas sering dipandang sebelah mata. Mereka dipinggirkan dan mendapat perlakuan tidak adil. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berjumpa dengan penyandang disabilitas; seorang yang buta sejak lahir. Orang-orang memandangnya rendah, karena mereka menganggap kebutaan itu merupakan hukuman atas dirinya atau orangtuanya. Namun, tidak dengan Yesus; Ia mengatakan kebutaan itu merupakan sarana di mana pekerjaan Allah harus dinyatakan.
III. Aplikasi
Yesus adalah pribadi yang berbela rasa, Ia menyentuh orang itu. Ia menyembuhkan tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan sentuhan-Nya. Sentuhan adalah ungkapan kasih, karena sentuhan mengandaikan kehadiran, kedekatan dan kelembutan. Kelembutan yang merupakan lawan dari kekerasan. Kelembutan tidak pernah menyakiti atau menghancurkan. Orang buta itu dicelikkan. Ia melihat! Tentunya sikap Yesus ini menjadi teladan bagi kita agar bersikap seperti yang dilakukan Yesus, dimana pun kehadiran kita agar selalu menunjukkan kasih kepada semua orang meskipun memiliki berbagai perbedaan tetapi selalu menghargai perbedaan sebab tujuan Tuhan menciptakan perbedaan agar kita saling menopang dan melengkapi.