MINGGU 06 MARET 2022, KHOTBAH ROMA 10:8-13
Invocatio:
“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Masmur 18:7).
Ogen: Ulangan 26:6-10a (Tunggal)
Tema:
ALLAH MENYELAMATKAN ORANG YANG BERSERU KEPADA-NYA (IKELINI TUHAN KALAK SI ERLEBUH MAN BANA)
1. KATA PENGANTAR
Secara umum ketika anak kecil menangis meminta sesuatu kepada orang tuanya di tengah orang ramai, maka biasanya orang tua akan langsung memberikannya, agar anaknya berhenti menangis dan tidak membuatnya merasa malu karena anaknya menangis di depan orang banyak. Kebiasaan seperti ini sering disebut dengan istilah TANTRUM ( ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah) di di depan orang banyak.
Mungkin saja kita juga pernah mengalami menghadapi anak kita yang sedang tantrum karena menginginkan sesuatu. Ternyata Tantrum ini terjadi karena anak-anak sudah mengenal karakter orang tuanya bahwa jika dia menangis di depan orang banyak maka orang tuanya pasti akan memberikan apa yang dia inginkan.
Pada Minggu Invokapit ini yang berarti, DIA BERSERU KEPADAKU melalui firman Tuhan hari ini kita akan belajar bagaimana kita berseru kepada Tuhan melalui doa-doa kita dengan terlebih dahulu kita mengenal dan percaya kepada Tuhan itu sendiri
2. PENDALAMAN TEKS
Seperti yang kita ketahui bahwa bagi orang Yahudi, keselamatan itu bisa didapatkan dengan melakukan hokum Taurat. Siapa yang mampu melakukan hokum taurat maka Dia akan diselamatkan. Oleh sebab itu konsep yang disampaikan Rasul Paulus tentang, “mengaku dengan mulut kita bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati kita, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan” (ayat.9)”, sangat sulit untuk diterima oleh orang Yahudi.
Dalam nas khotbah kita saat ini Paulus menunjukkan kesalahan fatal orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu, yang menjadi kebinasaan mereka. Rasa giat mereka tidak disertai dengan pengertian yang benar. Memang benar bahwa Allah memberi mereka hukum Taurat yang sangat mereka puja-puja itu, tetapi mereka seharusnya sudah mengetahui bahwa kehadiran Mesias yang dijanjikan merupakan penggenapan hukum Taurat itu. Sang Mesias memperkenalkan agama dan ibadah baru, yang harus menggantikan cara lama. Dia membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah dan menunjukkan bukti-bukti kuat mengenai jati diri-Nya sebagai Mesias, tetapi mereka tidak mengenal-Nya dan tidak sudi mengakui-Nya, malah menutup mata dari cahaya terang itu, sehingga sikap giat mereka bagi hukum Taurat itu membutakan.
Mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah dalam diri Yesus Kristus artinya, mereka tidak tunduk kepada persyaratan-persyaratan Injil atau tidak menerima tawaran pembenaran karena iman di dalam Kristus yang diulurkan oleh Injil. Tidak percaya artinya menolak untuk takluk kepada kebenaran Allah, suatu penentangan terhadap pernyataan Injil mengenai penebusan.
Orang Yahudi tidak percaya terhadap Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka karena bagsa Yahudi:
- Tidak mengenal kebenaran Allah. Mereka tidak mengerti, tidak percaya, dan tidak menyadari keadilan Allah yang teguh, membenci, menghukum, dan menuntut pembalasan dosa. Mereka juga tidak menyadari betapa kita memerlukan kebenaran Allah supaya layak datang ke hadapan-Nya. Sebab, jika saja mereka menyadarinya, mereka pastilah tidak akan berani menentang apa yang ditawarkan Injil, atau mengandalkan pembenaran melalui hasil perbuatan mereka sendiri, seakan-akan mereka sanggup memuaskan keadilan Allah.
- Menyombongkan kebenaran mereka sendiri: berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, yaitu kebenaran hasil rancangan dan usaha mereka sendiri, melalui jasa perbuatan mereka sendiri dan pelaksanaan hukum upacara. Mereka mengira tidak perlu disokong oleh jasa Kristus, sehingga mereka pun mengandalkan upaya mereka sendiri untuk mendapatkan kebenaran supaya layak di hadapan Allah.
Paulus merasa pedih bahwa kesungguhan religius orang Yahudi tidak didukung oleh pengetahuan yang benar (1, 2). Memang mereka tahu bahwa Allah Esa adanya, dan Ia telah menyatakan sifat-sifat-Nya dalam Hukum Taurat, namun hakikat Taurat tidak mereka akui karena tidak mereka pahami. Taurat adalah penyataan kemurahan Allah yang mewujud penuh dalam diri dan karya Kristus yang menyelamatkan. Namun, mereka memahami Taurat sebagai tuntutan Allah, kebenaran adalah target yang harus dicapai bukan anugerah yang harus disambut. Akibatnya mereka tidak bersedia merendahkan hati menerima pembenaran dalam Kristus (3b). Mereka binasa dalam merasa benar dengan perjuangan sendiri.
Kristus adalah tujuan dan kegenapan Taurat (4) sebab Taurat bicara tentang Dia dan hanya Dia yang dapat menggenapi Taurat seutuhnya (5). Manusia tidak perlu dan tidak mungkin menjangkau Allah atau turun ke neraka menanggung sendiri segala akibat dosanya demi memperkenan Allah (6-7). Kristus sudah melakukan itu semua. Ia Allah menjadi manusia sehingga manusia tidak perlu mencari Allah dengan usaha sendiri. Ia menanggung derita dan hukuman dosa manusia agar terbebas dari murka Allah. Jalan keselamatan telah terwujud dalam Yesus Kristus.
Allah hanya menuntut respons sederhana: hati yang percaya dan yang melahirkan pengakuan bahwa Yesuslah Juruselamat dan Tuhan (9-20). Berseru bahwa Yesus Tuhan sama dengan berseru bahwa Ia sesungguhnya adalah Allah sendiri yang telah mengambil alih ketidakmungkinan manusia dengan menggenapi semua tuntutan Taurat. Tuhan Yesuslah sebenarnya tujuan Taurat sebab hanya Ia telah memenuhi tuntutan Taurat dengan sempurna. Yesus mengakhiri Taurat. Bukan lagi Taurat jalan untuk orang berharap diselamatkan, tetapi iman kepada-Nya saja jalan keselamatan. Kenyataan itu tidak perlu dipersoalkan lagi. Sebab Yesus Kristus nyata-nyata sudah datang menjadi manusia, mati dan bangkit. Mempertanyakan ulang fakta itu seolah orang yang ingin mencoba menjelajahi jurang tak terukur yang telah dijembatani Kristus (ayat 7).
Iman di hati dan pengakuan di mulut, keduanya tak dapat dipisahkan. Berseru (memanggil dalam doa) hanya dapat dilakukan oleh orang yang percaya (ayat 14). Percaya yang sungguh akan terungkap dalam pengakuan di mulut. Israel telah menerima berita keselamatan melalui para rasul, dan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus. Namun mereka tidak percaya. Sayang Israel tak dapat berseru kepada Kristus karena mereka menolak Kristus.
Dalam pasal 10 ini dijelaskan bagaimana orang Israel dapat dibebaskan dari murka Allah. Pertama, mereka harus percaya dengan hati mereka, sehingga mereka dibenarkan. Tetapi lebih dari itu, mereka juga harus berseru kepada Tuhan Yesus secara terbuka. Untuk dibebaskan, atau diselamatkan dari murka itu mereka perlu mengaku Kristus di depan masyarakat, mereka perlu dikenal sebagai orang yang selalu "naik banding" bukan kepada Kaisar, tetapi kepada Dia yang mempunyai nama atas segala nama, Tuhan Yesus Kristus.
3. APLIKASI
Tema khotbah kita hari ini adalah TUHAN MENYELAMATKAN ORANG YANG BERSERU KEPADANYA. (IKELINI TUHAN KALAK SI ERLEBUH MAN BANA). Ikelini dalam bahasa Karo adalah diselamatkan. Selamat dalam KBBI artinya terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana, terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana, tidak kurang suatu apa, tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan sebagainya, sehat, tercapai maksud, tidak gagal. Berarti tema ini memberikan pengertian kepada kita bahwa Allah memberkati dan melindungi setiap orang yang berseru kepadanya sehingga terhindar dari malapetaka, tidak kekurangan suatu apapun, terhindar dari bahaya, dsb.
Artinya tema khotbah kita hari ini mau mengajarkan kepada kita bahwasanya kita harus senantiasa mau berseru kepada Tuhan dalam menghadapi semua persoalan hidup yang kita hadapi. Seperti yang disampaikan dalam bacaan kita yang pertama Ulangan 26:6-10a, bagaimana orang Mesir menindas bangsa Israel dengan sangat kejam, akan tetapi ketika bangsa Israel berseru kepada Tuhan, Tuhan mendengarkan suara mereka dan melihat kesengsaraan dan kesukaran mereka serta penindasan terhadap mereka. Lalu Tuhan membawa mereka ke luar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar serta dengan tanda-tanda mujizat-mujizat.
Akan tetapi melalui khotbah kita hari ini memberikan sebuah pengajaran kepada kita bahwa sebelum kita berseru kepada Allah, kita harus terlebih dahulu mengenal dengan benar siapa Allah itu sendiri, karena secara umum tidak mungkin seseorang mau memohon sesuatu kepada orang yang belum mereka kenal sama sekali. Dan dalam memohon kepada Allah kita juga harus percaya terhadap Allah itu sendiri. Karena dalam ayat 14 dikatakan, “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia?
Oleh sebab itu sebagai orang beriman, marilah kita semua berusaha mengenal Tuhan dengan benar melalui firman-Nya agar kita dapat berseru kepada-Nya. Jangan pernah berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang kita hadapi dengan kekuatan atau cara kita sendiri, melainkan teruslah berseru kepada Tuhan dalam setiap situasi kehidupan yang kita hadapi, sekalipun kita harus masih harus menunggu jawaban doa kita, karena pada waktunya Tuhan, Tuhan pasti akan mendengarkan seruan kita. Seperti firman Tuhan yang disampaikan dalam invocation kita, “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Masmur 18:7).
Pdt. Jaya Abadi Tarigan-Rg. Bekasi