MINGGU 21 SEPTEMBER 2025, KHOTBAH 2 PETRUS 1:3-11 (MINGGU TRI TUGAS GEREJA)
Invocatio :
Epesus 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.
Ogen :
Jesaya 49:5-7 (Tunggal)
Kotbah :
2 Petrus 1:3-11 (Antiponal)
Pengantar
Dalam dunia yang penuh godaan dan nilai-nilai yang terus berubah, kita diingatkan kembali akan satu kebenaran yang tak tergoyahkan: kita telah dipanggil dan dipilih oleh Allah. Namun panggilan itu bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjalanan iman yang harus terus diteguhkan dan dikuatkan setiap hari. Panggilan dan pilihan itu harus diteguhkan melalui kesadaran hidup kudus — hidup yang mencerminkan karakter Allah dalam pikiran, tindakan, dan relasi kita setiap hari. Kesadaran akan hidup kudus ini akan sangat berpengaruh dalam cara kita bersekutu, bersaksi, dan melayani. Maka dari minggu tritugas gereja ini juga kita sebagai gereja diajak agar menggumamkan akan kekudusan umat seperti para rasu--rasul Kristus (Rm. 1:7, 1 kor. 1:2, 2 kor.1:1, Ef. 1:1, dll). Kita tidak selalu dengan semboyann kita adalah orang berdosa, tetapi penting penekanan bahwa kita adalah orang kudus sehingga melalui kesadaran akan membuahkan hasil yang berkenan bagi Allah.
Isi
Invocatio Efesus 1:18 mengungkapkan doa Paulus agar Allah menerangi "mata hati" orang percaya, yaitu pusat batiniah yang memungkinkan mereka memahami secara rohani kebenaran Allah yang mendalam. Terang ini bukan sekadar pengetahuan intelektual, tetapi pencerahan rohani yang memungkinkan pengenalan akan pengharapan dari panggilan Allah — yaitu keselamatan, hidup baru, dan tujuan ilahi yang kekal. Paulus ingin agar jemaat menyadari betapa agung dan kayanya kemuliaan warisan yang telah Allah sediakan bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang telah dipisahkan untuk menjadi milik-Nya. Ini bukan hanya janji untuk masa depan, tetapi kekayaan rohani yang bisa mulai dialami sejak sekarang oleh setiap orang percaya yang hidup dalam relasi dengan Kristus.
Ogen Yesaya 49:5-7: Jesaya 49, seperti dalam Yesaya 42, kita menjumpai suatu refleksi langsung dari tugas perutusan hamba. perutusan hamba tidak hanya berkaitan dengan restorasi (pembaharuan) Israel. Ia juga harus menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Ay. 6), seperti ditulis dalam Yesaya 42:6. Cara yang dipakai untuk melaksanakan perutusan di jelaskan dalam nubuatan tambahan dalam 49:7. Dia yang dihinakan hamba penguasa-penguasa , jelas menunjuk kepada Israel dalam pembuangan (bdk. Yes. 53:3). Namun, Ketika Israel di restorasi, raja-raja dari bumi akan terheran-heran oleh transformasi dan akan dibimbing untuk mengakui kedaulatan Yahwe. Dengan cara ini, Israel dapat berbuat bagi bangsa-bangsa seperti nabi dapat berbuat bagi bangsa Yahudi. Tidak perlu mengatakan bahwa para pangeran tidak menundukkan diri seperti yang diharapkan nabi. Namun, apa yang mencolok adalah luasnya universalitas perutusannya. Israel masih tetap bangsa terpilih, tetapi keselamatan harus menjangkau sampai ke ujung bumi.
Khotbah 2 petrus 3-11: Surat Petrus yang kedua ditulis dari Roma pada tahun 66, persis sebelum ia mati syahid (bdk. 2 ptr. 1:13-15). Jika suratnya yang pertama petrus berusaha untuk menguatkan orang-orangyang kudus yang sedang melalui penganiayaan dari dunia selama pemerintaan Nero. Di dalam suratnya yang ke dua, ia memperingatkan tentang sesuatu yang jauh lebi serius yaitu bahaya dari guru-guru palsu di dalam keluarga rohani/saudara seiman. Petrus menasehati orang-orang percaya untuk “Berusahalah sunggu-sunggu, supaya panggilan dan pilihanmu makin kuat” (1:10).
Ayat 3–4: Sumber Ilahi untuk Hidup Saleh: Petrus menyatakan bahwa kuasa ilahi Allah telah menganugerahkan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup yang saleh, melalui pengenalan akan Dia. Ini menunjukkan bahwa hidup Kristen tidak bergantung pada kekuatan manusia semata, melainkan berasal dari relasi dengan Kristus. Janji-janji Allah menjadikan kita "peserta dalam kodrat ilahi" dan memungkinkan kita untuk lepas dari kerusakan dunia. Petrus tidak berkata bahwa Allah memanggil kita untuk naik ke sorga. Ia berkata bahwa Allah memanggil kita kepada kemuliaan dan Kebajikan-Nya sendiri. Ketika kita mendengar hal ini, kita mungkin heran, bagaimana mungki kita bisa mencapai sasaran semacam itu. Mengetahui bahwa kita memerlukan jaminan, dorongan, dan kekuatan, maka Allah telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.
Ayat 5–7: Pertumbuhan dalam Kebajikan: perkara yang telah diberikan kuasa Ilahi dalam pasal 1:3-4, dikembangkan dalam ayat 5-7. Petrus mengajak jemaat untuk menambahkan kepada iman mereka tujuh hal:
- Kebajikan : karakter moral unggul (Berjalan di dalam Roh dan tidak memuaskan hawa nafsu)
- Pengetahuan : hikmat Ilahi dan pengertian yang benar
- Penguasaan diri : disiplin dalam hidup
- Ketekunan : daya tahan dalam penderitaan
- Kesalehan : kesetiaan dan hormat kepada Allah
- Kasih akan saudara : kepedulian dalam komunitas
- Kasih akan semua orang: kasih Ilahi yang tanpa syarat (Agape)
Ayat 8–10: Panggilan dan pilihan makin teguh. Dalam ayat 8-10 Petrus mengatakan bahwa jika semua Kebajikan itu ada dan berlimpah di dalam kita, maka Kebajikan itu akan Menyusun kita sehingga tidak menjadi malas, tidak akan tidak berbuah, sampai pengenalan yang penuh akan Yesus Kristus. Tetapi siapa saja yang tidak memiliki semua itu, menjadi buta dan picik, karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, petrus menyuruh supaya “sungguh-sungguh” bekerja lebih keras lagi, untuk menunjukkan panggilan dan pilihan Tuhan. Bukan bekerja keras mendapatkan keselamatan akan tetapi respon orang yang telah diselamatkan.
Ayat 11: Jaminan Keselamatan: Dengan menghidupi karakter tersebut, kita meneguhkan panggilan dan pilihan Allah atas kita. Maka kita tidak akan tersandung, dan akan masuk ke dalam Kerajaan kekal dengan penuh kemenangan.
Refleksi
Banyak orang Kristen tahu kebenaran secara teologis, tetapi tidak sungguh mengerti dalam hati. Kita butuh Roh Kudus menerangi hati agar kita merasakan dan mengalami apa arti menjadi anak Allah. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kita diingatkan bahwa kita punya pengharapan dalam panggilan Allah. Panggilan itu tidak hanya untuk masa depan (kehidupan kekal), tetapi juga untuk saat ini — hidup yang bermakna, dengan tujuan ilahi. Dunia menjanjikan kekayaan yang cepat hilang, tetapi Allah menjanjikan kemuliaan yang kekal. Kita dipanggil hidup kudus bersama umat Allah, dalam komunitas yang saling meneguhkan dan bertumbuh dalam terang Kristus.
Refleksi lebih mendalam bagi kita menantang orang-orang kudus masa kini untuk tidak pasif dalam identitas rohaninya, melainkan sadar bahwa mereka dipanggil secara aktif untuk menjadi agen pemulihan dan kesaksian di tengah dunia yang sering menolak kebenaran. Meski penolakan dan penghinaan bisa datang, seperti yang dialami oleh hamba dalam nubuatan ini, janji Allah tetap teguh: bahwa Ia sendiri akan membela, meninggikan, dan memakai umat-Nya untuk kemuliaan-Nya. Maka orang kudus tidak boleh diam atau hanya menikmati keselamatan secara pribadi, tetapi harus bangkit, bergerak, dan menjalankan peran kenabian sebagai terang dan saksi bagi dunia.
Tema kita panggilan dan pilihan makin teguh mengajak setiap orang percaya untuk bertumbuh secara aktif dalam karakter Kristus, dengan dasar kuasa dan janji-janji Allah. kita meneguhkan panggilan dan pilihan Allah atas kita tidak hanya membawa keselamatan pribadi, tapi juga menghidupkan Tri Tugas Gereja:
Persekutuan yang mengasihi (Koinonia), Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk membangun relasi yang hangat, saling meneguhkan, dan bertumbuh bersama dalam kasih.
Kesaksian yang berdampak (Marturia), Meneguhkan panggilan dan pilihan kita, bukan hanya tentang keselamatan pribadi, tetapi menjadi saksi yang hidup akan kuasa Allah di tengah dunia. Kita adalah hamba yang dipilih dan diutus untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Marturia yang berdampak menjadi terang dalam kegelapan, menjadi jawaban dalam persoalan, menjadi garam dalam kehambaran.
Pelayanan yang melayani dengan kasih (Diakonia). Kesalehan dan ketekunan yang dibangun akan menghasilkan buah pelayanan yang nyata: menolong, melayani, dan mencerminkan kasih Kristus.Gereja dipanggil untuk tidak hanya hidup dalam kebenaran, tetapi melayani dengan kasih yang mengalir dari perubahan hidup.
Vic. Bahtsra