SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI III, KHOTBAH LUKAS 2:41-42

Invocatio       : Ibrani 10 : 25

Bacaan          : Yosua 24 : 14 – 24

Tema             : Keluarga yang berperan aktif ditengah jemaat


 

I. PENDAHULUAN

Keluarga Kristen adalah Keluarga merupakan tempat persekutuan hidup antara ayah, ibu, anak yang disebut juga sebagai keluarga inti. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu persekutuan ditengah-tengah keluarga harus senantiasa dijaga dan dipelihara berlandaskan iman dan kasih. Ketika persekutuan anggota keluarga itu baik, maka akan nyata dalam komitmen dan kesetiaan untuk bersama-sama ikut terlibat dalam segala peribadahan dan pelayanan yang dilakukan ditengah-tengah gereja. Kemajuan pelayanan gereja akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kehidupan dan keimanan anggota jemaat yang dibentuk di dalam keluarga.

II. PENJELASAN TEKS

Ibrani 10 : 25

Surat Ibrani ditujukan kepada orang-orang percaya yang pada saat itu mengalami penderitaan dan ancaman yang cukup berat oleh karena iman percaya mereka kepada Yesus Kristus. Salah satu yang menjadi tujuannya adalah tetap mengingatkan jemaat untuk senantiasa menjaga iman dan memegang teguh pengharapan mereka akan Kristus ditengah-tengah situasi terburuk sekalipun. Orang-orang percaya harus senantiasa bertekun dalam iman (saling menasehati, mengingatkan dan mendorong dalam iman), senantiasa menjaga persekutuannya dengan Allah dan sesama. Pada kenyataannya waktu itu ada sebagaian orang yang oleh karena beratnya pergumulan, tantangan dan ancaman membuat mereka goyah dalam iman dan pengharapan akan Kristus. Mereka meninggalkan persekutuanNya dengan Allah dan sesama orang percaya.

Yosua 24 : 14 – 24

Yosua 24 ini adalah pidato terakhir Yosua bagi bangsa Israel dimana ia menyatakan proklamasi imannya kepada Allah. Yosua memberikan kesempatan bagi Israel untuk memperbaharui keimanan dan kesetiaan mereka kepada Allah. Ia juga memberikan kesempatan kepada Israel untuk memilih dan menentukan kepada siapa mereka akan menyembah, namun Yosua sendiri menyatakan komitmennya dan keluarganya bahwa mereka hanya akan menyembah dan beribadah kepada Allah saja (ay. 15). Pengakuan iman kepada Allah bukan sesuatu yang mudah karena hal itu tidak bisa berhenti pada ucapan semata tetapi harus dinyatakan dalam kehidupan yang takut akan Dia serta beribadah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia (ay. 14), hidup dalam kesetiaan, ketaatan dan kekudusan (ay. 19). Keberanian Yosua untuk menyatakan komitmen imannya di hadapan bangsa Israel ternyata disambut dan direspon juga oleh bangsa Israel. Mereka juga Bersama-sama bertekad dan berjanji untuk senantiasa hanya menyembah dan beridah kepada Allah saja (ay. 21, 24).

Lukas 2 : 41 – 41

Dalam agama Yahudi ada ketentuan bahwa para laki-laki dewasa diwajibkan untuk pergi ke Yerusalemtiga kali setahun untuk ikut serta dalam merayakan tiga hari raya besar orang Yahudi (Kel. 23 : 14 – 17; Ul. 16 : 16). Dikisahkan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk bersama-sama merayakan Paskah, yakni hari raya untuk memperingati pembebasan yang dilakukan oleh Allah kepada bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Yesus yang berusia 12 tahun dianggap sudah dewasa. Yusuf dan Maria membawa Dia ke Yerusalem untuk mempersiapkanNya menjadi abak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak yang memasuki usia 13 tahun dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka harus terus belajar dan diajar tentang Taurat hingga mereka beranjak dewasa.

Pertumbuhan Yesus sebagai seorang anak tidak terlepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orang tua duniawiNya. Yusuf dan Maria adalah orang yang taat akan tradisi keagamaan dan perintah Tuhan bagi umat Yahudi yang di mulai Ketika Yesus di sunat pada hari kedelapan (Luk. 2 : 21). Yusuf dan maria menjadi orang tua yang aktif dalam membawa Yesus kepada pertumbuhan fisik dan rohani. Yusuf dan Maria juga secara bersama-sama dengan Yesus melibatkan diri mereka sebagai pribadi dan keluarga dalam acara-acara persekutuan yang melibatkan banyak orang (communal). Sekalipun jarak yang mereka harus tempuh cukup jauh dan membutuhkan waktu 4 – 5 hari untuk bisa sampai ke Yerusalem, tetapi semua itu dilakukan dengan penuh sukacita dan ketaatan (ay. 41 “Tiap-tiap tahun……” ini menunjukkan adanya konsistensi dan kesetiaan untuk senantiasa terlibat dan melakukannya).

III. APLIKASI

Kehidupan pelayanan gereja tidak terlepas dari kehidupan persekutuan anak-anak Tuhan. Ada begitu

banyak kegiatan pelayanan yang dilakukan secara bersama dan melibatkan banyak orang (communal), baik itu Kebaktian Minggu, Perpulungan Jabu-Jabu, PA Kategorial, Pekan-Pekan, dan juga kegiatan perayaan gerejawi lainnya. Namun dalam kenyataannya masih banyak anggota jemaat yang belum terlibat aktif, apalagi mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Belum semua keluarga secara bersama-sama ikut menunjukkan keaktifan dan pertisipasinya. Ada yang ayah ibu saja yang aktif, ada yang hanya ibu saja, ayah saja atau anak saja. Tema Pekan Keluarga kita hari ini “Keluarga Yang Berperan Aktif ditengah Jemaat” (Jabu Sindahi Dahin Perpulungen) mengingatkan dan mengajak kita untuk bersama-sama ditengah-tengah keluarga berperan aktif dalam pelayanan secara bersama-sama.

Beberapa hal yang menjadi perenungan bagi kita adalah :

  1. Keluarga harus mempunyai komitmen untuk senantiasa hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah dan sesama anggota keluarga. Adanya komitmen dan kesehatian orang tua untuk senantiasa taat dan setia dalam beribadah dan menyembah kepada Allah, memberikan teladan kepada seluruh anggota keluarga. Orang tua tidak hanya bertanggungjawab atas pertumbuhan fisik anak-anaknya, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan iman keluarga.
  2. Apapun tantangan dan pergumulan seharusnya tidak menyurutkan semangat kita untuk tetap hidup dalam persekutuan dengan sesama kita ditengah-tengah pelayanan gereja. Bahkan Ketika pergumulan semakin berat, kita harus semakin menguatkan iman kita melalui persekutuan kita, kita saling menguatkan-memotivasi, saling menasehati dan mengingatkan satu dengan yang lain. Dengan demikian kita bukan hanya dikuatkan bersama-sama tetapi juga bertumbuh bersama di dalam Tuhan.

(khususnya disaat ini, sekalipun keadaan ditengah pandemic ini sudah semakin membaik, namun kita belum memiliki kerinduan untuk terlibat dalam kegiatan Bersama. Atau bahkan ada yang sudah merasa nyaman dengan ibadah online. Tidaklah salah hal demikian asalkan kita tidak mengabaikan persekutuan kita bersama-sama dengan sesama orang percaya. Merasa nyaman sehingga tidak ada kerinduan untuk bertemu dan berkumpul lagi secara langsung).

  1. Ketika kita menunjukkan kesetiaan kita untuk senantiasa terlibat dalam pelayanan-pelayanan yang ada, sernan mampu menunjukkan “buahnya” dari cara hidup, sikap dan juga kehidupan yang saling mengasihi; hal itu akan menjadi kesaksian bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Keberanian kita untuk menyatakan iman (kata, perbuatan dan cara hidup) kita ditengah-tengah dunia ini akan sangat mempengaruhi kehidupan ini. 

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI II, KHOTBAH 1 KORINTUS 7:12-14

Invocatio   : O Israel, Kubahan kam jadi ndeharangKu; Aku tetap setia manbandu; Kucidahken bandu kekelengen ras perkuah ateKu rasa lalap kam sikerajangenKu. (Hosea 2 : 19)

Ogen            : Maleakhi 2 : 15 – 16

Tema           : Jabu sikerajangen Dibata Kap


 

1. Jabu/keluarga eme sada kekerabaten si sangat mendasar si isina eme perbulangen ndehara ras anak-anak. Adi nulih kita kubas kitab Kej. 2: 18 – 25 banci si ertiken maka jabu e turah erkiteken inisiatif Dibata, alu bage jabu e eme sikerajangen Dibata.

Terdauhen jabu e ikataken sikerajangen Dibata adi kerina isi jabu e ngelakoken/ndalanken kai si ngena ate Dibata, bagi si ikataken Josua ibas Jos 24:15…..”Tapi adi aku ras isi jabungku, TUHAN saja ngenca isembah kami”.

GBKP ibas konvesina ngataken jabu/perjabun eme “anugrah Allah” si arus I respon alu komitmen ras kesetiaan ras konsekwensi si icidahken   ibas cara ras sikap nggeluh memelihara ras menjaga kebadiaan perjabun, eme monogamy ras la banci isirangken pala alu kematen.(mat.19:6)

Jabu sinembah man Tuhan ikataken pe miniature/model keluarga Dibata ibas doni enda, si jadi sumber insfirasi/usihen man jabu/keluarga si deban, ras pe jadi ingan guna pebelangken kerajaan Dibata. Ibas konvesi GBKP Ikataken melalui kehidupan perkawinan orang percaya, menjadi kesaksian bagi sekitarnya sehingga semakin banyak orang yang menyaksikan karya keselamatan Allah dan memuliakannya. Perkawinan orang percaya kiranya dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam membangun peradaban dan kehidupan keluarga serta komunitas Dimana ia berada.

2. Bahan PKK enda merupaken nasihat rasul Paulus gelah jabu e jadi si kerajangen Dibata. Nasihat e si isehken kempak:

- dilaki-entah diberu si lenga erjabu, (1 – 7)

- si la erjabu, duda entah pe janda, (8,9)

- si enggo erjabu (10 – 11)

  • Ayat 12. Ikatken man kalak si deban. Kata man kalak si deban enda secara umum I ertiken 1. Man kalak si erjabu beda agama
  1. Man kalak si enggo erjabu si ndube la nandai Dibata (lenga Kristen), tapi erkiteken pendahin pelayanen Yesus bage pe rasul-rasul maka sekalak ibas jabu e enggo jadi kristen

Tapi secara umum erti sipeduaken enda me si imaksutken Paulus, amin gia lit kange si makeken erti si pemena sebage dasar ibas ngaloken kalak si erjabu bedas agama.

Khusus man jabu si ibas pengertin si peduaken (adi bas istillah GBKP Jabu si sembelahen)

  • Perbulangen Kristen, ndehara lenga … ola I ulihken
  • Ndehara Kristen, perbulangen lenga….. ola mindo mulih (13)

Man duana kondisi enda nasihat Paulus, tetap nggeluh ras ia, alu empertegas sada misi/tugas guna mbabai gelah jabu e jadi si kerajangen Kristus. (14)

Bandingekn ras 1 kor 9:19- 22

  1. Aku bebas nge; aku labo budak ise pe. Tapi kujadiken diringku jadi budak nandangi kerina jelma gelah banci nterem kalak dat aku guna Kristus. 20 Nandangi kalak Jahudi bagi kalak Jahudi aku guna ndatken kalak Jahudi. Bagi ia patuh man Undang-undang Musa, aku pe patuh man Undang-undang e, gelah banci ia dat aku, aminna pe aku labo i teruh Undang-undang e. 21 Bage me pe nandangi kalak si la lit i bas ia Undang-undang Musa, bagi ia e ka aku, gelah banci ia dat aku. Si enda labo nuduhken maka la aku i teruh Undang-undang Dibata, sabap si tuhuna aku i teruh Undang-undang Kristus. 22 Nandangi kalak si merampek kinitekenna, bagi ia e ka aku, gelah kudat ia. Aku enggo jadi bali ras kerina kalak rikutken paksana gelah banci deba-deba ia kuselamatken alu kerina dalan si payo.

Si enda ilakokenna alu tujun gelah banci nterem kalak dat aku guna Kristus. Adi bas Bahasa Indonesia ikataken supaya aku dapat memenangkan mereka

Perbulangen si Kristen memenangkan ndeharana gelah jadi Kristen, ndehara si Kristen memenangken perbulangenna gelah jadi Kristen.

Cataten, enda perlu hati hati ula kari nuate memenangken tapi justru di menangken, nuate ndatken, tapi idatken kalak, ate nidingi, piah kena siding

Uga carana ?

Alu tetap setia, la ngelanggar perpadanen encidahken kekelengen ras perkuah ate, alu encidahken perbahanen si mhuli bagi nina yesus ibas Matius 5:16 Dage, ersinalsal lah min terangndu i lebe-lebe kalak si nterem gelah adi idahna perbahanenndu si mehuli, ipujina Dibata, Bapandu si i Surga.” (invocatio/Ogen)

 3. aplikasi

- Adi siperdiateken kecibal geluh jabu perpulungennta khusus ibas peran serta jabu ibas kegiaten gereja, secara umum, buen moria asang mamre, sitotoken gelah moria ngasup memenangken mamrena guna kristus.

- Jabu-jabu ngawan GBKP ibas keaktifen berkisar 30 – 40 % denga, uga banci jabu si 30 – 40 % memenangken jabu si 60 – 70 %

\- rsd

Pdt. Maslan Sitepu-Runggun Bandung Barat

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI I, KHOTBAH KEJADIAN 6:9-22

Invocatio : Itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri (Epesus 2:19)

Ogen       : 1 Timotius 3:14-16

Kotbah   : Kejadian 6:9-22

Tema       : Tempas Keluarga Dibata (Gambar/Rupa Keluarga Allah)


 

I. Pendahuluan

Berbicara mengenai keluarga, maka tidak lah terlepas dari penyatuan antara laki-laki dan perempuan, dari sanalah terbentuk sebuah keluarga. Ketika Tuhan selesai menciptakan semuanya, maka dijadikanNya lah manusia yaitu Adam dan Hawa yang akhirnya mereka dipersatukan Allah dengan penuh Kasih dan Anugerah. Seorang laki-laki dan seorang perempuan akan meninggalkan keluarga mereka untuk di Persatukan bukan untuk di Persamakan. Kejadian 2:21-25, Tuhan menciptakan manusia sepasang (Laki-laki dan Perempuan) mereka diciptakan dalam keperbedaan tetapi satu kesatuan. itulah keluarga yang pertama dari sudut kacamata kristiani. Dari hal inilah kita memahami bahwa keluarga itu terbentuk dari karya Allah dalam kehidupan kita.

Begitu pentingnya keluarga itu dibina dan dijaga, sehingga banyak sekali arti dan pemahaman akan keluarga yang ada sampai saat ini. Pendidikan agama Kristen mengatakan “Pengajaran mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anak di dalam keluarga, anak juga dapat belajar dari orang tua sehingga kemudian hari anak tertanam iman dari orang tua” catatan penting bagi kita dimana orang tua merupakan guru yang pertama bagi anak-anak dan anak-anak adalah peniru utama dari orang tua. Karena itu Suami, Istri dan Anak-anak harus memainkan peran supaya keluarga mampu menyelesaikan berbagai hal, termasuk masalah yang datang menerpa keluarga.

 II. Penjelasan Teks

Kotbah   : Kejadian 6:9-22, di dalam bahan ini diceritakan mengenai sebuah keluarga yang taat dan patuh kepada Tuhan yaitu keluarga Nuh. Dia memiliki pribadi sebagai seorang ayah yang baik dan menyayangi keluarganya, dimana ia memiliki 3 orang anak Sem, Ham, Yafet (ayat 10). Nuh seorang yang benar dan tidak bercela dibanding dengan orang-orang yang sezamannya, tidak bercela dalam bhs Ibr “Tamiym” artinya bukan hanya tidak memiliki kekurangan tetapi sempurna. Hal ini juga menunjukkan bahwa sifat sebagai ayah benar-benar ada dalam dirinya yang menjadi contoh dan teladan bagi Istri dan anak-anaknya. Kesempurnaan dan tidak bercela ini bisa terjadi dalam diri dan keluarga Nuh tidak terlepas dari imannya kepada Allah, dengan kata lain “Bergaul dengan Allah” seolah-olah dari kata bergaul ini tak ubahnya Tuhan itu sama seperti manusia sebagai teman dekat kita, bisa langsung bercanda atau berinteraksi langsung, tetapi bukanlah seperti itu, kata bergaul di sini dipakai dalam bhs Ibr “Halak” yang memiliki arti pergi atau berjalan, dalam pengertian orang yang bergaul dengan Allah berarti orang tersebut bergerak, bertindak atau berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, dia berjalan sesuai dengan arahan perintah Tuhan. Karena itu jugalah mengapa Nuh dikatakan orang yang taat dan patuh kepada perintah Tuhan? Karena apa yang diperintahkan Tuhan, itu yang dikerjakan atau dilakukan Nuh walaupun perintah itu di luar kebiasaan bahkan perintah itu aneh.

Bermula dari kejahatan manusia pada jaman Nuh, maka Allah ingin memusnahkan segala mahluk di bumi ini, baik manusia dan hewan-hewan, pada ayat 7 sebelumnya Allah mengatakan “Berfirmanlah Tuhan: Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka” dari penyesalan Allah menciptakan manusia itu dan kekecewaannya hingga IA mau menghapusnya karena tidak ada lagi yang takut akan Tuhan kecuali keluarga Nuh. Dari hal ini lah datanglah perintah Tuhan, dimana perintah yang datang kepada Nuh itu dari Tuhan benar-benar perintah yang di luar kebiasaan manusia pada waktu itu, ayat 15 “Beginilah engkau harus membuat bahtera itu 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya, 30 hasta tingginya” maksud Allah menyuruh Nuh membuat bahtera ini karena Ia akan mendatangkan Air Bah (Ayat 17), dari hal ini dapat dilihat bahwa ketika Allah mau menjatuhkan hukuman bagi orang berdosa, sejalan dengan itu Allah juga menyediakan keselamatan bagi anak-anakNya yang berkenan bagiNya, ayat 18 mengatakan menyelamatkan Nuh, Istri, Anak-anaknya dan Istri anak-anaknya yang akan masuk ke dalam bahtera itu nantinya. Pembuatan bahtera inilah yang harus dikerjakan oleh Nuh beserta keluarganya. Dari pemikiran manusia hal ini di luar normal, apa lagi bahtera itu terbuat dari kayu “Gofir” sebutan untuk kayu ini hanya sekali dalam Alkitab setelah itu tidak pernah lagi disebutkan, berarti sulit untuk mencari kayu ini, tapi bisa dipastikan kayu ini kuat karena mampu membawa manusia dan sepasang setiap hewan yang ada pada saat itu, serta mengapung dipermukaan air. Walaupun susah mencari bahan bahtera itu, Nuh tidak ada bersungut-sungut atau complain, mereka membuat bahtera itu dengan bekerja sama, satu hati serta hanya berserah kepada Allah. Ciri-ciri seperti inilah dikatakan gambar/rupa keluarga Allah.

Perintah Allah juga mengatakan kepada Nuh agar membawa sepasang segala jenis hewan (segala jenis burung dan segala jenis hewan melata) hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah untuk melakukannya, karena disamping sulit menemukannya dimana, bahkan ada hewan yang buas, selain untuk mengumpulkannya Tuhan menyuruh Nuh untuk menyiapkan makanannya selama air bah serta makanan bagi keluarganya. Kita bisa membayangkan bagaimana banyaknya makanan yang harus disediakan Nuh dan keluarganya. Ternyata semua itu dapat dilakukan dan dilalui Nuh serta keluarganya tepat seperti yang diperintahkan Allah, karena ketaatan dan kepatuhannya, ayat 22 “lalu Nuh melakukan semuanya itu, tepat seperti apa yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya”

Ogen: 1 Timotius 3:14-16, dalam teks ini dikatakan bagaimana rencana Paulus untuk datang mengunjungi jemaat di Efesus (Ayat 14). Kerinduan Paulus kepada Timotius serta jemaat Efesus juga sebenarnya menunjukkan adanya keinginan kesatuan dan keutuhan di dalam nama Tuhan. Sebagai gambar keluarga Allah dapat terlihat dari hubungan baik yang terjalin dengan Timotius dan jemaat Efesus, sehingga Paulus mengatakan seandainya pun ia terlambat datang untuk mengunjunginya bukan berarti ia lupa akan janjinya, tetapi dari keterlambatannya (Ayat 15), Paulus sudah mengajari Timotius bagaimana ia harus hidup sebagai keluarga Allah. Timotius harus menunjukkan kedewasaannya dalam melayani dan membina jemaat, terlihat dari tingkah laku dan ucapan yang disampaikan kepada jemaat, tidak membeda-bedakan jemaat yang dilayani baik orang Jahudi maupun Non Jahudi, jika ia percaya kepada Kristus maka semuanya harus dipersatukan, karena dalam kesatuan di dalam perbedaan itulah terlihat bagaimana sebenarnya gambar/rupa keluarga Allah.          

Paulus juga memberikan pemahaman bagaimana dikatakan keluarga Allah, dimana jemaat itu sebagai keluarga yang menopang atau sebagai penopang, Bhs Yunani “Philotimo” artinya penyangga, kita dapat melihat bangunan-bangunan Yunani kuno dengan menggunakan tiang-tiang besar sebagai penyangga atau penopang, supaya bangunan dapat berdiri kokoh. Seperti itulah dimaksudkan Paulus dimana jemaat yang berbeda harus dipersatukan dan saling menopang satu dengan yang lain agar jemaat itu kokoh. Tuhan menyatakan diriNya kepada malaikat-malaikat dan bangsa-bangsa yang tidak mengenal diriNya (ayat 16), kata bangsa-bangsa disini menunjukkan dengan tegas bahwa Tuhan kita adalah Universal yang mau menerima siapa saja yang mau menerima Dia sebagai Tuhannya. Dengan demikian dari sini terlihat dari semula bahwa Allah berkehendak menyatukan manusia dari bangsa apapun yang percaya kepadaNya dan membentuknya menjadi sebuah keluarga Allah.

Invocatio   : “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Epesus 2:19), Paulus menekankan kembali bahwa persekutuan orang-orang kudus yang telah dipersatukan oleh Allah melalui anakNya Yesus Kristus, pengorbananNya dengan darah yang tercurah serta tabir bait suci yang terbelah menunjukkan tidak ada lagi tembok pemisah antara Jahudi dengan Non Jahudi. Perbedaan suku bangsa akhirnya menjadi kawan sewarga “Politeia” artinya satu kesatuan atau disahkan.

III. Refleksi

  1. Tema: Tempas Keluarga Dibata (Gambar/Rupa Keluarga Allah). Bermula dari kisah penciptaan manusia, dimana manusia itu diciptakan Tuhan serupa dan segambar dengan Allah, kata yang dipakai “tselem” artinya “mengukir” / “memotong.” kata tselem disini manusia menggambarkan Allah. Tempas/Gambar Allah merupaken Tanggungjawab manusia untuk menjaganya agar ukiran itu tidak rusak, serta kedaulaten Allah tetap terlihat dalam diri manusia. Demikianlah gambar dan rupa keluarga Allah itu tetap terukir dengan indah dan harmonis jika kita menjaga keutuhan keluarga serta perbedaan itu disatukan dalam nama Tuhan.
  1. Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan dalam nama Tuhan. Terlihat dari pembentukan keluarga pertama yaitu Adam dan Hawa merupakan karya Allah dengan tujuan untuk memuliakan sang pencipta, dengan kata lain keluarga-keluarga yang ada sekarang ini merupakan dasar untuk membangun hubungan dan persekutuan yang berpusat kepada Allah. Di dalam keluargalah prinsip dan dasar hubungan dengan Tuhan dan sesama diletakkan.
  1. Keluarga merupakan satu lingkup sosial terkecil yang dimiliki setiap individu, namun memiliki hubungan dan komunikasi yang terbangun antar anggota keluarga. Kita dapat melihat bagaimana keluarga Nuh, dia sebagai kepala rumah tangga mengkomunikasikan perintah Allah yang harus mereka kerjakan bersama untuk membuat bahtera, anggota keluarganya tidak bersungut-sungut. Nuh mampu membawa keluarganya taat dan patuh kepada Tuhan, hal ini juga menunjukkan bahwa sifat sebagai ayah benar-benar ada dalam dirinya yang menjadi contoh dan teladan bagi Istri dan anak-anaknya. Kesempurnaan diri Nuh dan keluarganya tidak terlepas “Bergaul dengan Allah”
  1. Keluarga merupakan pendukung yang terbaik bagi kita dalam menghadapi suatu masalah sehingga dikatakan anggota yang ada dalam keluarga tersebut merupakan penopang atau penyangga sehingga keluarga tersebut dapat berdiri kokoh. Anak-anak yang ada di dalam keluarga akan berdiri kokoh dalam iman ketika kita selaku orang tua mendukung dan menopang setiap masalah yang ia hadapi, serta bagaimana kita perhatian baik dalam pergaulan dan pendidikannya. Ingatlah keluarga kita adalah warga kerajaan Allah yang setiap saat terlihat di tengah-tengah dunia ini. Gambar keluarga Allah itu akan tetap utuh jika kita tidak mengandalkan pengetahuan kita sendiri serta tetap berserah kepada sang kepala keluarga yaitu Yesus Kristus.

Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD