SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA GBKP TAHUN 2023 WARI I, KHOTBAH EFESUS 2:1-10

Invocatio :

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku   mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Jeremia 29: 11)

Bacaan :

Kejadin 7:1-5

Tema :

Jabu Sindahiken Rencana Dibata

 

Pendahuluan

Salah satu panggilan bagi kehidupan orang percaya yang sering kita dengar adalah kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. Menjadi garam dan terang adalah panggilan yang mengingatkan kita bahwa manusia harus hidup terkoneksi dan berdampak bagi sesame dan tentu saja hal ini dimulai dari keluarga. Garam dan Terang merupakan sebuah respons kita kepada Karya Allah yang hidup, karena Allah sudah terlebih berdampak dan menyatakan diri kepada kita. Garam dan Terang adalah sebuah filosofi yang mengajak kita untuk melakukan sesuatu yang baik, yang mendatangkan manfaat bagi orang lain, supaya setiap orang dapat berjalan dalam jalan yang benar. Hal ini sejalan dengan firman Tuhan dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.. Dalam hal ini kita dapat belajar kepada Nuh sebagai salah satu keluarga yang memiliki daya tahan atas tantangan yang terdapat dalam lingkup kehidupannya. Bila kita melihat kepada konteks kehidupan masyarakat saat itu. Alkitab memberikan keterangan bahwa manusia melakukan dosa dan kejahatan yang amat sangat sehingga Tuhan memutuskan tidak ada cara lain selain memusnahkan manusia yang hidup dalam kegelapan itu. Keluarga Nuh dapat dikatakan keluarga yang tidak hanya bertahan tetapi juga bertumbuh ketika melewati bencana dan berbagai kesulitan yang menyertainya. Keluarga Nuh bukan hanya berhasil dimata manusia, tetapi mereka juga merupakan keluarga yang berhasil di mata Tuhan. Buktinya adalah Allah sendiri mempercayakan keluarga Nuh dengan sebuah misi yang begitu besar (bdk. Kej.6:13); yakni ketika Allah memutuskan memusnahkan satu generasi yang rusak dan Allah mempercayakan sebuah misi penyelamatan yang begitu besar kepada Nuh dan keluarganya dan mengikat perjanjian dengan mereka. Tidak sampai disitu saja dalam misi penyelamatan itu keluarga Nuh yang diselamatkan juga menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk memberikan kelangsungan kehidupan kepada binatang-binatang yang ada di bumi agar mereka terpelihara hidupnya dan dapat memiliki keturunan di masa mendatang.(ay.2-4). Tercatat pula bahwa Nuh melakukan semua yang diperintahkan Tuhan dalam ketaatan yang sungguh-sungguh. Dari sinilah kita dapat melihat bagaimana Nuh dan keluarganya hidup dalam rancangan Allah yang baik hingga kehidupan mereka menghasilkan kebaikan bagi sekelilingnya. Sebagai keluarga orang percaya, kita pun dipanggil untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang seturut dengan rencana dan kehendak Allah bagi dunia ini. Mengapa kita harus melakukan perbuatan yang baik?

  1. Karena kita telah diselamatkan (Ef. 2: 1-7); Dalam bacaan kali ini, Paulus mengungkapkan apa yang telah diperbuat Allah bagi orang berdosa. Ia memaparkan status dan kondisi hidup seseorang, saat dia belum percaya pada Kristus dan sesudah dia menjadi percaya pada Kristus. Paulus ingin agar Jemaat Efesus dan orang-orang yang membaca suratnya makin memahami perbedaan tajam antara akibat dosa dan akibat anugerah. Orang yang hidup di luar Kristus memiliki kehidupan rohani yang kosong dan hidup dalam ketidakberdayaan menghadapi dunia. Sebaliknya, orang yang hidup di dalam Kristus akan dihidupkan, diperbaharui, dan dibangkitkan untuk hidup dalam kemuliaan kuasa pemerintahan dan kedaulatan Kristus. Keajaiban anugerah Allah telah mengeluarkan kita dari kubangan dosa yang dahsyat dan menempatkan kita dalam ruang kemuliaan-Nya. Tepat bila dikatakan bahwa orang yang hidup tanpa Kristus sebenarnya mati. Dosa telah mencemarkan hati seseorang, menggelapkan pikiran, melumpuhkan kehendak baik, dan akhirnya menjerumuskan orang ke dalam kebinasaan. Namun, kondisi itu mengalami perubahan seiring dengan karya keselamatan yang Allah kerjakan. Kita yang tadinya mati oleh kesalahan dan dosa kita, akhirnya memperoleh pengharapan yang baru di dalam Kristus. Hati kita dipulihkan, pikiran kita diterangi, dan hidup kita dituntun menuju hidup kekal. Oleh sebab itu, menanggapi karya agung Allah yang demikian itu, sudah sepantasnya kita melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan untuk kita.
  2. Karena kita hamba Allah (Ef. 2: 8-10);Dengan mengatakan, “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (ay.2) Paulus hendak menyadarkan kepada Jemaat Efesus bahwa sebelum mengenal dan percaya kepada Kristus, mereka adalah hamba-hamba Roh Kegelapan. Sebab itu, perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan adalah perbuatan-perbuatan yang melawan kehendak Allah, sehingga mereka menjadi orang yang durhaka di hadapan Allah. Akibatnya, mereka dimurkai Allah dan menuju kebinasaan. Paulus juga mengakui bahwa orang Kristen Yahudi pun dulu sama dengan orang Kristen non Yahudi. Mereka menghambakan diri pada hawa nafsu kedagingan dan pikiran yang jahat, sehingga mengabaikan perkara-perkara rohani. Hidup mereka lebih diarahkan pada pemenuhan hawa nafsu dan keinginan diri sendiri, sehingga seringkali mereka mengabaikan apa yang menjadi kehendak Allah. Dengan karya keselamatan-Nya, Allah telah mengubah status kita dari yang menghamba pada roh kegelapan, hawa nafsu kedagingan, dan pikiran yang jahat; menjadi orang-orang yang menghamba kepada Allah. Salah satu bukti perubahan status ini mewujud dalam bentuk kesediaan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan. Seorang hamba yang mengabdi kepada tuannya dengan sungguh-sungguh, pastilah dia akan melakukan apapun yang tuannya inginkan. Demikianlah seharusnya dengan kita. Dua alasan itulah yang seharusnya mendasari kita melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidup. Keselamatan kita memang terjadi bukan karena perbuatan baik, tetapi Allah menyediakan aneka perbuatan baik bagi orang yang telah diselamatkan. Jadi perbuatan baik itu bukan prasyarat sebuah keselamatan, melainkan ucapan syukur atas karya keselamatan dan wujud nyata dari kesediaan kita untuk menghamba pada Allah. Hidup kita akan menjadi berharga dan menyenang menyenangkan hati-Nya, jika kita bersedia melakukan pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan.

Berdasarkan firman Tuhan ini, kita dapat menarik beberapa refleksi bagi kehidupan keluarga kita;

  1. Kita perlu merenungkan kembali tujuan kita hidup berkeluarga. Sesungguhnya tujuan kita membangun keluarga bukan hanya untuk bertahan hidup, meneruskan keturunan, mengusahakan kemapanan, mencukupkan investasi dan lain-lain. Bila itu semua sudah tercukupi, lalu apa selanjutnya yang akan dilakukan keluarga kita. Apakah tujuan kita hanya hidup menikmati semua kemapanan yang kita usahakan? Ingatlah bahwa kita sebagai keluarga Kristen itu berbeda sebab kita punya misi dari Tuhan untuk ikut andil mengerjakan perbuatan baik bagi dunia ini sesuai dengan rencanaNya. Ingat bahwa keluarga kita adalah milik Allah sehingga tujuan yang ingin kita capai adalah tujuan dan rencana Allah bagi kita.  
  2. Alangkah baiknya bila rancangan Tuhan itu direspon dengan iman dan ketaatan yang sungguh-sungguh. Bila kita perhitungkan, kekuatan Nuh dan keluarganya sangat terbatas menghadapi misi yang demikian besar. Tetapi Nuh dan keluarganya melakukan tugas yang Tuhan berikan tanpa bersungut-sungut ataupun mengeluh. Nuh melakukan itu semua dengan iman percaya meskipun ia belum melihat semua yang Tuhan katakan itu terjadi. Demikian juga dalam menghadapi tantangan yang mungkin timbul dalam keluarga kita diajak untuk menjalaninya dalam iman dan pengharapan. Sebagaimana yang disampaikan dalam invocatio kita (Yeremia 29:11;Tuhan tidak melupakan rencana jangka panjang-Nya bagi mereka, yaitu memberikan damai sejahtera dan memberikan hari depan yang penuh harapan. Tuhan tetap mengingat dan memelihara umatNya karena itu umat diminta untuk tetap hidup dengan baik dan melakukan kehidupan seperti biasa.Tuhan mengetahui akan rancangan hidup kita dan Tuhan memberikan suatu pengharapan sehingga kita selalu mengandalkan Tuhan dalam kehidupan.
  3. Kita dapat terus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dalam keluarga kita bila kita bersedia untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan serta tinggal di dalam Kristus. Alangkah indahnya bila dalam keluarga Kita bersama-sama memberi waktu untuk doa bersama, mendalami firman Tuhan bersama.  Melalui persekutuan bersama dalam kasih akan terbentuk sifat-sifat  dalam diri anggota keluarga  yang sesuai dengan hidup Yesus.  Dan akan terbentuk sifat melayani dengan hati yang tulus iklas atau melayani dengan hati nurani yang murni.

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.si Teol-GBKP Runggun Bumi Anggrek

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD