• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 16 APRIL 2023, KHOTBAH 1 PETRUS 2:1-5

Invocatio         :

O senina-senina, ola medanak perukurenndu. I bas perkara kejahaten bagi anak-anak si mbaru tubuhlah min pemetehndu, tapi i bas rukur, bagi kalak dewasa min kam (1 Kor. 14:20).

Ogen  :

Jesaya 63:7-10,16 (Tunggal)

Tema :

Ngenanami Kiniulin Tuhan (mengecap kebaikan Tuhan)

 

  1. Dalam bahasa Latin Minggu ini disebut Minggu Quasimodogeniti artinya: ‘seperti bayi yang baru lahir’ (bagi anak si mbaru tubuh), yang haus dan lapar akan susu murni demi suatu pertumbuhan. Istilah Quasimodogeniti ini dikutip dari I Petrus 2:2 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
  1. Konteks penerima 1 Petrus. Kepada siapa 1 Petrus ini dialamatkan? Di psl 1:1-2 “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” Daerah-daerah tersebut berada di dalam provinsi-provinsi Romawi di Asia Kecil (Turki saat ini) di sebelah utara Pegunungan Taurus. Dengan berbagai latar belakang sosial penerima surat ini dan dari latar belakang agama Yahudi maupun non-Yahudi (sebagian besar non-Yahudi-predominately Gentile Christians; Peter H Davids;1990) tetapi yang jelas Petrus mengajak para pembaca surat ini agar percaya bahwa mereka adalah “bangsa Israel yang baru.” (D.A.Carson;2017). Yang mewarisi segala sesuatu yang telah dijanjikan Allah kepada umat pilihan-Nya (bdk. 2:5; 9-10). Mereka telah mengalami pencobaan (1:6), maka Petrus memberi kekuatan kepada mereka dengan mengingatkan mereka akan keselamatan jiwa mereka (1:8-9). Mereka juga diingatkan Petrus bahwa mereka telah dilahirkan kembali (1:23), mereka telah disucikan (ay. 22). Karena ada tertulis “kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (bdk. 1:13-16) Inilah gambaran keadaan jemaat penerima surat ini.
  1. Mereka merupakan petobat baru di dalam Kristus. Mereka telah ditebus dari kehidupan yang lama (1:18-21). Mereka telah menyucikan diri dalam kebenaran sebagai dampak dari kelahiran kembali melalui firman kebenaran (1:22-25). Kehidupan yang lama sudah mereka tanggalkan. Namun, perjalanan belum berakhir artinya tidak boleh berhenti di titik tersebut saja. Mereka perlu terus bertumbuh dalam kebenaran. Menjadi Kristen yang terus-menerus berproses. Menjadi Kristen jangan stagnan!
  1. Perintah yang berdasar. Perintah yang terdapat di ay. 1-3 ini merupakan perintah yang berdasar kepada keadaan mereka di atas. Perintah di ay. 1-3 ini merupakan panggilan untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan realitas spritual bahwa mereka telah meninggalkan keinginan dan kehidupan mereka sebelumnya (1:14, 18 bdk. 2:11; 4:3, 15. Watson & Callan;2012; 42). Kata kerja utama adalah “buanglah-apotothemi” yang bersifat kiasan artinya secara harafiah “melepaskan pakaian” (bdk. Ef. 4:22; Ibr. 12:1-2). Dalam liturgi baptisan awal, calon baptisan akan melepas pakaian lama mereka sebelum pembaptisan dan mengenakan pakaian baru sesudahnya melambangkan penyucian mereka ( P. 43). Lebih daripada itu, alasan untuk menanggalkan hidup lama tersebut adalah karena kita harus “menyesuaikan” dengan Allah yang kita sembah (bdk. 1:15-16). Lebih tepatnya untuk “mengikuti jejak-Nya” seperti yang tertulis di 2:21. Menjadi Kristen yang mengikuti jejak-Nya.
  1. Sehingga senantiasa harus berjuang untuk menghindari dosa-dosa seperti: “kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” (2:1) (jika kita perhatikan maka dosa-dosa ini meliputi tindakan, perkataan dan di dalam hati. Selama ini perkataan atau hati tidak terlalu ditekankan untuk dibaharui.). Berbagai bentuk kehidupan lama tersebut merujuk pada pengalaman pertobatan di bagian sebelumnya (1:18-25). Orang-orang Kristen di Asia Kecil merupakan petobat baru di dalam Kristus. Mereka telah ditebus dari kehidupan yang lama (1:18-21). Mereka sudah ada di titik menjadi seorang yang percaya, tetapi harusnya terus-menerus bertumbuh. Orang yang tidak menanggalkan dosa akan kehilangan kerinduannya terhadap Firman Tuhan, sedangkan orang yang tidak mencari Firman Tuhan tidak akan bisa membuang dosa. Sederhananya, mencintai Tuhan harus membenci dosa, mencintai Tuhan harus mencintai firman-Nya. 
  1. Menjadi bayi yang baru lahir yang merindukan susu yang murni dan yang rohani. Jelas kalimat ini berdasar kepada keadaan mereka saat itu bahwa mereka telah “dilahirkan kembali” (1:23). Keinginan akan susu yang murni tersebut bukan sebuah keinginan biasa saja, tetapi keinginan yang begitu besar (pertumbuhan-kehidupan menjadi taruhannya-benar-benar bergantung terhadap susu murni tersebut). Petrus menggunakan kata bayi tersebut dengan kata artigenneta new born-baru lahir yang betul-betul bergantung kepada air susu ibunya. Dan dalam hal ini merujuk kepada Firman Allah dan atau Yesus Kristus sendiri sebagai Firman Allah yang hidup. Tidak ada pilihan lain. Sebagai bayi rohani membutuhkan pertumbuhan, apa yang memberi pertumbuhan? Jelas! Firman Tuhan (ay. 2 “...olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.”). Akan sama dengan seorang sehat yang mau makan, demikian juga orang yang sehat rohani akan rindu juga makan rohani.
  1. Istilah “bayi rohani” dapat dipahami secara negatif dan positif. Secara negatif dipandang bahwa “bayi rohani” adalah orang yang tidak dewasa dalam iman atau orang yang tidak mengalami pertumbuhan. Jika dalam Ibrani 5 :11-14 dikatakan bahwa “anak kecil” masih membutuhkan susu bukan makanan keras yang tidak memahami ajaran tentang kebenaran, yang belum memiliki panca indera yang terlatih dan lamban dalam hal mendengarkan. Tipologi orang yang dikatakan dalam kitab Ibrani ini adalah tipologi orang yang penting percaya saja, maka pasti selamat, dan baginya tidak perlu bertumbuh (stagnan, pasif, lamban dalam merespon firman Allah). Juga di dalam Galatia 4:3 “Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia,” dipahami bahwa masih tunduk kepada roh-roh duniawi yang kontra dengan Efesus 4:13 “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,”. DEWASA-BAYI ROHANI TIDAK DITENTUKAN USIA, Pendidikan, Ekonomi, juga jabatan, khususnya berapa lama sudah menjadi Kristen. Adapun ciri lain menurut Paulus dalam 1 Kor. 3:1-3 “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” yang belum dewasa adalah mereka yang manusia duniawi yang ada iri hati dan perselisihan. Tetapi berbeda dengan yang terdapat di nats Minggu ini, bayi rohani merujuk kepada mereka yang baru mengalami hidup baru yang seharusnya senantiasa bertumbuh.
  1. 3 setidaknya memiliki hubungan dengan Mzm. 34:9 “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (bdk. Ibr. 6:4-6 “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. ”). Dua kata Yunani terakhir dari ay. 3 ini adalah chrestos (baik) dan kurios (Tuhan). Kata Yunani yang lebih umum untuk kebaikan adalah agathos, tetapi Petrus memilih chrestos di sini mungkin karena kemiripannya dengan Christos, sekaligus memperkenalkan kepada penerima suratnya sumber kebaikan tersebut adalah dari Kristus yang adalah Tuhan tersebut (M. Eugene Boring:1999). Mengecap kebaikan Tuhan mengacu pada pengalaman tentang Tuhan. Tidak dalam arti mencicipi lawan kata makan atau minum sesuatu, tetapi mengalami kualitas pengalaman pribadi dengan Tuhan. Apa yang kita alami? Kebaikan Tuhan pastinya! Kebaikan Tuhan diuraikan dalam hal pengampunan-penebusan. (Peter H. Davids; 1990). Kebaikan Tuhan juga mendorong kita merindukan firman-Nya. Kebaikan Tuhan (utama-Nya penebusan-Nya) menjadi “daya dorong” bagi kita untuk menanggalkan cara hidup lama dan bertumbuh terus-menerus melalui firman-Nya. Penerima kebaikan Tuhan, harusnya menyatakannya dalam hidupnya kebaikan yang dia telah terima dari Tuhan supaya menjadi berkat bagi orang lain. Penerima kebaikan layaknya menjadi kebaikan itu sendiri bagi orang lain. Kebaikan Allah adalah motivasi terbesar untuk belajar terus-menerus akan firman-Nya yang menghidupkan. Hanya orang yang belum mengecap kebaikan Allah yang tidak haus akan kebenaran-Nya.
  1. Datanglah kepada-Nya sebagai batu yang hidup (ay. 4). Bagian ini menjelaskan metafora baru, jika sebelumnya disebut sebagai bayi yang baru lahir tetapi kali ini disebut sebagai batu hidup. Kita tidak dapat memahami dengan jelas mengapa digunakan kata batu hidup ini, tetapi beberapa penafsir menafsirkan sebagai batu karang yang masih dalam proses pembentukan. Namun jika kita perhatikan bagian selanjutnya 6-8, Petrus mengacu kepada Yes. 28:16 yang ditafsirkan Yesus sebagai diri-Nya sendiri (Mat. 21:42). Ayat ini mengacu kepada Yesus sebagai batu hidup-kiasan dari kebangkitan-Nya bahwa Dia hidup. Kita mengetahui bahwa penerima surat ini mayoritas non-Yahudi, sebelumnya menyembah berhala yang terbuat dari batu mati yang tidak bernyawa, tidak memiliki kekuatan untuk membantu mereka. Mereka pasti akan memahami kontras antara berhala yang mati itu dan Kristus sebagai batu yang hidup. (Wayne A. Grudem, 1988). Datanglah kepada-Nya. Dibutuhkan kesediaan dari pihak kita untuk datang kepada-Nya. Datang kepada-Nya sebagai bagian dari penghargaan kita atas kebaikan yang telah kita terima dari-Nya. Seseorang yang telah mengecap kebaikan Tuhan, dia akan setia untuk datang kepada Tuhan. Dia tahu darimana kehidupannya berasal, dia tahu darimana anugerah penebusan yang dia terima, maka dengan sendirinya seseorang itu akan datang kepada-Nya, memiliki kerinduan datang kepada-Nya. Petrus yang diberina nama Yunani Petros oleh Yesus yang berarti batu karang (Mat. 16:18), sekarang berbicara tentang Kristus sebagai batu hidup dan di bagian ini, dan di bagian berikutnya dia berbicara tentang penerima surat ini sebagai batu hidup. Petrus menggunakan kata yang berbeda untuk batu di sini yaitu lithos yang merupakan kata yang sama yang digunakan oleh Yesus ketika berbicara tentang batu yang dibuang oleh tukang bangunan (Mat. 21:42; bdk. Kis. 4:11). Lithos adalah pilihan yang biasa digunakan ketika berbicara tentang batu untuk sebuah bangunan. (John MacArthur;2004)
  1. 5 Petrus mempersamakan penerima suratnya sebagai batu yang hidup dengan Yesus yang adalah batu yang hidup (ay. 4). Dengan latar belakang bahwa Yesus pernah dibuang tetapi kemudian dipilih dan dihormat di hadira Allah (ay. 4). Sebagai batu yang hidup bertujuan untuk menjadi rumah rohani,... imamat yang kudus,.. mempersembahkan persembahan rohani (ay. 5). Tujuan ini disematkan kepada mereka sebagai orang-orang yang lahir baru oleh karena Yesus Kristus (karena Yesus Kristus..., erkelang-kelangken Jesus Kristus. ay. 5). Seolah-olah Petrus menekankan bahwa identitas-identitas yang dulu disematkan kepada umat PL tetapi oleh karena Yesus Kristus-lah, identitas itu juga diberikan kepada mereka. Ini juga merupakan kebaikan Tuhan yang tiada tara, oleh karena Yesus kita menerima identitas yang baru. 
  1. Pertumbuhan dalam persekutuan (komunal). Sebuah batu tidak akan berarti apa-apa jika terpisah dengan batu yang lainnya dalam hal pembangunan. Tuhan ingin menggunakan orang percaya untuk menjadi batu hidup bagi pembangunan rumah rohani. Artinya, setiap orang di antara kita dipanggil untuk membangun komunitas orang percaya. Orang Kristen tidak bisa dan tidak boleh hidup sendiri. Lepas dari komunitas, orang Kristen hanya merupakan sebuah batu yang tidak berguna atau 
  1. tidak berfungsi. Pertumbuhan orang percaya selalu akan dalam wadah komunal. 
  1. Tuhan baik, apakah kita sudah merasakannya? Kebaikan Tuhan kadang tergantung apakah orang tersebut telah mengalami hidup baru atau belum? Atau sudahkah seseorang tersebut menyadari bahwa keseluruhan hidupnya bersumber dari Tuhan? jika belum, maka seseorang tersebut tidak akan merasa bahwa hidupnya telah dianugerahi betapa banyak kebaikan dari Tuhan.
  1. Kiniulin Tuhan dalam setiap tahap kehidupan. Dalam kehidupan kerohanian, tumbuh dan tidaknya iman seseorang tergantung pada dasar/fondasi iman orang tersebut. Ketika iman seseorang dibangun diatas pemahaman yang sempit tentang kebenaran firman Tuhan, maka dengan sendirinya iman tersebut akan mudah lapuk dan hancur dimakan waktu. Pemahaman sempit dimaksud adalah memandang bahwa mengikut Tuhan akan selalu mengalami kelimpahan berkat materi tanpa adanya sebuah proses atau perjuangan. Pemahaman seperti itu sangatlah sempit dan akan melahirkan iman yang lemah. Mengikut Tuhan tidak senantiasa mengalami kehidupan yang serba menyenangkan, ada kalanya kita mengalami pergumulan dan kesulitan, seperti jemaat penerima surat Petrus ini. Tetapi if indeed you have tasted that the Lord is gracious-jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan, kita akan tetap setia kepadanya (bdk. Istilah dalam bahasa Karo-cinanamen)
  1. Menghargai kiniulin-kebaikan Tuhan. Keleng ateta man Tuhan la mungkin keleng ka ateta man dosa. Kebaikan Tuhan menjadi daya dorong utama bagi kita melakukan segala sesuatu. Kebaikan Tuhan mendorong kita bertumbuh. Kebaikan Tuhan menjadikan kita merindukan firman-Nya. Mengecap kebaikan Tuhan, kita sadar bahwa hidup kita seperti M.Luther katakan “simul iustus et peccator’”(dibenarkan tetapi sekaligus tetap berdosa). Kesadaran ini mendorong kita untuk tidak kembali kepada kehidupan lama. Sadar bahwa kita sebenarnya tidak layak menerima kebaikan Tuhan, mendorong kita tetap rendah hati dan merespon kebaikan Tuhan dengan kebaikan, supaya jangan seperti pepatah “air susu dibalas dengan air tuba.

 

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, 

GBKP Rg. Palangka Raya

MINGGU 09 APRIL 2023, KHOTBAH LUKAS 24:1-7 (PASKAH I)

Invocatio :

“Bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” (1 Kor 15: 4)

Bacaan :

Bilangan 28: 16-25

Tema  :

YESUS HIDUP (YESUS NGGELUH MULIHI)

 

Pengantar

Orang yang memiliki, takut kehilangan. Orang yang hidup, takut akan kematian. Apa yang akan terjadi di masa depan, tidak ada yang tahu. Inilah realitas hidup, penuh ketakutan dan ketidakpastian yang membawa sebagian bahkan banyak orang menjalani hidup kekhawatiran. Pandemi menurun, namun hari-hari ini kita diperhadapkan dengan pesimisme, kebencian, perang, resesi ekonomi, dan banyak persoalan lainnya yang menimbulkan kegelisahan. Paskah adalah sebuah titik terang yang menghadirkan pengharapan bagi semua orang yang percaya.

Penjelasan Teks Lukas 24: 1-7

  • Para perempuan (Maria dari Magdala, Yohana, Maria Ibu Yakobus, dan perempuan lain juga) datang pagi-pagi benar ke kubur Yesus. Walaupun nama-nama perempuan yang datang disebutkan berbeda di tiap Injil, baik Injil Matius, Markus, bahkan Yohanes memberi keterangan waktu yang sama, diperkirakan antara jam 3-5 subuh. Pagi-pagi benar sudah menuju ke kubur Yesus, ada resiko bahaya karena mereka semua perempuan, tetapi mereka ingin secepatnya ke kubur Yesus setelah hari Sabat berlalu. Dengan persiapan matang dan semangat mereka hendak melakukan apa yang biasanya dilakukan bagi orang mati, membawa rempah-rempah untuk dipakaikan ke jasad yang ada dalam kubur itu. Tetapi persiapan ini justru menunjukkan bahwa mereka menganggap kematian Yesus sama seperti kematian lainnya, mereka tidak mengharapkan kebangkitan. Bagi mereka Yesus sudah mati dan tetap mati. Saat datang ke kubur, mereka berharap mendapati tubuh kaku orang mati. Sehingga mereka hanya termangu-mangu ketika mendapati mayat Tuhan Yesus tidak ada di situ. Berpikir secara biasa tidak akan mampu membuat kita mengerti peristiwa luar biasa. Semestinya, reaksi orang percaya mendapati kubur kosong adalah bersukacita karena Yesus sungguh bangkit, hidup kembali, seperti yang sudah berulang kali Ia katakan. Tetapi mereka hanya berdiri diam dalam kebingungan. Mungkin dukacita yang begitu dalam yang memenuhi pikiran mereka. Kematian yang mereka saksikan beberapa hari sebelumnya begitu mendominasi hati dan pikiran sehingga mereka kehilangan harapan tentang kebangkitan.
  • Perkataan dua orang dengan pakaian berkilauan dalam kubur kosong itu, menyembunyikan sebuah teguran halus: Mengapa pengikut Yesus yang adalah circle terdekat-Nya tidak juga memahami atau tidak mengingat bahwa Yesus sudah berulang kali mengatakan bahwa IA akan mati dan bangkit pada hari yang ketiga. Mereka mencari Yesus di tempat yang keliru. IA bukan Allah yang mati, melainkan Allah yang hidup. Kita menyembah Allah yang hidup. Teks ini menyadarkan pembacanya untuk beriman dengan benar, jangan salah fokus, jangan salah dalam mencari Allah. Menghabiskan energi dan persiapan yang matang menjadi sia-sia saat kita keliru menempatkannya, karena kita akan tetap merasakan kehampaan walau sudah merasa berbuat yang terbaik.

Aplikasi

  1. Jadilah orang Kristen yang benar-benar memperhatikan perkataan Tuhan, mengingat dan menjadikan pedoman hidup. Janganlah kita biarkan hidup kita dikendalikan oleh pikiran yang dipenuhi dengan berbagai kesulitan, sehingga kita tidak punya cukup ruang untuk menghidupi Firman Tuhan. Seperti pengikut Yesus yang pikirannya dipenuhi bayangan peristiwa penyaliban dan kematian yang begitu mengerikan sehingga membuat mereka tidak bisa melihat titik terang kebangkitan Yesus sebagaimana sudah IA firmankan. Firman Tuhan, bukan ketakutan, yang seharusnya memenuhi hati dan pikiran kita. Sehingga kita dimampukan untuk hidup dalam dunia ini dengan penuh harapan, bukan hidup dalam kekhawatiran. Yesus sudah bangkit, IA hidup.
  2. Tidak ada yang biasa-biasa dari kebangkitan. Maka semestinya kita tidak memperingati Paskah ini dengan mindset biasa-biasa saja. Kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang luar biasa. Inilah kemenangan terbesar kita. Inilah yang menjadi puncak iman Kristen. Kristus bangkit, maka kebangkitan orang percaya pun menjadi sebuah keniscayaan. Maka menjadi penting bagi kita melihat kualitas kita sebagai orang beriman, apakah sudah sesuai dengan Firman Tuhan ataukah hanya sebagai identitas saja. Sungguh prihatin ketika orang Kristen melihat rangkaian Paskah sebagai rutinitas belaka, bahkan sebagai momen berlibur bersama keluarga tanpa memperhatikan rangkaian ibadah dan perayaan di gereja. Kalaupun ikut merayakan, yang diutamakan adalah perlombaan, sayembara, dll. Maka perlu kita benahi bagaimana kita memaknai pentingnya kebangkitan Kristus dalam kehidupan beriman. Sebagai perbandingan Paskah bagi orang Yahudi (bdk bacaan Bilangan 28: 16-25) dirayakan sebagai peringatan akan keluarnya orang Israel dari perbudakan di Mesir. Untuk memperingatinya, banyak aturan yang harus diikuti lengkap dengan hitung-hitungannya, dan semua ini sifatnya wajib (harus). Sekalipun berbeda makna Paskah Yahudi dengan Paskah Kristen, baiklah kita melihat bagaimana mereka menghargai perayaan-perayaan dengan detail yang tidak bisa sembarangan. Menjadi catatan bagi kita untuk lebih menghormati perayaan hari-hari besar dalam gereja kita.
  3. Kebangkitan Yesus memberi kepastian, menjawab keragu-raguan. Setiap tahun kita merayakan Paskah, setiap tahun juga kita kembali dikuatkan. IA sungguh-sungguh bangkit. IA hidup! Kebangkitan yang tadinya sebuah kemustahilan jadi sebuah kepastian dalam Yesus. Sama halnya dengan pergumulan-pergumulan hidup, yang terlihat tidak mungkin diperbaiki, tidak mungkin berhasil, dalam iman kepada Yesus Kristus, tidak ada yang mustahil. Paskah memberi kita pengharapan baru. Paskah memberi kita kepastian, dalam Tuhan ada rencana yang indah. Siaplah dengan rencana Tuhan yang luar biasa.

Penutup

Kita bersukacita karena Yesus Kristus menang, kematian sudah dikalahkan-Nya. Kemenangan Kristus atas maut adalah kemenangan kita. Karena kita punya kekuatan yang bisa diandalkan. Maka sekalipun kita tetap tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, kita punya Allah yang menjamin hidup kita dengan penyertaan-Nya. Persoalan akan datang dan pergi, tapi penyertaan Tuhan tidak akan berhenti. Kapanpun di mana pun, ditengah suka dan duka Tuhan menyertai. Bahkan kematian tidak bisa memisahkan kita dari Allah, karena IA sudah menang atasnya. Hiduplah dengan penuh pengharapan dan ucapan syukur karena Tuhan Yesus selalu ada bagi kita. Selamat Paskah!

Pdt. Yohana Samuelin M. Ginting, S.Si (Teol)

GBKP Runggun Cibubur

SABTU 08 APRIL 2023, KHOTBAH MATIUS 27:62-66 (SABTU PENGHARAPAN)

Invocatio: “Dan didalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara (1 Petrus 3:19)

Ogen: Masmur 115:16-18 (Responsoria) 

Tema: Yesus  dalam dunia kematian/Jesus I Bas Doni Kematen

 

Pengantar:

Sabtu Pengharapan sering disebut juga dengan sabtu sunyi/sabtu sepi. Sabtu sunyi memperingati saat tubuh Yesus dibaringkan di dalam kubur setelah disalibkan pada hari jumat Agung. Ini adalah momen dimana Yesus masuk ke dalam dunia kematian. Yesus yang benar-benar  Allah dan benar-benar manusia itu, harus melewati kisah yang sangat melelahkan sejak malam dimana Yesus makan bersama dengan para murid hingga penyaliban yang berakhir dengan kematian. Sabtu sunyi membawa kita untuk lebih dalam lagi memahami betapa besarnya kasih Tuhan buat kita. Dia berada dalam dunia kematian, hal yang paling menakutkan bagi manusia. Tapi ingatlah bahwa peristiwa ini bukan memperlihatkan ketidak berdayaanNya tapi keberadanNya di sana untuk memberikan pengharapan karena Yesus pun berjuang guna menyelamatkan kita dengan menaklukan dunia kematian. Sehingga kita simpulkan bahwa sabtu pengharapan adalah jembatan penghubung antara kematian (jumat agung) dengan kebangkitan (Paskah).

Penjelasan Teks

  • Matius 27:62-66 menjelaskan bahwa, peristiwa ini terjadi pada hari persiapan. Lebih jelasnya dalam Mrk. 15:42, dikatakan bahwa saat itu terjadi ketika hari mulai malam, yaitu hari menjelang sabat, datanglah para imam-imam kepala

dan orang Farisi menghadap Pilatus. Kedatangan mereka hendak mengingatkan Pilatus karena mereka mengingat nubuatan yang pernah disampaikan oleh Yesus,”bahwa sesudah tiga hari Aku akan bangkit”, para pemimpin imam imam tidak mau mengambil resiko. Sehingga mereka menjumpai Pilatus dan mengingatkan hal itu. Ada ketakutan besar jika kabar kebangkitan itu benar- benar terjadi dan tersebar luas maka itu akan mendatangkan malapetaka bagi mereka.

Maka Pilatus mengeluarkan perintah dan memberikan “Penjaga-penjaga” bagi mereka.

Para imam dan orang Farisi berusaha melakukan tindakan pencegahan

dengan memeterai kubur itu, dengan menghubungkan batu penutup kubur dengan lubang kubur memakai tali seperti arahan Pilatus kepada mereka. Mereka juga menempatkan penjaga-penjaga Romawi di luar kubur itu, dan mereka memeterai kubur itu. Meterai itu mengandung ancaman kematian bagi siapa saja yang mungkin merusak kubur itu. Hal ini seperti kekuatan bagi mereka, karena mereka mencurigai bahwa kebangkitan Yesus ini adalah scenario yang diciptakan oleh para murid yang mungkin datang mencuri, lalu akan mengatakan bahwa IA telah bangkit. Dengan adanya materai dan penjagaan dari Pilatus ini seperti kunci mati sekaligus ancaman jika ada yang berani melanggar. Padahal para murid sendiri pun tidak mengingat pembicaraan Yesus yang sudah berulang kali mengatakan tentang kebangkitanNya pada hari ke tiga karena mereka hanya larut dalam keadaan berkabung yang sangat dalam.

Disebuah artikel dituliskan: Kesunyian pada titik tertentu dapat menjadi kesepatan bagi manusia untuk mencari, mendalami, memahami dan memaknai diri serta kehidupannya. Di dalam kesunyian, manusia, memiliki ruang untuk melakukan semua tanpa adanya gangguan dari luar. Namun kesunyian juga dapat berubah menjadi pengalaman yang menakutkan karena didalamnya manusia terasing dari segala hal yang  biasa ada disekitarnya. Kesunyian itu pula yang ada dalam kehidupan para murid pasca kematian Yesus di kayu salib. Realitas yang mereka hadapi menghilangkan keyakinan dan ingatan mereka atas apa yang dikatakan dan dijanjikan oleh Yesus. Mereka ketakutan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Segala perjalanan hidup yang mereka jalani bersama selama 3 tahun menjadi perjalanan hidup yang sekali seumur hidup dan dipenuhi dengan banyak keajaiban/mukjizat. Sedih, takut, kecewa, kesepian, kebingungan dan putus asa, itulah yang mereka rasakan pada hari itu. Tapi sekalipun itu yang terjadi, semua akan berubah besok seiring dengan bergantinya hari.

Pilatus dan orang-orang Yahudi itu tidak menyadari bahwa tidak ada penjaga, tidak ada pengamanan, yang bisa mencegah mayat Yesus untuk dibangkitkan! Alih-alih mencegah penyebaran desas-desus palsu, seperti yang mereka inginkan, bahkan pengamanan kubur itu sebenarnya berfungsi untuk membuktikan kebenaran kebangkitan Yesus. Mereka menjadi saksi yang mematahkan berbagai asumsi-asumsi kebangkitan Yesus.

  • Masmur 115:16-18, pembacaan yang pertama memperlihatkan suasana perayaan kemenangan setelah mengalahkan bangsa lain. Bangsa Israel sungguh mengakui dan menyadari perbedaan antara Allah yang mereka sembah dan allah bangsa lain. Israel melihat ilah bangs alai sebagai ilah yang memiliki segala yang seharusnya ada mulut, mata, telinga, hidung, tangan, kaki (ay.5-7), tetapi semua tidak berfungsi karena mereka tidak hidup. Walaupun dibuat dari bahan yang terbaik dan dibentuk sempurna, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya menjadi benda yang tak bergerak. Sedangkan Tuhan adalah Allah yang sanggup menolong, menjadi perisai dan yang juga memberkati bangsaNya (ay.9-14) jadi benarlah yang diserukan oleh pemasmur bahwa seharusnya kita hanya percaya kepada Tuhan karena Dia hidup serta sanggup menolong dan memberkati.Bahkan pertolongan Tuhan itu yang membuat kita tetap hidup. Kita yang seharusnya mati karena dosa, tapi beroleh kehidupan dengan kematian dan kebangkitan Yesus supaya kita hidup untuk mempermuliakan Tuhan.

Aplikasi/Kesimpulan

Injil Matius menekankan kesungguhan kematian Yesus, dan melawan sangkalan- sangkalan orang Yahudi terhadap kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu dari teks ini ada beberapa penekanan yang bisa kita dapat:

  1. Allah berkuasa dan kuasaNya nyata baik ketika Dia hidup bahkan dalam

kematian. Ilustrasi: Angka 8.

Jika dilihat dari berbagai arah baik dari atas atau dari bawah, dari depan atau belakang tidak berubah seperti angka yang lainnya.

Kematian tidak mampu membatasi kuasa Tuhan yang bekerja dala dunia ini. Kubur yang dijaga, justru memperkuat bahwa Yesus benar-benar bangkit. Oleh sebab itu sekalipun keadaan kita seperti para murid yang terpuruk dalam keadaan, ingatlah kita punya Tuhan yang berkuasa (bnd. Pembacaan pertama), yang tidak pernah kehilangan kuasaNya. Sabtu pengharapan ada diantara masa berkabung dan sukacita. Artinya berada diantara keputusasaan dan harapan.

Berarti sabtu sunyi tidak akan bertahan lama tetapi akan segera berganti. Karena kematian tidak melenyapkan kuasa Tuhan. Kematian memang pasti, tapi kebangkitan juga adalah kepastian. Oleh sebab itu tetap arahkan hati dan pikiran kepada Yesus ditengah kesunyian yang besar dalam hidup kita. Temukan suara Tuhan ditengah kesunyian hidup. Dan orang yang membawa orang lain keluar dari kesunyian hidupnya (invocatio).

  1. Tidak ada seorangpun yg dapat menghalangi rencana Allah

Pilatus dengan segala kuasanya, orang-orang Yahudi dengan segala rencananya bersatu padu dengan 1 tujuan, yaitu bagaimana caranya agar yesus tidak bangkit dan tidak dapat keluar dari kubur. Mereka ingin melihat, bagaimana kematian Yesus merupakan akhir dari pelayanan Yesus. Hari ini kita diingatkan bahwa tidak ada yg dapat menghalangi rencana Allah. Oleh sebab itu tetaplah percaya, tetaplah dekat dan bergantung kepada Tuhan.

Karena, rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Rencana Allah tidak dapat dihalangi oleh siapapun. Allah tetap mengerjakan rencananya.

Berjalanlah dengan tenang dan syukur sebagai orang percaya, karena, tidak ada yg dapat menghalangi rencana Allah.

Pdt Sripinta Ginting

Rg Cileungsi

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD