• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 21 MEI 2023, KHOTBAH MAZMUR 27:7-10

Invocatio :    “Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku” (Mazmur 31:3a)

Ogen :    1 Yohanes 5:13-15 (Antiphonal)

Tema :    ALLAH ADALAH PENOLONG

 

Pengantar

Minggu ini dinamakan Minggu Eksaudi (“dengarkanlah Tuhan seruan yang ku sampaikan”) berdasarkan Mazmur 27:7. Pemazmur sungguh-sungguh berdoa, memohon pertolongan Tuhan atas pergumulan yang dialaminya. Walaupun ia seorang raja, Daud tidak mampu menghadapi pergumulannya sendiri, sehingga ia datang dan memohon pertolongan kepada Raja di atas segala raja. Dan dalam minggu ini juga merupakan persiapan bagi kita untuk memperingati turunnya Roh Kudus setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Kalau kita melihat catatan Kisah Para Rasul 1:14, setelah murid-murid menyaksikan Yesus terangkat ke sorga, maka kembalilah mereka ke Yerusalem, dan naiklah mereka ke ruang atas. Mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama. Kita melihat di sini murid-murid terus bertekun dalam doa, sampai turunnya Roh Kudus.

Penjelasan Teks Firman Tuhan

Walaupun perikop dimulai dari ay. 7, tetapi kita harus melihat latar belakang perikop ini secara keseluruhan. Judul perikop ini “Aman dalam perlindungan Allah”. Pemazmur, dalam hal ini Daud, mengalami pergumulan yang berat, ay. 2 “penjahat-penjahat menyerang aku, untuk memakan dagingku, semua lawanku dan musuhku”. Ay. 3 “sekalipun tentara berkemah mengepung aku”. Tetapi Pemazmur sungguh-sungguh mengenal Allahnya, kepercayaannya teguh kepada Allah. Bahwa baginya Allah adalah terang dan keselamatan juga benteng hidupnya, sehingga ia tidak takut dan gemetar. Bahkan Pemazmur sangat yakin lawannya akan mengalami “senjata makan tuan”, mereka sendirilah yang akan tergelincir dan jatuh. Ay. 1 - 6 menyatakan kepercayaannya yang teguh kepada Tuhan, sedangkan di ay. 7 - 14 lebih banyak permintaan dan permohonannya kepada Tuhan.

Bacaan kita dimulai dengan permohonan, seruan Pemazmur agar Tuhan mengasihani dan menjawabnya. Pemasmur sudah mengikuti Firman Tuhan, dia mencari wajah Tuhan, tetapi baginya Tuhan menyembunyikan wajahNya. Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk diterima. Pemazmur juga butuh untuk didengarkan dan dijawab (ay. 7). Bandingkan kisah Zakheus, walaupun orang kaya tetapi ia ditolak oleh orang sekitarnya. Tetapi ada satu pribadi yang menerima dia apa adanya yaitu Yesus Kristus. Dan di sini Daud menyadari keterbatasan manusia, bahkan orang tuanya sendiri yang paling dekat dengan dia bisa meninggalkan (meninggalkan di sini bisa berarti meninggalkan dunia ini, bisa juga keterbatasan waktu sehingga tidak dapat mendampingi Daud). Tetapi Tuhan tetap menyambutnya. Dalam hidup ini sering terjadi, orang yang paling dekat dengan kita, yang kita pikir paling mengerti kita, tetapi kenyataannya tidak mengerti kita. Orang yang paling kita harapkan untuk mendengarkan kita, ternyata tidak mendengarkan kita. Inilah yang dimengerti oleh Pemazmur, bahwa Tuhanlah yang mendengarkan dan menyambut dia. Catatan, ketika kita memiliki pergumulan, apakah lebih banyak kita berbicara kepada manusia (teman, sahahat), atau kepada Tuhan? Ketika kita lebih banyak bicara kepada manusia daripada kepada Tuhan, berarti ada yang salah dalam kerohanian kita. Hal ini tidak kita temukan dalam diri Pemazmur karena dia tetap berseru kepada Tuhan. Pemazmur memohon agar Tuhan jangan menyembunyikan wajahNya dan menolak dia, bahkan membuang dan meninggalkannya (ay. 9). Bagi Daud, Tuhan adalah penolong dan penyelamatNya, tidak ada yang lain. Bukan saja kebutuhan untuk dimengerti dan didengarkan, tetapi Pemazmur juga mau mengerti kehendak Tuhan (ay. 11, “tunjukanlah jalanMu, tuntunlah aku di jalan yang rata”). Permazmur mau berjalan di dalam jalan Tuhan. Dan hal ini menolong kita untuk tidak menjadi orang yang self centered/ego centered (egois, selalu menuntut untuk diperhatikan), tetapi kita juga mau mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan yang harus kita lakukan sekalipun dalam pergumulan. Ay. 13 - 14 kita kembali melihat pernyataan iman Pemazmur, “nantikan Tuhan, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, ya nantikanlah Tuhan!” Ketika kita datang kepada Tuhan, bukan berarti segala sesuatunya langsung dijawab oleh Tuhan. Tetapi dalam penantian kita, iman kita tetap kuat dan teguh, dan kita tetap melakukan apa yang dikehendaki Tuhan.

Dalam pembacaan Firman Tuhan yang pertama, persoalan yang paling menonjol dalam Surat 1 Yohanes adalah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan pengaruhnya di dalam diri orang percaya atau jemaat pada waktu itu. Beberapa jemaat bahkan ada yang sudah meninggalkan iman percayanya kepada Yesus Kristus (1 Yohanes 2:19). Yohanes jelas menyatakan maksudnya ketika menulis surat ini, bahwa kepastian kehidupan kekal bagi anak-anak Allah hanya dapat dipercaya kebenarannya di dalam Yesus Kristus, karena Dialah sumber kehidupan kekal. Yang menjadi penekanan adalah, orang yang percaya. Tuhan sudah memberikan segala-galanya kepada kita dan yang terbesar adalah diriNya sendiri. Bila yang terbesar telah diberikanNya bagi kita, maka hal yang lain pun akan menjadi bagian kita. Artinya sebelum kita meminta pun, hal itu telah disediakanNya bagi kita. Semakin kita dekat dengan Tuhan, permintaan kita akan semakin sesuai dengan rencanaNya, karena kita tidak lagi meminta apa yang berkenan bagi diri kita, tetapi apa yang berkenan bagiNya.

Aplikasi

Tema pada Ibadah Minggu ini “Tuhan adalah penolong”. Ada beberapa hal penting yang dapat menjadi renungan kita:

  1. Dalam setiap pergumulan, yakinkan Tuhan sebagai penolong. Sebagaimana Pemazmur walaupun ia seorang raja, ia menyadari keterbatasannya. Oleh karena itu Daud terlebih dahulu datang dan berseru kepada Tuhan. Pemazmur sungguh-sungguh memohon belas kasihan Tuhan. Baginya Tuhan adalah penolong dan penyelamatnya. Demikian halnya dengan kita, bila tengah menghadapi pergumulan jangan mencari pertolongan yang lain terlebih dahulu (teman, kuasa-kuasa lain), tetapi datanglah dan mohon pertolongan kepada Tuhan.
  2. Dalam menanti pertolongan Tuhan, menantilah dengan tekun dan sabar. Nantikan pertolongan Tuhan dengan tetap kita beriman teguh dan melakukan apa yang benar seturut kehendakNya. Jangan mengotori hati dan perbuatan kita dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan (cinta ditolak - sakit hati - dukun bertindak, ingin cepat kaya datang ke Gunung Kawi, dll.).
  3. Membangun persekutuan dalam doa bersama, sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Yesus setelah mereka kembali ke Yerusalem sampai datangnya Roh Kudus. Penting untuk membangun Tim Doa untuk sehati dan bertekun di dalam doa, baik secara Kategorial, Runggun, bahkan di setiap keluarga.

Selamat memasuki Minggu Eksaudi, Tuhan Yesus mendengar seruan kita!

Pdt. Larena br. Sinuhadji (Nd. ReyRaphaTarigan)

GBKP Runggun Cikarang

KAMIS, 18 MEI 2023, YOHANES 14:1-6 (PERINGATAN KENAIKAN TUHAN YESUS KE SURGA)

Invocatio : Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi (Ibrani 1:3c)

Bacaan     : 2 Raja-Raja 2:6-12a (Tunggal)

Tema     : Yesus Menyiapkan Tempat Bagi Orang Percaya (Jesus Nikapken Ingan Man Kalak Si Tek)

PENGANTAR

Adakalanya, saat dimana kita menemukan diri kita diliputi dengan kegelisahan, dan akibatnya kita menjadi tidak tenang, kuatir, takut, jantung rasa deg-degan, tubuh seperti kram, tidak bisa tidur dan tidak dapat berpikir dengan baik. Bahkan terkadang kegelisahan itu begitu kuat sehingga kita ingin menyerah. Minggu ini, kita memperingati kenaikan Tuhan Yesus ke surga, kita diingatkan agar jangan takut dan gelisah ketika menghadapi berbagai pergumulan, terlebih karena perpisahan yang kita alami. Mengapa? Karena Tuhan mengetahui bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi takut dan gelisah ketika menghadapi berbagai permasalahan keluarga, kondisi keuangan, pergumulan di dalam dosa dan penyakit dapat mengakibatkan kita menjadi gelisah.

 PENJELASAN TEKS

Teks kotbah dari Yohanes 14:1-6. Untuk lebih memahami teks kotbah ini, kita harus juga memperhatikan dari teks sebelumnya, yaitu Yohanes 13:1-38. Teks Yohanes 13:1-38 merupakan bagian percakapan Yesus dan murid-muridNya, setelah Ia membasuh kaki mereka dan mengadakan perjamuan makan dengan para murid-murid itu. Yesus menyampaikan kepada muridnya bahwa tidak lama lagi Ia akan meninggalkan muridNya, serta memberikan pengajaran untuk saling mengasihi sama seperti Ia telah mengasihi para murid, dan para murid juga saling mengasihi.

Selanjutnya, Yesus melihat kegelisahan di hati Simon Petrus dan juga murid-muridNya karena Yesus mengatakan tentang kepergianNya, meninggalkan murid-muridNya (Yohanes 13:33). Mereka tidak tau kemana Yesus akan pergi. Selain itu, kegelisahan terjadi, mungkin juga karena Yesus mengatakan kepada Simon Petrus bahwa : “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Yoh. 13:38). Dalam teks sebelumnya, Yohanes 13:21, dikatakan : “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku.” Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan pengertian mereka, sebagai orang Yahudi tentang Mesias, yaitu Mesias akan memimpin mereka mengalahkan Romawi. Dengan adanya kata-kata Yesus ini, membuat mereka bingung dan kecewa. Para murid telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, ternyata Yesus akan meninggalkan mereka.

Melihat kegelisahan hati para muridNya, Yesus melarang mereka untuk gelisah . Dalam Yohanes 14:1, Yesus mengatakan : “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.” Yesus hendak menguatkan hati Simon Petrus dan juga murid-muridNya. Yesus tidak menginginkan muridNya mengalami kegelisahan karena ketidak percayaan. Yesus meneguhkan para murid untuk tetap beriman kepada Allah. “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.” Perkataan Yesus ini mengajarkan kepada murid-muridNya bahwa iman kepada Allah menjadi penawar kegelisahan. Percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan cara yang sangat baik untuk menjauhkan kegelisahan dari hati kita. Perintah Yesus ini haruslah tetap kita taati terus menerus dalam kehidupan setiap hari.

Setelah Yesus mengajarkan bahwa ketaatan beriman kepada Tuhan menjadi penawar kegelisahan hati, Yesus melanjutkannya dengan mengatakan : “ Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yohanes 14:2-3). Iman (kepercayaan kepada Allah) dihubungkan dengan kekekalan/kehidupan setelah kematian di sorga. Kata “Di rumah Bapa-Ku” menunjuk ke sorga, karena ke sanalah Yesus harus “pergi” untuk menyediakan tempat bagi kita (Mat.6:9). Sorga merupakan tempat kehidupan kekal bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Kepergian Yesus adalah untuk mempersiapkan suatu tempat di surga bagi murid-muridNya. Yesus akan datang kembali. KedatanganNya kembali sama pastinya dengan Yesus terangkat ke surga, demikian juga Dia akan kembali untuk menjemput murid-muridNya yang percaya kepadaNya, agar tinggal bersamaNya di sorga. Inilah yang menjadi pengharapan orang yang percaya kepadaNya.

Setelah Yesus berbicara tentang surga, kemudian Ia melanjutkannya dengan pembicaraan tentang “jalan ke surga”. Dalam Yohanes 14:4-5 dituliskan : “Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Di sini, Yesus mengatakan bahwa para murid tahu jalan ke sana, tetapi Tomas mengatakan bahwa ia tidak tau. Padahal Yesus telah mengatakan kepada murid-muridNya bahwa Dia akan pergi kepada Bapa yang telah mengutusNya, tetapi para murid belum mengerti juga apa yang terjadi. Saat itu para murid menjadi sangat bingung dengan perkataan Yesus. Salah satu dari murid Yesus, yaitu Tomas, menyatakan ketidaktahuannya. Tanpa rasa malu, Tomas mau bertanya kepada Yesus. Ketidaktahuan Tomas, yang ia nyatakan secara terus terang, mendapatkan jawab dari Yesus.

Yesus mengatakan kepada Tomas : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Yesus tidak semata mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Yesus mengajarkan jalan itu (Markus 12:14; Lukas 20:21), memimpin kita kepada jalan itu (Lukas 1:79) dan telah memberikan kepada kita jalan yang baru dan hidup (Ibrani 10:20). Yesus adalah jalan untuk datang kepada Bapa di surga.

Istilah “jalan Tuhan” bagi orang Yahudi adalah istilah yang paling sering mereka dengar dari kitab Musa. Ul. 5:32,33 : ”Janganlah engkau menyimpang ke kanan atau kekiri. Segenap jalan yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan Allahmu, haruslah kamu jalani.” Ul.31:29 : ”Sebab aku tahu sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Yesus berkata dengan tegas: Akulah jalan itu. Bila kita bertanya pada seseorang tentang alamat yang akan kita tuju, jalannya lewat mana, lalu orang itu berkata: jalan lurus dulu, disana ada perempatan, belok kanan, belok kiri lurus lagi, ada gang pertama, gang kedua nah itu alamatnya. Tetapi bila orang itu berbaik hati pada kita, dia sendiri mau antar kita ke alamat itu pasti kita tidak akan tersesat. Itulah yang Yesus lakukan. Yesus tidak hanya berkata harus begini harus begitu, tetapi Dia berkata: ikutlah Aku, Akulah jalan,

Istilah “Akulah kebenaran”. Pemazmur berkata : ”Tunjukkanlah kepadaku jalanMu ya Tuhan, supaya Aku hidup menurut kebenaranMu (Mazmur 86:11) Banyak orang yang telah menunjukkan kebenaran, tetapi tidak ada satupun orang yang berani berkata bahwa dirinya adalah kebenaran itu sendiri. Yesus adalah kebenaran. Banyak orang yang menceritakan tentang kebenaran, tetapi hanya Yesus yang mengatakan bahwa “Akulah kebenaran”. Kebenaran moral tidak bisa disampaikan hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan keteladanan hidup. Hal inilah yang dilakukan Yesus dalam masa hidup dan pelayananNya.

Yesus berkata:”Akulah hidup” Amsal 6:23 berkata : ”Karena perintah itu pelita dan ajaran itu cahaya dan teguran yang mendidik itu adalah jalan  kehidupan.” Amsal 10:17 : ”Siapa mengindahkan pendidikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa yang mengabaikan teguran, tersesat.” Yang dicari oleh manusia adalah jalan menuju hidup. Segala cara akan ditempuh agar bisa hidup bukan hanya untuk hari ini tetapi juga untuk masa yang akan datang. Yesus juga mengatakan bahwa : “Akulah hidup”. Bahwa Yesuslah sumber dan pemberi kehidupan.

Bacaan : 2 Raja-Raja 2:6-12a.

Di dalam teks bacaan hari ini, diceritakan tentang perpisahan Elia dan Elisa. Elisa yang sangat setia megikuti Elia. Elisa mengetahui bahwa Elia akan meninggalkannya. Elia mengatakan kepada Elisa : “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu. Jawab Elisa : “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.” Elisa bukan hendak meminta harta, namun roh Elia sebagai seorang nabi dapat diterimanya. Permintaan Elisa untuk menerima dua bagian roh dari Elia tentu bukan hal yang mudah, sebagaimana dikatakan oleh Elia, “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi." Permintaan dari Elisa itu dikabulkan oleh Tuhan, dan Elisa menjadi penerus pelayanan Elia sebagai seorang nabi.

 Invocatio : Ibrani 1:3c

Dalam teks Ibrani 1:3c ini disampaikan kepada kita “Dan setelah IA selesai mengadakan penyucian dosa, ia duduk di sebelah kanan Yang Maha besar.” Ini merupakan karya Yesus dalam kehidupanNya. Yesus mati disalibkan untuk menebus dosa manusia sehingga manusia menjadi layak dihadapan Tuhan. Ia tidak hanya mati di kayu salib, tetapi IA bangkit dari kematiannya, lalu naik ke surga.

Hubungan Invocatio, bacaan dan kotbah, menyampaikan kepada kita bahwa Yesus mengajarkan dan menetapkan hati murid-muridnya agar tidak gelisah meskipun mereka akan berpisah. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan iman kepada Yesus sehingga tidak goyah. Berbagai tantangan yang dihadapi dalam melayani Tuhan, janganlah gelisah dalam kehidupan setiap hari.

APLIKASI

Tema kotbah minggu kita hari ini adalah “Yesus Mempersiapkan Tempat Untuk Orang Yang percaya kepada Tuhan.” Perpisahan Yesus dengan para murid membuat mereka merasa gelisah. Karena itu, Yesus mengajarkan serta meneguhkan murid-muridNya agar mereka tidak gelisah, tetapi percaya kepada Allah. Iman kepada Tuhan dapat mengalahkan kegelisahan dalam hidup.

Beberapa point penting menjadi perenungan kita bersama :

  • Banyak hal yang membuat kita gelisah dalam hidup ini: pekerjaan, kesehatan, anak-anak, dan sebagainya. Itupun yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus. Mereka telah mengikut Tuhan Yesus setiap hari selama sekitar tiga tahun. Namun tiba-tiba Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia akan pergi. Pernyataan itu membuat mereka gelisah.
  • Tuhan Yesus tidak memberikan jaminan bahwa di dunia ini, murid-murid-Nya akan mengalami kehidupan yang serba lancar. Tetapi, mereka juga akan mengalami penganiayaan. Di tengah kegelisahan, mereka diajar untuk percaya, menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
  • Tuhan mengingatkan agar kita tak perlu kuatir. 1 Petrus 5:7 ““Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”.
  • Bagi orang yang setia beriman kepada-Nya, maka Tuhan menyediakan tempat baginya di surga. Oleh karena itu, kematian bagi orang percaya sesungguhnya bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena merupakan awal dari kehidupan yang baru.
  • Semakin banyak kita mendengar/belajar firman Tuhan, maka iman kita akan semakin bertumbuh dan mampu menghadapi berbagai macam kegelisahan dalam hidup kita. Tekunlah mendengar dan belajar firman Tuhan karena itu akan menolong kita dalam menghadapi kegelisahan hidup. Seperti yang tertulis dalam Roma 10:17 “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendegaran oleh firman Kristus”.
  • Tetaplah setia beriman kepada Tuhan. Karena Tuhan menyediakan tempat bagi orang yang percaya kepadaNya.

 

Pdt. Crismori V. Br Ginting-GBKP Sitelusada

MINGGU 14 MEI 2023, KHOTBAH YEREMIA 14:1-22 (ROGATE)

Invocatio :

Ratapan 3:41

Bacaan :

Filemen 1:5-7

Tema  :

Tuhan Allah tempat Pengharapan        

                                                                   

I. PENGANTAR

Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab diberi nama Perjanjian (Lama dan Baru). Tentu nama ini sesuai dengan isinya. Tulisan dalam Alkitab memang berisi janji Allah. Janji itu ada yang sudah digenapi, ada yang akan digenapi. Janji berhubungan erat dengan pengharapan. Ada janji, ada harapan. Harapan menjadi penyemangat yang melahirkan ketekunan. Sehubungan dengan pengharapan, ada ungkapan yang terkenal dari PM India Pandit J Nehru, “banyak yang hilang dalam hidupku, tapi satu yang tidak pernah kuijinkan hilang, yakni pengharapan. Pengharapan adalah modal terbesar dalam hidup.

II. TAFSIRAN

Mari kita lebih mendalami tema kita berdasarkan firman Tuhan:

A. Bacaan Pilemon ayat 4-7

Rasul Paulus memprakarsai pemulihan hubungan antara Filemon dengan Onesimus yang sudah retak sebelumnya sebagai tuan dan budak. Paulus sebagai Rasul memposisikan diri sebagai penengah. Dari kata yang dipergunakan, kita melihat strategi jitu Rasul Paulus untuk mendinginkan situasi.

Ayat 4 & 6. Kalimat ini memperlihatkan betapa mereka yang bertikai itu sangat berharga dimata Rasul Paulus. Di doakan, dalam pemahaman iman Kristen pastilah tentang yang baik, tentang mengasihi, menghormati dan menghargai. Tentu semua orang senang diperlakukan demikian

Ayat 5 & 7. Pujian akan kebaikan Filemon tentu mensugesti Filemon berbuat demikian juga kepada Onesimus. Kalimat ayat 5 ini mengandung pesan yang bernada teguran terselubung agar Filemon jangan hanya baik kepada semua orang kudus tapi juga kepada Onesimus. Mengedepankan Iman dan Kasih diyakini menjadi jalan paling tuntas untuk memperbaiki hubungan.

B. Khotbah Yeremia 14:19-22

Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya (11), sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya, Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan persembahan mereka.

Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka (13). Berbeda dari para nabi palsu yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya (14-18).

Keadaan Israel yang menyedihkan, dijadikan Yeremia menjadi bahan dan alasan untuk doa syafaatnya bagi mereka (ay. 19). Yeremia menangisi kehancuran negerinya. Allah memerintahkannya untuk berbuat demikian, supaya, dengan menunjukkan dirinya tersentuh, semoga dapat menyentuh hati mereka begitu melihat bencana-bencana yang akan menimpa mereka. Yeremia harus mengatakannya bukan hanya kepada dirinya sendiri, melainkan juga kepada mereka: Biarlah air mataku bercucuran (ay. 17). Demikianlah ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia sudah melihat dengan pasti perang yang akan datang, dan suatu bencana kelaparan, yang bahkan lebih berat daripada apa yang sedang menimpa mereka pada saat itu. Bencana yang ini terjadi di pedesaan karena tidak ada hujan, sementara bencana nanti akan terjadi di perkotaan karena adanya pengepungan besar-besaran. Yeremia berbicara seolah-olah ia sudah melihat kesengsaraan-kesengsaraan yang menyertai serangan tentara Kasdim terhadap mereka: Anak dara, puteri bangsaku, yang aku kasihi seperti seorang ayah mengasihi puterinya, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan, yang jauh lebih besar dan lebih pedih daripada apa yang ditanggungnya selama ini. Sebab di padang tergeletak banyak orang yang mati terbunuh oleh pedang, dan di kota banyak orang terkapar dan sekarat karena kekurangan makanan (ayat 18). Sungguh pemandangan yang suram! “Baik nabi maupun imam, nabi-nabi palsu yang membuai mereka dengan kebohongan-kebohongan, dan imam-imam fasik yang menganiaya nabi-nabi yang benar, sekarang diusir dari negeri mereka, dan menjelajah  sebagai tahanan dan tawanan, ke mana pun para penakluk mereka membawa mereka. Kedua mata sang nabi pasti bercucuran air mata siang dan malam melihat hal ini, supaya bangsa itu menjadi sadar, bukan hanya bahwa hari celaka ini pasti akan datang, dan pasti akan menjadi hari yang sungguh mengerikan, melainkan juga bahwa ia jauh dari menginginkannya, dan dengan senang hati ingin menyampaikan kepada mereka pesan-pesan damai seperti nabi-nabi palsu mereka, seandainya ia memang diberi perintah dari sorga untuk melakukannya. Perhatikanlah, karena Allah, meskipun menimpakan maut kepada para pendosa, tapi Allah tetap mengasihi mereka

Yeremia berdoa syafaat bagi mereka. Sebab siapa tahu Allah masih akan kembali dan menyesal. Selama ada hidup, masih ada harapan, dan ruang untuk berdoa. Dan, meskipun ada banyak di antara mereka yang tidak berdoa atau tidak menghargai doa-doa sang nabi, namun ada sebagian yang lebih terjamah hatinya, yang mau bergabung dengannya dalam ibadah-ibadahnya, dan memeteraikannya dengan mengucapkan Amin.

Sang nabi dengan rendah hati berbantah dengan Allah mengenai sengsaranya keadaan mereka pada saat itu (ay. 19). Keadaan itu sangat menyedihkan, sebab, mereka menyangka bahwa Allah sudah meneguhkan Yehuda sebagai milik-Nya, tetapi sekarang, sepertinya, Allah menolaknya sama sekali, dan mencampakkannya, tidak mau mengakui adanya hubungan apa pun dengannya dan tidak peduli terhadapnya. Mereka menyangka bahwa Sion adalah kekasih jiwa-Nya, tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Tetapi sekarang Ia bahkan muak terhadap Sion, muak bahkan terhadap ibadah-ibadah yang dipersembahkan di sana, oleh karena dosa-dosa.

Yeremia membuat pengakuan dosa dan berbicara dalam bahasa yang kolektif (kami) mewakili umat (ay. 20): “Kami mengetahui kefasikan kami, kefasikan yang berlimpah di negeri kami dan kesalahan nenek moyang kami, yang sudah kami tiru, dan karena itu untuknya kami pantas menderita. Kami tahu, kami mengakui, bahwa kami telah berdosa kepada-Mu, dan karena itu Engkau adil dalam segala hal yang ditimpakan ke atas kami. Akan tetapi, karena kami mengakui dosa-dosa kami, kami berharap akan mendapati Engkau setia dan adil dengan mengampuni dosa-dosa kami.”

Yeremia menyanggah murka Allah, dan dengan iman berseru mengingatkan kehormatan dan janji-Nya (ay. 21). Yang dimohonkannya adalah, “Janganlah Engkau menampik kami. Meskipun menghajar kami, janganlah Engkau menampik kami. Meskipun tangan-Mu berbalik melawan kami, janganlah hati-Mu demikian, jangan pula pikiran-Mu diasingkan dari kami.” Mereka mengakui bahwa pantaslah Allah menampik mereka, sebab mereka sudah membuat diri mereka sendiri najis di mata-Nya. Namun, ketika mereka berdoa, janganlah Engkau menampik kami, yang mereka maksud adalah, “Terimalah kami ke dalam perkenanan-Mu lagi. Janganlah Engkau merasa muak terhadap Sion (ay. 19). Janganlah dupa persembahan kami menjadi kekejian.”

C. Invocatio Ratapan 3:41

Murka Allah, mengakibatkan keruntuhan dan kesunyian. Namun ketengah situasi seperti itu, Allah, melalui nabi Yeremia tetap mengedepankan KasihNya sehingga ada berita penghiburan dan janji pemulihan. Hal itu akan terjadi melalui kesediaan “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” kepada Allah di Sorga. Perbuatan ini dapat dimaknai sebagai bentuk ibadah (mengabdi) dan komunikasi untuk menjalin relasi yang intim dengan-Nya. Penduduk Yerusalem memang tidak bertemu atau melihat Allah secara langsung, tetapi mereka dapat merasakan bahkan melihat-Nya dengan mata iman. Jalan satu-satunya untuk terjadinya pemulihan kehidupan, adalah melalui pemulihan hubungan dengan Tuhan.

III. APLIKASI

Pointer renungan :

  1. Berpengharapanlah dalam iman kepada Tuhan. Perbaikan hubungan dengan Tuhan, menghasilkan perbaikan hidup. Situasi bisa saja tidak berubah, tapi iman kita memberi cara pandang yang baru terhadap situasi.
  1. Hubungan yang tidak baik dengan sesama dapat diperbaiki dengan terlebih dahulu memperbaiki hubungan dengan Tuhan dalam iman dan kasih
  1. Harapan hari ini lebih baik dari kemaren, hari esok lebih baik dari hari ini, akan terwujud dalam harapan kepada Tuhan. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, memberi harapan keadaan akan menjadi lebih baik. Sebab Dialah pemilik hidup (Kisah Hendry Ford).

 

Pdt Pribadi S Meliala-Runggun Tambun

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD