SUPLEMEN PA MORIA 02-08 MARET 2025, JOSUA 24:14-15
Bahan : Josua 24:14-15
Tema : Njagai Diri I bas Ngergaken Kinierbagen
Tujun : niksiki prinsip geluh Josua i tengah-tengah kinierbagen Encidahken toleransi sierintegritas selaku kalak si erkiniteken
Metode : Sharing dan aksi
Pengantar
Seringkali kita mendengar sebuah kalimat yang diucapkan orang tua kepada anak-anak Remaja, pemuda maupun anak-anak “hati-hati, jaga diri ya nak?”. Kalimat ini mengandung sebuah makna bahwa mereka (anak-anak, semua orang yang menurut kita wajib jaga diri) tidak selamanya bisa kita jaga. Kita tidak bisa hadir sepanjang hari 24 jam melindungi dan merawat mereka, meskipun kita akan terus memantau dan berusaha untuk menjaganya. Salah satu cara yang seringkali kita lakukan untuk kalimat “jaga diri” adalah dengan memberikan nasihat, dan berbagi pengalaman orang tua kepada anak, bahkan hal-hal yang sudah pernah dialami dalam hal menjaga diri sehingga mereka yang mendengarkannya harapan kita mendapatkan kesadaran. Namun, apakah itu berhasil membuat mereka menjaga diri? Tidak ada sebuah jaminan akan hal itu. Begitu juga dalam setiap perilaku orang lain. Setiap orang bebas dan bertindak sesuai dengan apa yang mereka ingin perbuat. Apalagi dengan adanya undang-undangan HAM yang melindungi setiap orang dalam melakukan kehendaknya yang bebas. Yang dibutuhkan oleh setiap orang sekarang ini hanyalah menjaga diri sendiri. Menjaga diri bukan hanya secara fisik, lalu kita berusaha membuat tubuh tetap sehat, fit dan bugar. Tetapi lebih daripada itu, yaitu menjaga diri dari dari sebuah perbuatan tingkah laku, sikap menghargai sebuah perbedaan. Bagaimana caranya? Tentunya kali ini kita akan belajar melalui Kitab Yosua yang diharapkan akan memberikan kita pemahaman dan pencerahan yang lebih baik.
Pemahaman Teologis
Josua orang percaya dan setia kepada Tuhan, yang memimpin Bangsa Israel memasuki tanah Perjanjian. Josua mengalami banyak perjalanan iman melalui berbagai peperangan untuk merebut tanah Kanaan. Josua bertindak atas nama Tuhan. Josua juga telah berhasil membagikan negeri perjanjian kepada Suku-suku Israel, Yosua tidak ingin meninggalkan mereka begitu saja. Yosua ingin bangsa ini tetap dalam pimpinan Tuhan meskipun dia tidak akan ada lagi bersama mereka. Yosua memberikan pesan nasihat sebagai perpisahannya baik kepada para pemimpin-pemimpin, supaya mereka semua dapat membangun iman mereka untuk tetap setia kepada Taurat Tuhan yang diberikan kepada Musa.
Lalu untuk setiap suku-suku di Sikhem dia kembali memberikan pesan sekaligus memberikan sebuah tantangan bagi bangsa ini untuk memilih. Dengan pilihan itu masing-masing akan menanggung konsekuensinya sendiri. Tetapi sebagai bangsa yang pernah mengalami pertolongan dan keselamatan dari Tuhan bahkan dari sejak nenek moyang mereka sudah selayaknya untuk tetap memilih takut akan Tuhan dan beribadah kepadanya. Sehingga dengan ketetapan hatinya sebagai sebuah keputusan bulat menunjukkan bahwa Yosua, dia dan seisi rumahnya akan tetap menyembah Tuhan. Ini menggambarkan bahwa Yosua tidak takut berbeda ketika pun bangsa ini tidak mau beribadah kepada Tuhan. Tidak mau taat dan setia kepada Tuhan. Dia akan tetap menyembah Tuhan dan berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Artinya dalam keadaan yang seperti dialami oleh bangsa ini, akan ada banyak pilihan untuk berbeda dan pilihan untuk tidak memilih Tuhan sebagai yang mereka sembah. Namun, yang harus mereka lakukan adalah bagaimana mereka bisa menjaga diri dari segala perbedaan pilihan yang ada. Yosua menegaskan dan memberi ketetapan hati untuk tetap patuh dan setia kepada Tuhan. Mengapa? Karena mengingat setiap perbuatan Tuhan yang baik. Tempat yang mereka diami dapat memberikan mereka keberhasilan, kesuksesan dan kebaikan kebaikan, akan tetapi hal ini juga dapat membawa mereka kepada pilihan untuk tidak lagi percaya kepada Tuhan. Komitmen untuk memilih Tuhan sebagai tempat mereka beribadah adalah salah satu cara untuk menjagai mereka dalam menghargai keberbagaian di tengah bangsa tersebut.
Setiap bangsa yang memahami siapa Tuhannya, dan yang setia kepada Tuhanlah yang mampu melihat segala perbedaan itu sebuah keindahan. Jadi mereka tidak perlu sama dengan bangsa yang lain karena mereka orang yang percaya kepada Tuhan memiliki keunikan sendiri, dan bahkan yang tidak memilih Tuhan sebagai yang mereka sembah juga mampu mereka hargai sebagai sebuah keberadaan yang ada pada zaman itu.
Kesimpulan:
- Takutlah akan Tuhan dan pilihlah untuk berjalan sesuai kehendak Tuhan dengan Tulus dan Iklas.
- Menjaga diri di tengah banyaknya pilihan dan perbedaan. Sasaran pelayanan Gereja GBKP “Dewasa Menerima Perbedaan” selalu mengarah kepada bagaimana menghargai perbedaan. Ada banyak hal yang membuat kita berada dalam kepelbagaian. Kepelbagaian dapat memberi pengaruh besar bagi kita untuk tidak setia dan tidak berjalan dalam koridor Tuhan. Sesuatu yang berbeda bukan berarti menjadikan kita saling bermusuhan, sesuatu yang berbeda bukan berarti harus konflik, bermasalah bahkan menjadi sebuah peperangan. Menjadi berbeda bukan berarti bahwa kita tidak berarti, tidak bermakna, bahkan tidak baik. Kita memang sudah berbeda dalam berbagai aspek kehidupan, jadi jangan pernah menyalahkan sebuah perbedaan. Yang bisa kita kerjakan adalah bagaimana ketakutan kita kepada Tuhan dan memilih Tuhan dalam setiap rencana hidup kita akan terus menjagai kita dalam memilih dan menghargai segala hal yang mungkin akan berbeda dengan yang lain.
- Siapkan diri dan keluarga kita untuk terus melakukan kebaikan Tuhan, menerima perbedaan dan menjadi berkat, melayani Tuhan, mendatangkan damai sejahtera dan keadilan dan kebenaran Firman Tuhan melalui doa dan hubungan pribadi dengan Tuhan.
Pdt. Media Magdalena Br Karosekali-Runggun Kupang