SUPLEMEN PA MORIA 16-22 FEBRUARI 2025, LUKAS 10:25-37
Ogen :
Lukas 10:25-37
Tema :
Kam Temanku
Tujun :
Nuriken Nilai Kemanusiaan si Lit ibas diri kalak Samaria
Nehken kekelengen alu la rayo-ayo ras erkedungen
Metode PA : Erbahan sada slogan kerna nilai kemanusiaan
I. Pembuka
Perbedaan Adalah Anugerah Tuhan. Dalam Lukas 10:25-37, Yesus meruntuhkan tembok-tembok prasangka dan perbedaan melalui perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati. Ia mengajarkan bahwa batasan "sesama" tidak ditentukan oleh garis etnis, keyakinan, atau status sosial, melainkan oleh kebutuhan dan kemanusiaan yang sama. Konsep inilah yang menjadi fondasi bagi persahabatan yang sejati, sebuah ikatan yang melampaui segala perbedaan dan mempersatukan dalam kasih. Erkiteken ibas kinata geluh manusia hanya akan menganggap teman ketika orang tersebut menguntungken man bana, pertemanan e menguntungkan man bana. Dengan prinsip lebih banyak menerima daripada memberi. Melala teman tawa tapi teman sanga ceda ate banci saja lalit. Enda pe rusur si begi janah enda pe persinget maka manusia ibas kegeluhenna rusur milih-milih teman si meriah-meriah saja. Ibas PA enda erlajar kita uga seharusna kalak erkiniteken njadiken kerina isekeleweta jadi teman tanpa penghakiman tapi erlajar menerima perbedaan si lit sebagai anugerah Tuhan.
II. Isi
Yesus sering menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan ajaran-Nya. Perumpamaan adalah cerita singkat yang mengandung makna moral atau spiritual. Dalam perumpamaan ini, Yesus ingin mengajarkan tentang arti sebenarnya dari mengasihi sesama. Pada zaman Yesus, terdapat permusuhan yang mendalam antara orang Yahudi dan Samaria. Permusuhan ini berakar pada perbedaan agama dan sejarah. Orang Samaria dianggap "tidak murni" oleh orang Yahudi karena praktik keagamaan mereka yang dianggap menyimpang dari Yudaisme ortodoks. Mereka memiliki tempat ibadah sendiri di Gunung Gerizim, bukan di Yerusalem. Akibatnya, orang Yahudi sering menghindari melewati Samaria dan merendahkan orang Samaria. Ahli Taurat adalah seorang ahli hukum Yahudi yang sangat terpelajar dan dihormati. Pertanyaannya kepada Yesus tentang "apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" menunjukkan keinginannya untuk menguji Yesus. Imam dan Lewi adalah tokoh agama Yahudi yang seharusnya menunjukkan belas kasihan dan kepedulian terhadap sesama. Namun, dalam perumpamaan ini, mereka justru mengabaikan orang yang terluka. Ahli Taurat itu menjawab dengan benar, mengutip Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus membenarkan jawabannya.
Yesus menceritakan tentang seorang yang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho. Di tengah jalan, ia dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan setengah mati oleh penyamun. Kemudian, seorang imam lewat di jalan itu. Melihat orang yang tergeletak itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi, seorang pelayan Bait Suci, melakukan hal yang sama. Keduanya, yang seharusnya menjadi contoh kasih dan belas kasihan, justru mengabaikan orang yang sedang menderita itu. Akhirnya, seorang Samaria lewat di jalan itu. Orang Samaria dan orang Yahudi pada masa itu saling bermusuhan. Namun, ketika melihat orang yang terluka itu, ia merasa iba. Ia mendekatinya, membalut luka-lukanya dengan minyak dan anggur, lalu menaikkannya ke atas keledai tunggangannya sendiri. Ia membawa orang itu ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya, Samaria itu memberikan dua dinar kepada pemilik penginapan dan berpesan untuk merawat orang itu. Ia berjanji akan membayar biaya tambahan jika diperlukan.
Setelah menceritakan perumpamaan tersebut, Yesus bertanya kepada ahli Taurat: "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang telah jatuh ke tangan penyamun itu?" Ahli Taurat itu menjawab: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Yesus berkata kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian
III. Penutup
Dari hal ini kita belajar:
Memperluas Definisi "Sesama": Tujuan utama perumpamaan ini adalah untuk memperluas definisi "sesama" melampaui batas-batas etnis, agama, dan sosial. Yesus mengajarkan bahwa "sesama" adalah setiap orang yang membutuhkan pertolongan, tanpa memandang latar belakangnya.
Menekankan Tindakan Kasih: Yesus tidak hanya menekankan pentingnya mengasihi, tetapi juga pentingnya bertindak dalam kasih. Orang Samaria dalam perumpamaan ini tidak hanya merasa kasihan, tetapi juga bertindak nyata untuk menolong orang yang terluka.
Menentang Sikap Munafik: Perumpamaan ini juga menyindir sikap munafik para pemimpin agama Yahudi yang lebih mementingkan ritual dan peraturan daripada belas kasihan dan kepedulian terhadap sesama. Yesus ingin mengajarkan tentang arti sebenarnya dari mengasihi sesama, yaitu mengasihi setiap orang yang membutuhkan pertolongan, tanpa memandang perbedaan dan prasangka. Perumpamaan ini menantang kita untuk bertindak nyata dalam kasih dan menjadi sesama bagi semua orang.