SUPLEMEN PA MAMRE 30 APRIL-06 MEI 2023, MATIUS 6:25-34
Nats :
Matius 6 : 25 – 34
Tema :
Ola Aru Atendu/ Janganlah kamu Khawatir
Pengantar
Dalam perjalanan kehidupan tentu banyak hal yang dijumpai dalam memberi warna/i kehidupan, salah satunya yaitu pergumulan hidup. Pergumulan hidup merupakan corak yang tak pernah terlepas dalam mengukir cerita dalam perziarahan kehidupan ini, hal ini yang akan menjadi kesaksian iman dan kedewasaan berfikir bagi setiap insan yang siap dibentuk.
Pada saat berproses dalam menjalani pergumulan tidak terlepas dengan rasa takut, gelisah tak menentu, sehingga hal tersebut menjadikan pola kehidupan yang tidak baik bagi pertumbuhan Spiritual, Psikis dan juga mental.
Ketika ketakutan menghampiri, tentu penting untuk disadari, siapakah yang membuat diri ini takut, gelisah tak mententu?, sehingga muncul ketidaknyamanan dalam menjalani hidup.
Pada renungan PA Mamre minggu ini, Mamre diajak untuk menjadi Mamre yang merdeka secara hati. Mamre yang sejati bukanlah mamre yang terjajah hati dan pikirannya. Maka dari itu selaku mamre penting untuk memerdekakan diri, khususnya dalam hati dan pikiran.
ISI
Ketakutan tidak pernah terlepas dengan rasa tidak puas, karena sering merasa kurang dalam hal ini dan itu maka selalu merasa takut ataupun khawatir. Takut tidak makan, takut tidak punya rumah, takut tidak punya mobil mewah, takut sakit, takut kalau tidak punya uang dan takut mati, tentu masih banyak ketakutan lainnya.
Semua ketakutan atau pun kekhawatiran itu disebabkan karena kurang merasa bersyukur dalam menerima berkat yang Tuhan berikan. Teks PA mamre minggu ini mengajak mamre untuk tidak khawatir dalam menjalani kehidupan. Dalam bahasa Yunani adapun kata “Merinnao” merupakan penyatuan kata “Nerizo” yang berarti “membagi” dan “Nous” yang berarti”Pikiran” (Istilah yang menyangkut hal ini sifatnya melihat, mengerti, merasa, menilai dan menentukan). Arti dari penjelasan ini ialah Pikiran yang membagi atau pikiran yang terpecah. Tentu dalam hal ini penting untuk disadari, sehingga tidak heran dalam perjalanan kehidupan secara empiris banyak terlihat mamre yang sering sekali hilang konstrasi pada saat beribadah, bekerja, membangun emosi positif dalam keluarga, dll. Hanya karna banyak keinginan dunawi yang mau digapai namun tanpa mengandalkan Tuhan melainkan pikiran atau logika saja, sehingga pikiran yang terpecah tersebut yang merasuk dalam pikiran mejadikan tidak kefokus kepada Allah.
Dalam teks Injil Matius 6:25-34, Matius ingin menjelaskan nasehat Tuhan Yesus tentang kekhawatiran terkhusus pada murid-muridNya, supaya pengikutnya bebas dari rasa Khawatir tentang makanan, minuman dan pakaian. hal tersebut yang ingin disampaikan oleh Matius agar orang percaya saat ini hidup dalam pemeliharaan Tuhan. Pada ay (25) Yesus mengidentifikasi tiga sumber utama kekhawatiran pengikutNya, yaitu tentang “Makanan, Minuman dan Pakaian”. Makanan merupakan hal yang paling serius pada saat itu tentu juga relate pada saat ini. Tentu hal diatas merupakan kebutuhan Primer dan Sekunder yang tidak dapat dilepaskan bagi kebutuhan hidup manusia. Kehadiran Yesus bukan menolak untuk tidak mempersiapkan diri bagi masa depan tetapi Yesus mengajarkan agar tidak khawatir akan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan ini layaknya orang beriman harus percaya akan pemeliharaan kasih Allah sebagai bapa kita (Bdk. 1 Pet 5:7). Beck, berpendapat bahwa orang yang bebas dari kekuatiran adalah orang yang diberkati oleh Tuhan karena ia selalu memusatkan perhatiaannya terus-menerus kepada Tuhan dan mengimani pemeliharaan Tuhan.[1] Dalam hal ini Tujuan Yesus kepada murid-murid-Nya yang utama agar dalam setiap pribadi orang yang percaya kepadaNya supaya mereka mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat. 6:33)
Rasa Khawatir ataupun kecemasan berlebih merupakan akan menjadi boomerang bagi pribadi itu sendiri, hal ini dapat dijelaskan pada analisa berikut:
- Kecemasan memecahkan ‘perasaan’ menyebabkan emosi tidak stabil mudah berubah-ubah
- Kecemasan memecahkan ‘pengertian’ membuat keyakinan hilang dari pijakan, menghabiskan rasa percaya diri
- Kecemasan memecahkan ‘persepsi’ membuat diri tidak konstrasi dan sering gagal melihat keseluruhan kehidupan/persoalan yang sedang terjadi
- Kecemasan memecahkan ‘keputusan’ menjadikan keputusan tidak tersusun baik dan tidak dapat di percaya
- Kecemasan memecahkan ‘kemauan’ menghasilakn tidak bergairah, lesu, menurunkan potensi diri. [2]
Kecemasan dan Kekhawatiran menyebabkan “keraguan, kegagalan, salah pengertian, kecurigaan, dan ketidakbahagiaan”. Jika dibiarkan cukup lama akan menjadi penyakit dalam tubuh. Yesus pun mengatakan “Janganlah kuatir akan hidupmu, bukankah hidup lebih penting daripada makanan dan minuman”. Tentu hal ini penting untuk direfleksikan Mamre selaku imam di tengah keluarga, penting untuk tidak khawatir agar hidup ini semakin tenang dan sejahtera. Sebagaimana juga telah diteliti, Wang menjelaskan bahwa hasil laporan kedokteran menemukan 80% potensi penyakit manusia adalah ketegangan atau stres, kegelisahan, ketakutan dan kekhawatiran kesehatan seseorang yang sangat ditentukan oleh kondisi pikiran manusia. Pikiran yang negatif membuat orang lebih mudah tertekan penyakit.[3]
Aplikasi
Menjadi seorang mamre bukan hal yang mudah, jika tidak punya penyerahan diri kepada Tuhan, tentu banyak hal yang terlintas dalam benak untuk memanajemen pikiran, tapi penting untuk diingat ada Janji yang telah Yesus katakan di ayat 33-34.
- Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
- Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Janji penyertaan Tuhan itu ‘Ya dan Amin’ bagi pribadi yang mau menyerahkan diri kepadaNya, layaknya mamre menceritakan pergumulan yang sedang di emban kepada Tuhan, tidak perlu gengsi atau malu untuk mengatakan “Tuhan tolong aku” karena sebagai orang percaya ialah ia yang menyerahkan diri sebagai hamba. Mamre diingatkan untuk tidak Over Thinking akan sebuah masalah, karena masalah sehari cukup sehari, ingat jika masalah itu bisa di kelola maka manajeman atau controllah dengan baik, namun jika tidak dapat di Kelola /manajeman maka serahkanlah pada Tuhan yang mengaturnya.
Mamre ialah Imam yang menjadi teladan bagi keluarga, mamre ibarat Pohon yang besar dan kuat memiliki banyak buah yang besar dan manis bergelantungan di pohonnya, karena akar mamre ialah Tuhan dan pupuknya ialah Firman Tuhan. Tuhan yang yang menjadi no 1 bagi mamre sehingga Mamre GBKP menjadi Mamre yang merdeka dalam hati dan pikiranNya. Selaku mamre sadar bahwa Tuhan selalu menemani, menyertai dan memberi hikmat dalam mengaturkan perjalanan kehidupan. Tuhan Yesus Memberkati, Soli deo gloria
[1] James R. Beck, Bimbingan Praktis mengatasi Kekuatiran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 20
[2] John Edmund Haggai, How to win over worry, (Eugene, Oregon: Harvest House Publisher, 2001), hal. 19
[3] Andri Wang, Rahasia Tiongkok Kuno Untuk Sehat Bahagia dan Panjang Umur,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama. Anggota IKAPI, 2011), hal. 61