SUPLEMEN PA MAMRE TANGGAL 03-09 JUNI 2018, OGEN : MAZMUR 19:1-7

Tema :

Engkelengi Tinepa Dibata

Tujun : Gelah MAMRE

a. Meteh maka doni eme tinepa Dibata
b. Encidahken perbahanen si engkelengi tinepaNa

 

1. Albert Einstein pernah berkata “Kita seperti seorang anak kecil yang memasuki perpustakaan yang amat besar dan penuh beragam buku. Anak itu tahu bahwa seseorang pasti telah menulis buku-buku itu. Tapi dia tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Menurut saya, sama seperti anak kecil ini, demikian juga sikap manusia terpandai sekalipun terhadap Allah. Kita dapat melihat seluruh alam semesta diatur sedemikian hebatnya dan berjalan sesuai dengan hukum alam, tapi kita hanya memahami sebagian kecilnya saja.”

2. Mazmur ini termasuk kumpulan mazmur Daud dan diperdengarkan di dalam ibadah. Mazmur ini mengagungkan Tuhan karena keindahan ciptaan-Nya. Penyair tidak hanya merasa kagum melihat bahwa siang dan malam berganti terus, ia juga mengetahui bahwa alam yang teratur itu menceritakan kemuliaan Tuhan. Meskipun pemazmur menyanyikan keperkasaan matahari dengan kiasan yang terambil dari dunia sekitar, di mana matahari di puji sebagai kuasa ilahi, tetapi matahari baginya hanyalah suatu benda langit yang menerangi dan memanasi bumi sesuai dengan ketetapan pencipta-Nya, sehingga ia pun tidak berbuat hal lain kecuali memuliakan Tuhan (ay. 5b-7).

3. Di dalam Mazmur 19 ini terdapat dua contoh penyataan Allah sekaligus, baik penyataan umum yaitu melalui alam semesta (langit-cakrawala-matahari dsb), dan juga penyataan khusus yaitu taurat-Nya (Firman yang tertulis, ay. 8-15). Allah menyatakan diri oleh karena kasih-Nya baik melalui penyataan umum dan penyataan khusus-Nya kepada manusia supaya manusia mengenal Allah serta mengagungkan Dia. Alam semesta ini ada oleh karena karya tangan Tuhan. Tidak dapat kita bayangkan betapa menakjubkan saat Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya ini, seperti tertulis: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kejadian 1:1). Maka, sungguh mengherankan bila ada orang tidak percaya kepada Tuhan atau meragukan keberadaan Tuhan, Pencipta alam semesta. Daud dalam mazmurnya menulis: "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.' " (Mazmur 14:1a). Jadi orang-orang yang masih menyangkal adanya Tuhan dan tidak mau mengakui bahwa Tuhan itu ada disebut sebagai orang bebal atau bodoh! Itulah sebabnya Paulus menasihati, "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Alkitab juga menyatakan agar kita bukan saja hanya mengenal dan memahami bahwa Tuhan itu ada, tetapi juga harus mengasihi dan melayani Dia dengan segenap keberadaan hidup kita.

4. Ketidakseimbangan memahami kitab suci membuat manusia seolah-olah “tuan” atas segala ciptaan yang lain. Memang dinyatakan dalam Kej. 1:28 “...taklukkanlah tu, berkuasalah...”, dan oleh karena pemahaman yang kurang tepat terhadap ayat tersebut maka manusia mengeksploitasi alam ciptaan Tuhan ini dengan keserakahan. Padahal di bagian lain tepatnya di Kej. 2:15 dinyatakan “mengusahakan dan memelihara”. Tidak hanya mengusahakan tetapi juga memelihara alam yang Tuhan titipkan kepada manusia. Jadi manusia bukan hanya penguasa yang menaklukkan, tetapi juga pengusaha yang harus memelihara.

5. Mengenal Allah melalui ciptaan-Nya seharusnya membuat kita tersadar siapa kita dihadapan Allah. Melihat bangunan-bangunan karya arsitektur manusia sendiripun kita kagum luar biasa, apalagi melihat karya Arsitek Agung kita akan dunia ini. Jadi langit dan bumi mengisahkan betapa agung dan dahsyat pekerjaan tanganNya. Tidak hanya itu, Tuhan juga mengatur perputaran musim dan cuaca; matahari, bulan dan bintang pun tunduk kepadaNya dan mengerjakan tugasnya masing-masing. Jika menyadari akan hal ini, siapakah kita ini di hadapan Tuhan? Masihkah kita membangga-banggakan diri? Kita harus sadar bahwa kita ini NOTHING (bukan apa-apa) di hadapanNya! Yohanes 1:3 “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”

6. Ada seorang astronom dari Amerika, Hugh Ross, menulis sebuah buku yang berjudul "The fingerprint of God: Recent Scientific Discoveries Reveal the Unmistakable Identity of the Creator". Dalam bukunya itu Ross menyebutkan sebuah prinsip: Prinsip Antropis. Prinsip in menyatakan bahwa setiap detail yang terdapat di alam semesta ini telah dirancang sedemikian rupa dengan ketepatan yang sempurna oleh Tuhan, yang memungkinkan kita bisa hidup di Bumi ini. Misal, satu contoh; Jarak antara Matahari ke Bumi. Jarak matahari ke bumi adalah 149.669.000 kilometer (atau 93.000.000 mil). Jarak ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa dibulatkan (untuk penyederhanaan hitungan) menjadi 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kalinya. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Sinar matahari menempuh masa delapan menit untuk sampai ke Bumi. Jika lebih jauh: planet bumi akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil. Jika lebih dekat: planet bumi akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil

7. Apa yang diberitahukan karya-karya ciptaan itu kepada kita. Semua ciptaan itu sangat bermanfaat dalam banyak hal bagi kita, tetapi tidak ada yang lebih utama selain ini, yaitu bahwa mereka mengumandangkan kemuliaan Allah dengan cara mempertontonkan pekerjaan tangan-Nya (ay. 2). Semua ciptaan itu dengan jelas menunjukkan bahwa mereka adalah pekerjaan tangan Allah, sebab mereka tidak bisa ada begitu saja sejak kekekalan. Segala urutan peristiwa dan pergerakan tentu saja harus ada awalnya. Mereka tidak bisa menciptakan diri sendiri, sebab hal itu berlawanan dengan keadaan mereka sendiri. Mereka tidak mungkin dihasilkan gara-gara benturan atom yang terjadi secara kebetulan, sebab hal itu sungguh tidak masuk akal dan lebih cocok untuk diperdebatkan daripada dipertimbangkan dengan nalar. Karena itulah, semua ciptaan tadi pastilah ada pencipta-Nya, yang tiada lain dari Pribadi dengan akal budi yang kekal, dengan hikmat tak terbatas, berkuasa dan baik. Dengan begitu, nyatalah bahwa semua itu merupakan pekerjaan Allah, buatan jari-Nya (Mzm. 8:4), dan karena itulah mereka mengumandangkan kemuliaan-Nya. Melalui kehebatan sebuah hasil karya, kita dapat dengan mudah menyimpulkan kesempurnaan tak terbatas dari Sang Pencipta yang agung. Dari kecemerlangan langit, kita dapat menyimpulkan bahwa Sang Pencipta adalah Terang. Kemahaluasan langit mewakili kebesaran-Nya. Ketinggiannya menggambarkan keagungan dan kedaulatan-Nya, sedangkan pengaruh langit terhadap bumi ini merupakan kekuasaan dan pemeliharaan-Nya, berkat-Nya bagi seluruh dunia: dan semuanya ini menceritakan kuasa-Nya yang mahadahsyat, yang oleh-Nya mereka diciptakan pada mulanya, dan masih terus berlanjut sampai saat ini sesuai dengan segala ketetapan yang telah diatur sejak awal penciptaan itu.

8. Kita harus sadar bahwa kita bukan pemilik tetapi kita ini pengelola/pemelihara ciptaan Tuhan. Dan sebagai pengelola maka pertanggungjawaban kita bukan kepada manusia tetapi langsung kepada Allah. Adalah tugas kita, terkhusus sebagai anak-anak Tuhan, untuk mengelola bumi dan memanfaatkan sumber daya alamnya secara bertanggung jawab. Kita perlu memikirkan tidak hanya kepentingan sesaat saja, tetapi juga untuk berpikir ke depan, untuk anak-anak serta generasi-generasi yang akan datang supaya mereka tidak hidup di tengah-tengah dunia yang rusak akibat polutan-polutan yang telah kita tinggalkan serta sumber daya yang telah kita habiskan. Jadilah orang Kristen yang mencintai lingkungan.

9. Alam atau lingkungan hidup telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita untuk digunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Manusia dapat menggunakan alam untuk menopang hidupnya. Dengan kata lain, alam diciptakan oleh Tuhan dengan fungsi ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi bukan hanya kebutuhan manusia menjadi alasan penciptaan. Alam ini dibutuhkan pula oleh makhluk hidup lainnya bahkan oleh seluruh sistem kehidupan atau ekosistem. Alam ini berfungsi ekumenis (untuk didiami) oleh seluruh ciptaan lainnya. Alam ini rumah kita. Kata-kata "ekonomi", "ekumene", dan "ekologi" berakar dalam kata Yunani "oikos" yang artinya rumah. "Ekonomi" berarti menata rumah; itulah tugas pengelolaan kebutuhan hidup. "Ekumene" berarti mendiami rumah; itulah tugas penataan kehidupan yang harmonis. "Ekologi" berarti mengetahui/menyelidiki rumah; itulah tugas memahami tanggung jawab terhadap alam. Ingat! Di dunia ini bukan hanya manusia ciptaan Tuhan!!

Pdt. Dasma S. Turnip

GBKP Runggun Palangkaraya

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD