SUPLEMEN PJJ TANGGAL 26 MARET-01 APRIL 2023

2 Tawarikh 31:4-12 (2 Kronika 31:4-12)

“Mere Persepuluhen”

 

  1. Memberi supaya diberkati? Atau memberi karena sudah diberkati? Memberi persepuluhan apakah kewajiban/keharusan? Adakah kita selama ini merasa “terpaksa” untuk memberi persepuluhan? Atau adakah diantara kita selama ini memberi persembahan persepuluhan sebagai upaya ikut-ikutan saja? Supaya ada daftar nama sekali-sekali di warta-momo jemaat? Atau adakah diantara kita yang belum pernah sama sekali memberi persembahan persepuluhan?
  2. Kita harus memahami bahwa kitab Tawarikh ini memiliki penekanan terhadap Israel Selatan yaitu Yehuda dibanding dengan Israel Utara (Samaria) yang dianggap tidak taat kepada Tuhan. Lagi, bahwa kitab Tawarikh ini menekankan peribadatan sehingga ada banyak dituliskan di dalamnya kisah tentang struktur dan para pelayan agama Israel, perhatiannya yang besar terhadap pelayanan para imam. Penekanan teologis yang utama dalam Kitab Tawarikh adalah perhatiannya yang terus-menerus terhadap tempat ibadat, peribadatan dan para petugasnya, orang-orang Lewi. Sehingga Tawarikh ini memiliki kerinduan yang besar terhadap kembalinya bangsa itu kepada ibadat yang benar dan setia kepada Allah. Mengapa demikian? Karena penulis kitab Tawarikh ini meyakini bahwa kegagalan dari pemimpin di masa lalu, berhubungan dengan ketidaktaatan kepada Allah dan peribadatan yang benar. (W.S. LaSor;2005;422-23). Jadi tidak salah jika di dalam Tawarikh ini utamanya di dalam nats ini perhatian sangat besar kepada mereka yang melayani peribadatan yaitu para imam dan orang Lewi.
  3. Di dalam nats ini dinyatakan bahwa Hizkia mengatur regu imam dan orang Lewi, juga iuran resmi bagi persembahan-persembahan korban (ay. 3), serta perpuluhan (ay. 4). Semua ini diberikan dengan kemurahan hati (ay. 5-10). Mereka membawa persepuluhan mereka dengan jumlah yang besar (ay. 5) yang terdiri dari berbagai jenis, di antaranya lembu sapi dan kambing domba dan mereka meletakkannya bertimbun-timbun (ay. 6) dan dalam nats ini persembahan tersebut memang ditujukan bagi para imam dan orang-orang Lewi (ay. 4). Yang kemudian karena banyaknya persembahan tersebut maka diaturlah siapa yang khusus untuk mengaturnya. (bdk. ...Tamki 1; 2005; 639).

Teladan Hizikia diikuti orang-orang Yehuda utamanya penduduk di Yerusalem. Hizkia dalam rangka mereformasi peribadatan pada waktu itu selain meruntuhkan tempat-tempat persembahan berhala, tugu-tugu berhala. Dia juga mengatur peribadatan sedemikian rupa dan mengawalinya dari dirinya sendiri sehubungan dengan memberikan persembahan berupa korban bakaran dan memerintahkan juga kepada rakyat yaitu penduduk Yerusalem untuk meneladaninya. Dan bahkan penduduk Yerusalem pada waktu itu SEGERA memberikan dengan sukacita (ay. 5). Dan bahkan dengan jumlah yang besar (ay. 5). Dari hal ini kita juga belajar arti kesegeraan, jangan menunda-nunda, jika sudah memiliki komitmen, maka jangan tunda!

  1. Persembahan persepuluhan harus dimengerti dari keseluruhan Alkitab. Kesalahan beberapa orang/ aliran gereja selama ini adalah memahami persepuluhan hanya dengan pendekatan ayatiah (menekankan ayat-ayat tertentu/favorit saja dan menarik kesimpulan umum). Sedang pendekatan alkitabiah lebih peduli pada pesan utama keseluruhan Alkitab tentang subjek dan merumuskan sikap kristiani masa kini berdasarkan prinsip-prinsip umum tersebut. Oleh karena itu, penting kita melihat dengan sungguh-sungguh bagaimana Alkitab secara keseluruhan berbicara mengenai persembahan persepuluhan (bdk. Joas Adiprasetya:2010;1).

Misalnya di dalam Imamat 27 persembahan persepuluhan diberikan dalam bentuk hasil bumi atau ternak. Di dalam Bilangan 18, persembahan persepuluhan harus diberikan kepada suku Lewi karena mereka tidak memiliki tanah, namun suku Lewi juga harus mempersembahkan sepersepuluh penghasilannya itu dan memberikannya kepada imam Harun. Lain lagi di dalam Ul. 12, persembahan persepuluhan diberikan kepada Allah tetapi kemudian harus dimakan bersama seiisi keluarga dan orang Lewi dalam bentuk perjamuan kasih. Maka dalam hal ini kita juga melihat bahwa persembahan persepuluhan juga bertujuan untuk memelihara kehidupan sosial yang lebih adil.

Kita bisa melihat di sepanjang Alkitab ada beragam model pengaturan. Ada yang diberikan kepada orang Lewi, ada yang diberikan kepada orang-orang Lewi, janda, anak yatim, dan orang asing.

  1. Persepuluhan sebagai sebagai salah satu buah ketaatan kepada Tuhan, bukan satu-satunya! Jika kita perhatikan di dalam Perjanjian Lama maka ada begitu banyak jenis persembahan dan diatur sedemikian rupa yang sangat kompleks, memiliki perbedaan di sana-sini, terkait dengan jenis, jumlah, kapan dipersembahkan, untuk apa dipersembahkan. Sangat kompleks! Tetapi satu hal yang pasti bahwa keseluruhan aturan persembahan tersebut mencerminkan tuntutan agar umat percaya, tunduk, dan patuh pada Allah sendiri. Persepuluhan dalam hal ini merupakah salah satu contoh penerapannya. Tetapi yang utama adalah menatalayankan kehidupan dan berkat yang kita terima dari Tuhan supaya diabdikan kepada Allah (bdk. Joas Adiprasetya; 2). Lagi mengapa dikatakan salah satu? Karena persembahan kita bukan sebagai pengganti kita dihadapan Tuhan, tetapi bersama-sama dengan persembahan kita, kita juga mempersembahkan diri kita kepada-Nya sebagai persembahan yang hidup.

Maka jika

  1. Persembahan persepuluhan sebagai komitmen rohani sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Kita memahami di gereja kita bahwa persembahan persepuluhan ditujukan ke tiga bagian utama yaitu 10 % untuk PJJ, 50 % dikelola oleh runggun dan 40 % dikelola oleh Sinode. Dengan demikian kita memahami bahwa persembahan persepuluhan kita juga merupakan salah satu sumber pemasukan di gereja kita untuk dikelola baik untuk kebutuhan pelayanan di PJJ, di runggun, dan juga secara sinodal termasuk untuk menunjang biaya personalia GBKP.
  2. Sering muncul pertanyaan, bagaimana kalau saya gajian harian dan bukan bulan? O nggak masalah! Kita bisa juga menyisihkan sepersepuluh dari pendapatan harian kita lalu nanti setelah sebulan dikumpulkan, kita bisa menyerahkan ke gereja. Itu hanya masalah teknis! Tapi, bagaimana kalau tiba-tiba saya butuh uang dan uang itu terpaksa saya pakai? Tapi bagaimana kalau saya pendapatannya kecil sementara pengeluaran saya besar? Tapi bagaimana kalau …… (dan banyak tapi lainnya). Kalau kita masih mengedepankan sejumlah ‘tapi’ (alasan), kita sebenarnya belum memiliki kesadaran dan keikhlasan untuk memberikan persepuluhan. Orang yang benar-benar mengasihi Tuhan pasti akan melakukan upaya lebih besar dan serius untuk memberikan yang lebih kepada Dia. Orang yang tidak mengasihi Allah pasti akan mencari celah supaya ia mendapatkan alasan untuk memberi lebih sedikit kepada Allah ataupun tidak memberi sama sekali.
  3. Kejujuran dalam memberikan persembahan persepuluhan hanya dapat dinilai oleh Tuhan dan orang yang bersangkutan, bukan oleh orang lain maupun majelis jemaat. Tuhan tahu seberapa banyak yang Dia berikan kepada setiap orang. Jadi, nilai “sepersepuluh” sebenarnya ada di dalam hati nurani setiap orang. Buah iman itulah yang mendorong kita untuk menyampaikan persepuluhan tanpa perdebatan seberapa banyak, dan sepersepuluh dari mana. Marilah kita memulai memberikan persepuluhan dari hati yang bersih dan takut akan Tuhan, serta mengimani bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan merupakan buah dari diberkati Tuhan.

                                                                                                                            

“Ada tiga pertobatan yang dibutuhkan, yaitu pertobatan hati, pikiran dan dompet” demikian ungkap Marthin Luther.

Salam

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip

GBKP Rg. Palangka Raya

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD