MINGGU 10 NOVEMBER 2024, KHOTBAH 1 KORINTUS 6:12-20
Invocatio :
Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu , sama seperti jiwamu baik-baik saja. (3 Yoh 1:2 )
Bacaan :
Kel. 23 : 25 – 26 (T)
Tema :
Muliaken Dibata Arah kula (Memuliakan Allah Dengan Tubuh/Muliakanlah Allah Dengan Tubuhmu)
1. Pembukaan:
Mens sana in corpore sano, adalah sebuah Motto dalam bahasa Latin yang artinya "Jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat." Maksudnya jika jiwa seseorang sehat, maka tubuhnya akan sehat juga. Motto ini mengajarkan bahwa penting untuk menjaga kesehatan tubuh, karena akan sangat berpengaruh kepada kesehatan jiwa.
Bagi orang percaya Kesehatan adalah berkat dan anugrah dari Tuhan, oleh karena itu menjaga kesehatan adalah salah satu cara mensyukuri berkat yang dari Tuhan.
Manusia dapat dikatakan sebagai manusia yang penuh dengan kebebasan. Kebebasan berkata-kata, kebebasan berprilaku, bebas makan apa saja dan lain-lain. Namun, sebagai seorang Kristen, bagaimana cara kita menghargai kebebasan dalam hidup yang diberikan Tuhan ini?
2. PENJELASAN
Kota Korintus, kota pelabuhan yaitu Lekheum di bagian Barat dan Kenkhrea di bagian Timur sehingga Korintus menjadi pusat perdagangan, pusat perekonomian dan pusat industri terjadi perjumpaan dari berbagai bangsa. Kuil-kuil penyembahan berhala sangat banyak, yang paling menonjol adalah kuil dewi Afrodite (dewi asmara) yang berada di gunung dengan ketinggian 2000 kaki di Akropolis Di kuil tersebut, ada 1.000 pelacur sakral, maka di Korintus terjadi pelacuran bakti, sehingga kata Korintus yang berasal dari kata korinthiazomai mengandung arti percabulan oleh karena itu percabulan dianggap biasa oleh orang Korintus.
Sebagian jemaat Korintus keliru dalam memahami konsep tentang kebebasan di dalam Kristus, Mereka menganggap bahwa kebebasan dari Hukum Taurat melalui karya penebusan Kristus telah menjadikan mereka bebas dari semua perintah. antinomianisme (tidak peduli dengan hukum atau aturan-aturan). Mereka merasa benar-benar bebas melakukan apapun.
Ay 12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun
Bagi orang Korintus “segala sesuatu halal” Kata “halal” diambil dari bahasa Yunani EXESTIN yang diterjemahkan “diperbolehkan”. Konsep ini kemungkinan juga karena pengaruh salah satu filsafat Yunani kuno yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran dualistik: yang material adalah buruk atau tidak sempurna, sedangkan yang non-material adalah baik atau sempurna. Dengan perspektif semacam ini semua hal yang bersifat jasmaniah dianggap tidak berharga. Yang material akan musnah. slogan jemaat Korintus “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”. Oleh karena itu tubuh tidak penting sehingga bisa digunakan untuk apapun juga. Apa yang dilakukan pada tubuh (aspek jasmaniah) tidak berpengaruh terhadap jiwa/roh (aspek rohaniah). Setiap orang berhak atau bebas melakukan apapun atas dirinya sendiri! Dalam hal ini Paulus memberikan penjelasan:
- Kebebasan harus berguna bagi orang lain (12a) Sebagian jemaat Korintus hanya berkutat pada isu boleh atau tidak boleh, sementara Paulus melangkah lebih jauh. Moralitas Kristiani berbicara tentang sesuatu yang “tepat” sekaligus “berguna.” Kata “berguna” (sympherō) lebih mengarah pada kegunaan bagi orang lain. Ide tentang “berguna” disejajarkan dengan “membangun” Kebebasan tidak meniadakan tanggung jawab terhadap banyak orang. Sebaliknya, setiap orang Kristen dipanggil untuk menggunakan kebebasannya bagi kepentingan orang lain. Menurut Paulus, iman dalam Kristus tidak bersifat individualistik dan bukan berbicara tentang menggunakan hak. Sebaliknya, iman dalam Kristus bersifat komunal dan melepaskan hak. Mengurbankan kebebasan demi orang lain merupakan cerminan Injil.
- Kebebasan tidak boleh menjadi perbudakan (12b) Kepada jemaat Korintus yang terlalu mengagungkan kebebasan, Paulus memberikan peringatan yang cukup keras: “tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” Kata “oleh apapun” (hypo tinos) menjelaskan bahwa setiap orang yang merasa berhak melakukan apapun yang dia anggap benar, sebenarnya mereka telah diperbudak. Jika seseorang merasa dirinya bebas, dia seharusnya benar-benar bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan kebebasan itu. Jika dia selalu menggunakan kebebasan itu, bukankah hal itu membuktikan bahwa dia sedang dibelenggu oleh kebebasannya sendiri? Ingatlah, kita mungkin memiliki hak, tetapi kita juga berhak untuk melepaskan hak itu.
Ayt 13. Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Kelompok elit dalam gereja Korintus secara khusus pada mereka yang kaya dan berkuasa. berpikir bahwa mereka bebas melakukan apa saja yang mereka mau termasuk melakukan percabulan dan mengikuti perjamuan makan yang dipersembahkan pada berhala di kuilkuil penyembah berhala Di bagian ini Paulus menegaskan kepada mereka bahwa mereka tidak bebas melakukan percabulan karena tubuh mereka bukan untuk mereka sendiri tetapi untuk Tuhan Oleh sebab itu, mereka harus menghindarkan diri dari imoralitas seksual.
Ayt. 14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Di ayat 14 Paulus menjelaskan karena “Allah telah membangkitkan Tuhan Yesus secara badani,” maka “Ia akan membangkitkan kita juga secara badani. Sebagai akibatnya, semua orang Kristen harus mempersembahkan tubuh mereka untuk Tuhan dengan tidak mencemarkan tubuh mereka dari percabulan karena tubuh mereka akan diperbarui pada saat kebangkitan nanti. Bagi Paulus, doktrin kebangkitan adalah fondasi dari larangan percabulan dan perintah untuk mempersembahkan tubuh bagi Tuhan.
Sebagian orang Kristen di Korintus berpikir bahwa tubuh mereka akan dihancurkan pada akhir zaman, sehingga mereka merasa percabulan tidak berkaitan apa-apa dengan keadaan mereka pada akhir zaman. Orang-orang pada zaman Paulus memberikan penekanan yang sangat besar pada roh daripada tubuh karena mereka berpikir bahwa roh itu kekal, sedangkan tubuh itu fana.( pandangan dualistik Yunani). Sebagian orang Kristen Korintus memiliki pandangan overrealized eschatology. Pandangan ini, percaya bahwa akhir zaman sedang berlangsung saat itu, mereka percaya bahwa manifestasi karunia-karunia rohani yang sifatnya supranatural, secara khusus bahasa roh, adalah tanda bahwa mereka telah memasuki “spiritualitas yang penuh” dan mulai mengalami “bentuk keberadaan malaikat.” Akibatnya, mereka merasa bahwa tubuh itu tidak penting dan dosa percabulan tidak mempengaruhi keadaan rohani mereka sama sekali.
Selanjutya Paulus memberikan alasan mengapa mempersembahkan tubuh untuk Tuhan.
1: Tubuh Orang Kristen Adalah Anggota Tubuh Kristus (ay. 15)
Paulus membangun argumennya dalam tiga bagian, di mana di awal tiap bagian itu dimulai dengan formula (“tidak tahukah kamu bahwa”, 15,16,19). Dengan menggunakan formula ini, ia mengingatkan orang Kristen Korintus tentang sesuatu yang seharusnya mereka telah ketahui sebagai hal yang sangat prinsip dalam iman Kristen. Kata anggota tubuh menggunakan kata melos diterjemahkan sebagai kaki atau tangan atau bagian dari tubuh manusia. Artinya kita umatNya tidak dapat dipisahkan dengan Kristus Yesus, sama dengan kaki dan tangan tidak dapat dipisahkan dari tubuh, tidak mungkin anggota tubuh dicabut dan dipersekutukan dengan pelacur. Jadi anggota tubuh Kristus tidak boleh hidup dalam percabulan. Orang yang berbuat cabul dengan seorang pelacur adalah seperti anggota tubuh yang dicabut dari tubuh Kristus dan dipersekutukan dengan tubuh pelacur itu. Percabulan dengan orang lain sama dengan mencabik tubuh orang Kristen itu sebagai anggota tubuh Kristus dan menyekutukannya dengan tubuh pasangan seksualnya. Karena keseriusan dari dosa percabulan ini, setiap orang percaya mesti waspada agar mereka tidak jatuh ke dalamnya. (“Apakah aku akan mengambil anggota-anggota Kristus dan membuat mereka anggota seorang pelacur?”) (“Sekali-kali tidak!”). Hal ini berarti bahwa Paulus sangat menentang hubungan seksual dengan seorang pelacur karena tindakan itu tidak sesuai dengan iman Kristen
2: Tubuh Orang Kristen Telah Dipersatukan dengan Kristus (ay. 16-18)
Paulus dengan sengaja mengutip Kejadian 2:24, untuk menekankan relasi yang sangat dekat dan eksklusif yang menuntut kesetiaan total dari kedua pihak., Paulus hendak menekankan paling sedikit dua hal.
Pertama, hubungan antara orang percaya dengan Kristus mirip dengan ikatan seorang suami dengan istrinya, yaitu relasi yang mutual. suami dan istri yang saling memiliki satu dengan yang lain, demikian juga orang percaya dan Kristus. Konsekuensinya, hubungan antara orang percaya dan Kristus adalah relasi yang ekslusif yaitu tubuh orang percaya adalah bagi Kristus saja (bukan untuk pelacur) dan Kristus bagi orang percaya.
Kedua, jika hubungan orang percaya mirip dengan ikatan suami istri maka pernikahan rohani antara orang percaya dengan Kristus. implikasinya adalah iman yang dimiliki orang Kristen pada Kristus menuntut kesetiaan dan kemurnian dari orang percaya itu. Dalam hal ini harus dilakukan dengan lari dari percabulan (ay. 18). Kata “jauhkanlah” dalam bahasa Yunani FEUGO artinya “larilah”. Artinya jangan lambat, jangan tunda, harus segera dilakukan, bertindak cepat, larilah dari percabulan, larilah dan tinggalkan perzinahan sebab perbuatan itu menajiskan diri sendiri dan menghina kekudusan Allah.
Dengan demikian, orang Kristen harus terus menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kristus dengan hidup kudus sehingga pada akhir zaman mereka akan dinyatakan tidak bercacat.
3. Tubuh orang Kristen adalah Bait Roh Kudus (19a)
Bait mempunyai sifat: Kudus sebab itu adalah tempat kediaman Allah dan tidak boleh di najiskan orang, di dalam Alkitab kita melihat Yesus jarang marah, tapi Dia sangat marah ketika Bait Allah di jadikan sarang penyamun. Tubuh Kita Didiami Oleh Roh Allah. Allah yang Maha Tinggi berkenan diam dalam diri kita. Hal ini menyatakan sungguh besar kuasa dan anugerah-Nya yang diberikan kepada kita. Namun di sisi lain, ada tanggung jawab yang besar bagi kita untuk menjaga kesehatan bait Allah/tubuh kita, baik secara fisik maupun secara spiritual. Kita harus menghargai dan memberi perhatian kepada tubuh jasmani dan rohani kita serta menjaga kekudusan hidup kita demi kemuliaan Nama Tuhan
4: Tubuh Orang Kristen Adalah Milik Allah (ay. 19b-20)
Beberapa orang Kristen yang melakukan dosa seksual mungkin berpikir “Ini adalah tubuhku sendiri, jadi aku dengan bebas boleh melakukan apa pun yang aku inginkan.”
Kata Milik/kepemilikan dan dibeli/pembelian yang berhubungan istillah perbudakan, menekankan bahwa Tubuh Kita Bukan Milik Kita. Tubuh kita ini adalah milik Allah, karena sudah dibeli oleh Kristus melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kristus telah menebus orang percaya sehingga mereka dimerdekakan dari dosa. kemerdekaan ini mengandung arti mereka harus taat secara total kepada Tuan mereka yang baru, yaitu Kristus. Kita tidak lagi menjadi budak dosa, tetapi menjadi hamba yang melayani Kristus.
Semua orang Kristen dipanggil untuk memuliakan Allah bukan hanya dalam ibadah tetapi juga melalui kehidupan mereka yang menjauhi perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kita harus menghargai tubuh ini dan menggunakan tubuh kita untuk muliakan Allah. Memuliakan Tuhan dengan tubuh, berarti menjaga tubuh kita dari perbuatan yang tidak bermoral, seperti percabulan, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kekerasan. Ini juga melibatkan menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita, serta menggunakan tubuh ini sebagai alat untuk melakukan kebaikan dan melayani sesama.
3.REPLEKSI
Perkembangan dunia digital semakin terasa, dunia berubah dengan begitu cepat. Kemerosotan moral menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena kecanggihan dan kemajuan teknologi yang membuat kita bisa masuk menjelajah ke mana saja, sebab segala sesuatu bisa diakses dengan begitu mudah tetapi juga murah. Belum lagi tema pergaulan bebas kini menjadi sesuatu yang sangat digemari. Dengan alasan bebas berekspresi, konten berbau pornografi semakin banyak menghiasi media-media sosial yang ada. Bukannya sadar dengan kejatuhan ini dan beralih dari berbagai kenajisan ini, banyak orang percaya justru mulai kehilangan kekaguman akan orang-orang yang hidup mempertahankan kekudusan. Mereka justru menertawakan dan menganggap menjaga kekudusan sebagai sesuatu yang bodoh dan kurang gaul. Perselingkuhan, perzinahan, seks bebas dan gaya hidup bebas lainnya sedang menjadi tren dan sesuatu yang keren. Bahkan hal ini dibenarkan dengan slogan “ini hidupku bukan hidupmu”.Apakah orang percaya harus terjebak pada situasi ini? Benarkah kekudusan bukanlah sesuatu hal yang penting lagi dalam Kekristenan?
Bagi orang-orang Kristen di sepanjang zaman, tidak ada alasan untuk menyalahgunakan tubuhnya untuk pemenuhan hawa nafsu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Segala keberadaan tubuh harus diarahkan untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, mari, kita rawat tubuh kita dalam tampilan luar maupun dalam, juga tubuh jasmani maupun rohani kita untuk kemuliaan Tuhan.