MINGGU 27 OKTOBER 2024, KHOTBAH 2 TAWARIKH 34:1-7

Invocatio :

“Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.” (Mazmur 103: 3)

“Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.” (Mazmur 100: 3)

Bacaan :

Wahyu 2: 18-29

Tema :

“Melakukan Yang Berkenan Bagi Tuhan”

 

Pengantar

Minggu ini adalah Minggu Reformasi, dan tanggal 31 Oktober diperingati sebagai Hari Reformasi Gereja. Pergerakan ini tujuannya bukan membentuk gereja baru, melainkan mengkritik gereja yang tidak lagi Alkitabiah kemudian menyuarakan agar kembali pada perkenanan Tuhan, dasar kebenaran adalah Firman Tuhan. Namun pergerakan ini yang akhirnya melahirkan gereja Protestan. Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin adalah tokoh-tokoh reformasi gereja. Setelah 507 tahun reformasi gereja, bagaimana hidup bergereja saat ini? Kita terus memperingati agar kita tidak berhenti di reformasi institusi dan reformasi secara organisasi, tetapi sampailah pada reformasi diri. Sehingga gereja baik institusi dan gereja yang adalah orangnya, “Melakukan yang Berkenan Bagi Tuhan”.

Penjelasan Teks

2 Tawarikh 34: 1-7

  • Bagi bangsa Israel peran pemimpin sangat penting. Kalau pemimpin taat pada Tuhan, umat ikut. Kalau pemimpin berbalik dari Tuhan, umat juga ikut. Raja-raja sebelum Yosia tidak setia pada Tuhan Allah, karenanya bangsa itu lupa akan identitas mereka sebagai bangsa pilihan. Mereka menyembah berhala, patung pahatan dan patung tuangan, mezbah Baal banyak didirikan. Yosia tidak sama. Ia melakukan yang benar di mata Tuhan, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Lurus jalan hidupnya. Yosia muda, mungkin dianggap belum tahu apa-apa saat usia 8 tahun, tapi ini menjadi bukti bahwa orang pilihan Tuhan pasti diperlengkapiNya. Tuhan tidak pernah salah pilih.
  • Pada masa pemerintahannya terjadi reformasi besar. Yosia berbeda dengan pendahulunya, ayah Amon dan kakeknya Manasye. Dia bukan sekedar generasi penerus. Dia adalah generasi pembaharu. Yosia berani melakukan gebrakan, mereformasi. Ia melihat dua contoh tetapi tidak mengikuti mereka. Kakek dan ayahnya mewariskan kepemimpinan yang tidak berkenan bagi Tuhan, tetapi Yosia tidak mewarisinya. Ia juga tidak mengungkit kesalahan pendahulunya, tapi ia melakukan yang benar. Dalam 2 Raja-raja 23: 25 tertulis sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai demgan segala Taurat Musa, dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia.” Jadi Yosia, raja termuda itu, tercatat sebagai raja yang paling konsisten dalam hal reformasi (pertobatan bangsa).
  • Yosia jadi raja sejak umur 8 tahun. Pada tahun ke 8 pemerintahannya, usia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, dan pada tahun ke 12 ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem Pada tahun ke 18 pemerintahannya, sekitar usia 26 tahun, Yosia selesai mentahirkan negeri dan rumah TUHAN, ia kemudian memberi perintah untuk memperbaiki rumah Tuhan. Selama 31 tahun dia memerintah, perubahan besar-besaran terjadi di Yerusalem dalam bentuk reformasi iman. Yosia memang muda tapi ia mencari Allah dalam hidupnya, dan karena itu Allah ada di pihaknya. Maka dalam pemerintahannya di usia muda, banyak perbaikan dan kemajuan. Ini menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin muda yang ada di gereja, idealnya ada perubahan ke arah lebih baik, kuncinya bukan pada diri kita tapi pada kemauan mencari Tuhan sejak masa muda.
  • Yosia meruntuhkan tempat penyembahan berhala dan membakar semua tiang-tiang berhala. Ini dilakukan Yosia setelah mendengar pembacaan kitab suci yang telah lama tidak dibacakan. Imam Hilkia menemukan Kitab Suci tersebut dan memberikannya pada raja Yosia. Setelah mendengar kebenaran Firman Tuhan, ada aksi nyata perubahan yang dilakukan Yosia. Mendengarkan Firman Tuhan memberi pengaruh, yaitu menimbulkan gerakan dalam diri Yosia untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan. (bdk 2 Raja-Raja 22-23) Mestinya seperti inilah yang terjadi setiap Firman Tuhan dibacakan/diperkatakan, terjadi perubahan. Terjadi pertobatan.
  • Reformasi Yosia dilakukan dengan membasmi sampai ke akar-akarnya. Reformasi dilakukan sampai ke dasar dan ke akar. Bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung berhala, patung tuangan, mezbah Baal dirobohkan dan dihancurluluhkan. Bahkan tulang-tulang imam dibakarnya di atas mezbah-mezbah mereka. Demikian Yehuda dan Yerusalem ditahirkan. Juga hal yang sama dilakukan di kota-kota Manasye, Efraim, Simeon, Naftali, dan seluruh tanah Israel dibersihkan dari pedupaan. Pembersihan dari berhala harus tuntas. Ini memberi pesan tegas, hanya Tuhan Allah yang patut disembah.

Wahyu 2: 18-29

Surat yang dialamatkan kepada jemaat di Tiatira dari Yesus Anak Allah. Ia tahu segala pekerjaan baik yang dilakukan yakni kasih, iman, pelayanan, dan ketekunan jemaat Tiatira. Tuhan memuji segala yang mereka kerjakan itu. Tetapi segala yang baik itu ternyata dinodai oleh pembiaran terhadap dosa. Yesus menegur mereka karena membiarkan Izebel, nabiah palsu dan penyesat, menyebarkan ajaran palsu yang diikuti oleh orang yang sudah mengenal Tuhan. Akibatnya mereka menjadi cemar karena berbuat zinah dan makan persembahan berhala. Jemaat di Tiatira mayoritas adalah pengusaha, dimana mereka tergabung dalam serikat-serikat kerja: pengrajin wol, kulit, lenan, pengrajin tembikar, tukang tenun, dll. Setiap serikat ini mempunyai dewa pelindungnya sendiri dan ada ritual penyembahan rutin yang dilakukan, yaitu upacara penyembahan dewa kafir yang sering ada unsur perzinahan dan makan makanan berhala. Orang Kristen tidak bisa menolak ritual ini karena takut dikucilkan oleh serikatnya. Pengajaran palsu Izebel mengatakan, mengikuti ritual itu bukan dosa. Itulah sebabnya orang Kristen di Tiatira sudah menjadi tercemar. Karena itu pertobatan harus segera dilakukan sebelum hukuman Tuhan datang. Yang hendak ditekankan adalah jangan berkompromi dengan ajaran sesat dan jangan biarkan orang lain jatuh dalam dosa, saat kita bisa melindungi mereka.

Pointer Aplikasi

  1. Carilah Tuhan dan lakukan kehendak Tuhan sejak masa muda. Masa muda terlalu berharga untuk dihabiskan dengan hidup jauh dari Tuhan dan dekat dengan dunia, karena mengikuti tren. Jadikanlah hidup kudus dan benar itu tren. Berani jadi inisiator jangan hanya jadi imitator. Jika dalam dunia ini sudah banyak terjadi kejahatan, jadilah pembawa perubahan. Jangan menormalisasi yang salah, hanya karena sudah biasa.
  2. Pemberitaan Firman Tuhan seharusnya mengubahkan. Jangan sekedar mendengar, jangan sekedar meramaikan agar kursi gereja tidak kosong, tetapi harus ada yang berubah dari diri kita setiap kali menerima Firman Tuhan. Maka dengarkan dan lakukanlah Firman.
  3. Reformasi membutuhkan orang-orang kritis yang mencintai Tuhan dan mencintai gereja. Kritik tidak selalu menjatuhkan, ada kritik yang membangun, yaitu kritik yang berlandaskan pada kerinduan kepada yang lebih baik. Dengan semangat reformasi, kita bisa melihat pada gereja kita. Kecenderungan pola yang monoton dan sulit untuk diubah kadang menjadi keluhan karena dianggap tidak sesuai perkembangan zaman. Tetapi mari kita bereformasi tetap dengan dasar kebenaran Firman Tuhan. Yosia melihat ketidaksetiaan pada Tuhan dan ia bertindak tegas meruntuhkan segala bentuk penyembahan berhala. Para pemerhati gereja mestinya melihat apa yang perlu dibenahi dalam gereja kita, tanpa menjadikannya serupa dengan gereja lain. Paling tidak ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk dihindari jangan sampai terjadi:
  • Sindrom rabun jauh. Terlalu detail melihat gereja, namun terlalu kabur melihat masyarakat dan dunia. Detail menikmati diri, kabur pada derita sesama. Gereja jangan berkutat di prinsip “dari kita untuk kita”, sebab gereja ada di dunia untuk memberi pengaruh. Sasaran pelayanan GBKP 2024 menekankan hal ini, yakni Berkarya dan Berguna Untuk Orang Lain. Mari kita lihat porsi program gereja, apakah sudah banyak program kerja yang berguna bagi orang lain?
  • Sindrom gado-gado. Reformasi dilakukan dengan tujuan menemukan kebenaran dan juga kekhasan gereja. Bukan dengan mencampuradukkan segala tren beribadah dan bergereja yang ada. Jangan sampai gereja terkena sindrom gado-gado. Keinginan menyenangkan selera semua orang bisa membuat gereja mengadopsi apa saja yang diinginkan tanpa ada orkestrasi yang harmonis dengan visi, misi, dan teologi gereja.
  1. Demikian juga reformasi pribadi. Kita perlu melihat diri dengan kritis, jika ada yang perlu direformasi dalam hal iman, karakter, pola hidup, pengelolaan emosi, dan sebagainya. Kita perlu menjadi pribadi yang konsisten berbuat baik, dalam ranah gereja dan juga di luar gereja.

Pdt Yohana br Ginting

GBKP Rg Cibubur

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD