MINGGU 15 SEPTEMBER 2024 KHOTBAH KISAH PARA RASUL 7:20-22

Invocatio :

“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik (Mat.7:17)

Ogen :

Mazmur 127:3-5 (Responsoria)

Tema :

MENDAPATKAN PENGAJARAN SUPAYA BERHIKMAT

 

I. Pendahuluan

Minggu Pendidikan mengingatkan kita bahwa Allah menginginkan agar anak-anak Tuhan berhikmat/bijaksana melalui pendidikan yang benar, baik dari pendidikan formal dan pendidikan non formal. GBKP melihat pendidikan begitu penting sehingga memberikan ruang pendidikan baik PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Di sekolah-sekolah ini, tidak hanya mendapatkan pendidikan secara sekuler tapi juga diajarkan bagaimana cara hidup selaku orang beriman kepada Tuhan.

Kenneth O Gangel berpendapat bahwa, salah satu tujuan dari gereja ada di bumi ini yaitu mendukung pelayanan pendidikan. Sejalan dengan itu, Andar Ismail berkata, mendidik bukan hanya bentuk pekerjaan, tapi dirasakan gereja sebagai satu panggilan dari Tuhan untuk bersama-sama: “menabur benih dan Allah menumbuhkan” agar bertumbuh menjadi insan yang beriman, berilmu dan berpelayanan.

 

II. Isi

Bahan khotbah Kisah Para Rasul 7:20-22 merupakan bagian dari pembelaan Stefanus. Stefanus adalah salah satu dari tujuh orang pilihan yang menerima delegasi dari para Rasul untuk melakukan pelayanan meja jadi bisa dikatakan bahwa Stefanus adalah salah satu murid terbaik, orang yang cakap, di penuhi hikmat dan dipenuhi oleh roh (Kisah Para Rasul 6:3). Artinya dia memiliki karakter yang baik. Tidak heran stefanus terpilih untuk melakukan pelayanan diakonia pada waktu itu.

Ketika itu Stefanus mendapatkan tuduhan dari para ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi dengan menghasut Stefanus menghujat Musa dan Allah. Dan tidak hanya sekedar dituduh tapi Stefanus juga diseret dan dihadapkan ke Mahkamah Agama. Biasanya ketika orang di dakwa maka orang tersebut menggunakan kesempatan untuk membela dirinya habis-habisan supaya hukumannya diperingan, atau tidak dituduh bersalah dan bisa lolos dari hukuman. Tetapi ketika kita membaca bagian ini justru kita melihat, bahwa Stefanus tidak membela dirinya tetapi malah menggunakan kesempatan itu untuk benar-benar menyaksikan tentang pengajaran Musa (7:20-22) sampai akhirnya memberitakan tentang Tuhan Yesus kristus (Kisah Para Rasul 7:55). Maka ketika mendengar penjelasan dari Stefanus, maka di ayat.54 ketika para Mahkamah Agama mendengar hal itu, para Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya mereka menyambutnya dengan gertakan gigi dan beerteriak-teriak mereka sambil menutup telinga (ay.57) sebab mereka pada dasarnya sudah mengeraskan hati lalu kemudian para Mahkamah Agama menjadi menjadi emosi dan marah lalu Stefanus diseret dan dirajam dengan batu. Seharusnya sebagai Mahkamah Agama yang memiliki pendidikan tinggi, mereka memiliki kestabilan emosi dalam memutuskan perkara tetapi pendidikan tinggi tidak menjadi jaminan seseorang berhikmat dalam hidupnya.

Tetapi berbeda dengan kehidupan Stefanus, Sungguh hikmat yang dalam diri Stefanus dipakainya sampai saat-saat terakhir hidupnya untuk memberitakan Injil dan sekaligus untuk membuktikan bahwa seperti itulah sebagai murid Yesus yang sejati artinya di dalam ay.60, sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Benar-benar sangat mengagumkan seharusnya, Stefanus dapat saja marah ataupun benci kepada orang yang merajamnya dengan batu, namun kita melihat bahwa hikmat Tuhan ada dalam diri Stefanus terlihat Stefannus bukan orang yang pemarah tapi justru ia berlutut dan berkata Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka! Stefanus memiliki karakter seperti Yesus yang menjelang detik-detik kematiannNya, Kristus juga berkata demikian kepada BapaNya, Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34).

Bahan bacaan pertama Mazmur 127 secara keseluruhan, bahwa segala sesuatu tidak ada artinya (sia-sia) tanpa melibatkan Tuhan, baik itu membangun rumah, kota, begitu juga dengan keluarga. Terkhusus dalam Mazmur 127:3-5 menyampaikan nilai-nilai Kristiani wajib disampaikan kepada anak sejak usia dini, agar pada masa tuanya, anak melekat pada Tuhan. Ketika orang tua memberikan teladan dan ajaran yang benar, anak akan mempunyai sikap karakter yang baik. Sungguh, pengaruh orangtua sangat besar dalam membentuk pondasi anak. Anak-anak mendapat pendidikan pertama baik sifat maupun tabiatnya, mengikuti kedua orang tuanya. Karena itu marilah kita sebagai orang tua menyadari pentingnya kita hidup melekat pada Tuhan, dan senantiasa belajar, agar anak-anak kita dapat meneladaninya, dan hidup di dalam Tuhan sampai pada masa tuanya.

Mazmur 127:4 mengatakan bahwa anak-anak ibarat anak panah di tangan Pahlawan. Berarti sebagai orang tua kita harus menjadi pahlawan bagi anak-anak kita dan menjadi alat di tangan Tuhan. Dan ay.5 Anak-anak seperti anak panah, adalah senjata perang yang tidak hanya tinggal di dalam tabung. Apa yang dilakukan prajurit dengan anak panahnya? Dia tidak menyimpannya di dalam tabung tetapi menggunakannya untuk “pertempuran.” Anak-anak panah itu akan mencapai sasaran yang Tuhan inginkan. Untuk itu, orang tua yang adalah para pahlawan yang Tuhan jadikan untuk anak-anak sehingga kehidupan anak dapat menjadi kemuliaan Tuhan, demikian juga kehidupan orangtua mejadi seperti pohon yang baik sehingga buahna pun menjadi baik tapi sebaliknya jika kehidupan orangtua seperti pohon yang tidak baik maka akan menghasilkan buah yang tidak baik pula (Band.Invocatio).

III. Aplikasi

Tema: Mendapatkan pengajaran supaya berhikmat, tentunya proses mendapatkan pengajaran agar berhikmat dimulai sejak anak dari dalam kandungan ibunya (pendidikan dasar). Semakin kuat pendidikan diberikan kepada anak (pendidikan iman) maka kemungkinan besar anak semakin bertumbuh menjadi anak yang beriman teguh. 50 % variabilitas kecerdasan dewasa (termasuk kecerdasan spiritual) sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun,30 % berikutnya pada usia 8 tahun dan sisanya ketika usia anak mencapai sekitar 18 tahun (pendapat: Osborn, White dan Bloom), sehingga anak dalam usia dini dikatakan Usia Emas (Golden Age).

  • Kepribadian anak dipengaruhi faktor: orangtua dan dipengaruhi nuture/lingkungan seperti: Gizi, proses kelahiran, perawatan, kondisi lingkungan, rangsangan Psikososial, kesehatan dll
  • Pendidikan Anak Usia Dini (TK, Play Group) merupakan wadah atau sarana dalam pembentukan kepribadaian dan kecerdasan anak. Pendidikan yang terarah bagi anak menurut Core (ahli) tujuannya: membantu anak terpenuhi kebutuhan fisik, non fisik dan membangun konsep diri secara positif .
  • Sesuai dengan Minggu Pendidikan Penjematan TK-PAUD GBKP, marilah kita mempersiapkan masa depan keluarga, gereja (GBKP), masyarakat dan bangsa kita dengan melakukan pembenahan dan peningkatan pendidikan kecerdasan anak dimulai sedini mungkin dengan terarah dan berkelanjutan. Terutama agar anak-anak kita dapat mengenal Tuhan dengan benar.
  • Kehidupan Stefanus menjadi teladan bagi kita agar tetap ada kerinduan untuk membekali diri dengan pengajaran Tuhan agar lebih berhikmat dalam menjalani kehidupan

       Pdt. Natal Nael Ginting, S.Th (GBKP Palangkaraya)

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD