SABTU 30 MARET 2024, KHOTBAH MAZMUR 31:1-6 (SABTU PENGHARAPAN)
Invocatio :
Masmur 71:5
Ogen :
Roma 6:1-14 (Tunggal)
Tema :
Kundesken Geluhku Bas Tan Tuhan/Kuserahkan Hidupku Dalam Tangan Tuhan
I. Pendahuluan
Sabtu Sunyi: Hari Sabtu diantara Jumat Agung dan Paska disebut dengan Sabtu Sunyi, karena pada hari Sabtu Sunyi ini jemaat diajak merenungan sesuatu yang amat penting : pengharapan. Bayangkan pada hari inilah murid Yesus merasa gundah dan kehilangan harapan, sebab Yesus yang mereka yakini sebagai Mesias yang akan membawa kebenaran, justru mati mengenaskan. Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kefanaan manusia dalam kematian Yesus. Penghayatan itu dilakukan dengan keheningan dan sikap meditatif di hadapan Allah. Apa yang dapat kita renungkan? Kita diajak untuk belajar menerima bahwa penantian sebagai suatu bentuk beriman dan berharap yang penting. Tentu tidak ada kepastian dalam kehidupan, tapi justru di sanalah kita belajar beriman. Beriman dalam ketidakpastian, dalam penantian. Kita bisa menghayati keheningan dan kesunyian yang pedih dan menyakitkan di kehidupan ini sebagai sebuah kesempatan kita menghayati iman dalam Tuhan. Melalui keheningan Sabtu Sunyi, kita dapat memperoleh pencerahan hidup, sehingga mampu mengubah setiap kedukaan, kepahitan, dan penderitaan menjadi sumber kekuatan, semangat, dan daya juang untuk memaknai kehidupan dalam perspektif iman.
II. Isi
Masmur 31:1-6
Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Daud, dalam kesengsaraannya, sangat bersungguh-sungguh dalam doanya kepada Allah untuk memohon pertolongan dan kelegaan Dia berdoa, Supaya Allah meluputkan dia (ay. 2), bahwa hidupnya terlindung dari niat jahat musuh-musuhnya, dan supaya mereka berhenti mengejarnya. Ia berdoa supaya bukan saja karena belas kasihan-Nya, namun juga karena keadilan-Nya, Allah mau membebaskan dia, bertindak sebagai Hakim yang adil di antara dia dan para pengejarnya yang fasik. Ia meminta agar Allah berkenan menyendengkan telinga-Nya kepada permohonannya, pada seruannya, dan membebaskan dia (ay. 3), setidaknya Dia mau melindungi dan menjaganya di tengah pergumulannya itu. “Jadilah bagiku gunung batu, yang tidak tergoyahkan, tidak terkalahkan, seperti tempat perlindungan yang kokoh yang terbentuk oleh alam, dan kubu pertahananku, benteng yang dibangun oleh rancangan ahli, semuanya untuk menyelamatkan aku!” Karena itu, kita dapat berdoa agar pemeliharaan Allah menjaga hidup kita serta menghibur kita, dan oleh anugerah-Nya kita dimampukan untuk percaya bahwa kita aman di dalam Dia (Ams. 18:10). Bahwa walaupun begitu sukar permasalahannya, baik dalam hal tugas maupun dalam membuat keputusan, ia tetap bisa mendapatkan tuntunan ilahi, “Tuhan, tuntun dan bimbinglah aku (ay. 4), karena itu tetapkan langkahku, pimpinlah rohku, agar aku tidak akan pernah melakukan perbuatan yang terlarang dan yang tidak dapat dibenarkan – yang bertentangan dengan hati nuraniku, ataupun perbuatan yang tidak bijaksana dan gegabah – yang bertentangan dengan kepentinganku.” Hendaklah orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti tuntunan Allah berdoa dengan iman agar memperoleh tuntunan-Nya. Bahwa karena para musuhnya begitu licik dan penuh kedengkian, maka Allah mau menggagalkan dan mengacaukan rancangan mereka terhadapnya. Ini juga yang harus menjadi keyakinan kita, saat kita menghadapi persoalan dan masalah yang sangat sukar, berserahlah kepada Tuhan Yesus dan kita harus yakin Tuhan Yesus akan menuntun kita dan membimbing kita supaya menang dan keluar dari setiap masalah dan problema kita yang kita hadapi. (ay. 5): “Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, dan jauhkanlah aku dari dosa, kesulitan dan maut yang mereka rancang untuk menjebak aku.” Dengan yakin Tuhan akan menggagalkan setiap rancangan jahat atau niat jahat yang dipasang orang orang yang membencinya, karena Tuhan tempat perlindungan baginya. Secara sungguh sungguh Daud menyerahkan nyawanya kepada Tuhan yang sanggup melindungi dan memberikan keamanan dalam seluruh hidupnya. “Ke dalam tangan-Mulah aku serahkan nyawaku,” Mazmur ini menjadi istimewa dan sakral khususnya ayat.6 Yang diucapkan Yesus ketika Ia berada di kayu salib. Dalam hidupnya pemazmur tidak mengandalkan kekuatannya sendiri atau bergantung kepada kekuatan manusia; pemazmur hanya percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan tempat perlindungan yang aman. Biarlah Pengakuan akan keyakinan perlindungan di dalam Tuhan dari pemazmur, juga menjadi keyakinan kita sebagai orang orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus.
Roma 6:1-14
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rm 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun dan juga berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rm 2:1-29; 3:1,9 dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rm. 11:11-36).
Dalam pasal Roma 6:1-14 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? (ay. 1). Bagaimana kita bisa memanfaatkan ajaran yang indah dan menghibur ini?” Akankah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul daripadanya, seperti yang disarankan sebagian orang? (Rm. 3:8). Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Akankah dari sini kita terdorong untuk berdosa dengan jauh lebih berani lagi, sebab semakin besar dosa yang kita perbuat semakin besar kasih karunia Allah akan dimuliakan dalam pengampunan kita? Beginikah kita memanfaatkan ajaran ini? Tentunya Tidak, itu namanya penyalahgunaan, juga sesat. Ketika kita telah dibenarkan oleh Tuhan, maka hidup kita menjadi baru dan dosa sudah lenyap (2, 11). Semua ini terjadi karena kita ikut di dalam kematian dan kebangkitan Yesus (5). Paulus mengajarkan salah satu arti baptisan yaitu mati dan bangkit bersama Yesus (3-4). Ketika kita ikut dalam kematian Yesus berarti semua dosa telah kita tanggalkan dan matikan di salib Kristus (6-7) untuk menuju kepada satu kehidupan yang baru di dalam Dia, yaitu hidup kekal melalui kebangkitan-Nya (8-11). Kristus mati satu kali untuk mematikan dosa selama-lamanya sehingga Ia hidup selama-lamanya juga bagi Allah. Itu berarti kemenangan tuntas atas dosa dan maut. Kita yang percaya Yesus, sudah dibebaskan dari dosa dan hukumannya, dan sudah memiliki hidup kekal untuk melayani Allah. Hal ini berarti juga bahwa baptisan yang kita terima cukup satu kali dan tidak perlu diulang lagi.
Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengelola kasih karunia Allah itu dalam hidup kita. Paulus memberi nasehat bagi kita agar, memberi diri sepenuhnya kepada Allah. Artinya kita menyerahkan hidup kita, waktu, tenaga, pikiran, talenta, dan tubuh kita sepenuhnya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia saja (13b). Kita harus tidak lagi menyerahkan angggota tubuh kita untuk dikendalikan dan dipakai oleh iblis, dibujuk dan ditipu oleh dunia ini, dan dikuasai dan dikontrol oleh keinginan daging kita sebagai alat kejahatan (13a). Kita hanya boleh punya satu tuan atau majikan, yaitu Allah yang sudah menebus kita yang memiliki hidup kita sepenuhnya baik itu tubuh jiwa dan roh dan bukan iblis yang sudah kalah!
Masmur 71:5
Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah. Di dalam berbagai kesempatan, entahkah itu pada saat baik atau tidak baik, Daud selalu memuji dan menyembah TUHAN. Kita pun patut mengalaminya dan bisa belajar dari kehidupan Daud ini. Dalam berbagai persoalan yang dialami, Daud selalu menjadikan Tuhan sebagai benteng dan batu perlindungan. Bagi Daud tak seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi jaminan keselamatan bagi jiwanya. Itulah sebabnya ia berkata, “… Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Namun untuk mendapatkan pemeliharaan Tuhan yang indah ini kita harus tetap setia sampai akhir hayat kita. Jangan sekali-kali tinggalkan Tuhan, apalagi samai bercabang hati dengan mengharapkan ilah lain atau manusia. Jangan coba-coba !!
III. Refleksi
Karya keselamatan Allah di dalam Kristus merangkum seluruh sejarah dan kehidupan kita manusia. Dengan demikian dalam keheningan Sabtu Pengharapan, kita merayakan karya keselamatan Allah di dalam Kristus yang menembus dimensi waktu dan sejarah kehidupan umat manusia. Keheningan Sabtu Pengharapan mengandung keyakinan dan kepastian keselamatan Allah yang berkarya melampaui akal dan pengertian manusia, sehingga karya penebusan Kristus merangkum seluruh eksistensi kita manusia sepanjang abad tanpa terkecuali.
Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman. Sebagai Kristen doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita mengandalkan tangan Tuhan yang menolong.
Kintsukuroi adalah seni memperbaiki bejana/vas yang rusak dengan pernis dan bubuk emas. Kesenian ini berasal dari Jepang dan berawal ketika seorang penjunan melihat banyak vas yang bagus, tetapi pecah sehingga dianggap tidak berharga dan dibuang. Melihat hal itu, si penjunan mengumpulkan pecahan-pecahan tersebut dan diperbaikinya dengan menyatukan pecahannya. Menariknya, ia tidak menutupi kerusakannya. Ia justru menyatukannya dengan pernis dan bubuk emas sehingga menonjolkan bagian yang rusak dengan emas dan membuat bejana itu lebih indah dari sebelumnya.
Dari nats renungan ketiganya kita dapat melihat karya tangan Tuhan dalam memelihara orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Layaknya vas bunga yang pecah memiliki nilai yang berharga bila berada di tangan orang yang tepat. Manusia yang merupakan ciptaan Allah itu sendiri mengapa meragukan pekerjaan tangan Tuhan. Tuhan yang akan selalu menolong dan membawa kita tetap aman dan nyaman oleh karena kasihnya yang tak berkesudahan karena dia tau apa yang terbaik untuk hidupmu.
Apalagi yang kau inginkan ? Renungkanla dalam kesunyian sabtu pengharapan ini!!