MINGGU 14 MEI 2023, KHOTBAH YEREMIA 14:1-22 (ROGATE)
Invocatio :
Ratapan 3:41
Bacaan :
Filemen 1:5-7
Tema :
Tuhan Allah tempat Pengharapan
I. PENGANTAR
Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab diberi nama Perjanjian (Lama dan Baru). Tentu nama ini sesuai dengan isinya. Tulisan dalam Alkitab memang berisi janji Allah. Janji itu ada yang sudah digenapi, ada yang akan digenapi. Janji berhubungan erat dengan pengharapan. Ada janji, ada harapan. Harapan menjadi penyemangat yang melahirkan ketekunan. Sehubungan dengan pengharapan, ada ungkapan yang terkenal dari PM India Pandit J Nehru, “banyak yang hilang dalam hidupku, tapi satu yang tidak pernah kuijinkan hilang, yakni pengharapan. Pengharapan adalah modal terbesar dalam hidup.
II. TAFSIRAN
Mari kita lebih mendalami tema kita berdasarkan firman Tuhan:
A. Bacaan Pilemon ayat 4-7
Rasul Paulus memprakarsai pemulihan hubungan antara Filemon dengan Onesimus yang sudah retak sebelumnya sebagai tuan dan budak. Paulus sebagai Rasul memposisikan diri sebagai penengah. Dari kata yang dipergunakan, kita melihat strategi jitu Rasul Paulus untuk mendinginkan situasi.
Ayat 4 & 6. Kalimat ini memperlihatkan betapa mereka yang bertikai itu sangat berharga dimata Rasul Paulus. Di doakan, dalam pemahaman iman Kristen pastilah tentang yang baik, tentang mengasihi, menghormati dan menghargai. Tentu semua orang senang diperlakukan demikian
Ayat 5 & 7. Pujian akan kebaikan Filemon tentu mensugesti Filemon berbuat demikian juga kepada Onesimus. Kalimat ayat 5 ini mengandung pesan yang bernada teguran terselubung agar Filemon jangan hanya baik kepada semua orang kudus tapi juga kepada Onesimus. Mengedepankan Iman dan Kasih diyakini menjadi jalan paling tuntas untuk memperbaiki hubungan.
B. Khotbah Yeremia 14:19-22
Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya (11), sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya, Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan persembahan mereka.
Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka (13). Berbeda dari para nabi palsu yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya (14-18).
Keadaan Israel yang menyedihkan, dijadikan Yeremia menjadi bahan dan alasan untuk doa syafaatnya bagi mereka (ay. 19). Yeremia menangisi kehancuran negerinya. Allah memerintahkannya untuk berbuat demikian, supaya, dengan menunjukkan dirinya tersentuh, semoga dapat menyentuh hati mereka begitu melihat bencana-bencana yang akan menimpa mereka. Yeremia harus mengatakannya bukan hanya kepada dirinya sendiri, melainkan juga kepada mereka: Biarlah air mataku bercucuran (ay. 17). Demikianlah ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia sudah melihat dengan pasti perang yang akan datang, dan suatu bencana kelaparan, yang bahkan lebih berat daripada apa yang sedang menimpa mereka pada saat itu. Bencana yang ini terjadi di pedesaan karena tidak ada hujan, sementara bencana nanti akan terjadi di perkotaan karena adanya pengepungan besar-besaran. Yeremia berbicara seolah-olah ia sudah melihat kesengsaraan-kesengsaraan yang menyertai serangan tentara Kasdim terhadap mereka: Anak dara, puteri bangsaku, yang aku kasihi seperti seorang ayah mengasihi puterinya, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan, yang jauh lebih besar dan lebih pedih daripada apa yang ditanggungnya selama ini. Sebab di padang tergeletak banyak orang yang mati terbunuh oleh pedang, dan di kota banyak orang terkapar dan sekarat karena kekurangan makanan (ayat 18). Sungguh pemandangan yang suram! “Baik nabi maupun imam, nabi-nabi palsu yang membuai mereka dengan kebohongan-kebohongan, dan imam-imam fasik yang menganiaya nabi-nabi yang benar, sekarang diusir dari negeri mereka, dan menjelajah sebagai tahanan dan tawanan, ke mana pun para penakluk mereka membawa mereka. Kedua mata sang nabi pasti bercucuran air mata siang dan malam melihat hal ini, supaya bangsa itu menjadi sadar, bukan hanya bahwa hari celaka ini pasti akan datang, dan pasti akan menjadi hari yang sungguh mengerikan, melainkan juga bahwa ia jauh dari menginginkannya, dan dengan senang hati ingin menyampaikan kepada mereka pesan-pesan damai seperti nabi-nabi palsu mereka, seandainya ia memang diberi perintah dari sorga untuk melakukannya. Perhatikanlah, karena Allah, meskipun menimpakan maut kepada para pendosa, tapi Allah tetap mengasihi mereka
Yeremia berdoa syafaat bagi mereka. Sebab siapa tahu Allah masih akan kembali dan menyesal. Selama ada hidup, masih ada harapan, dan ruang untuk berdoa. Dan, meskipun ada banyak di antara mereka yang tidak berdoa atau tidak menghargai doa-doa sang nabi, namun ada sebagian yang lebih terjamah hatinya, yang mau bergabung dengannya dalam ibadah-ibadahnya, dan memeteraikannya dengan mengucapkan Amin.
Sang nabi dengan rendah hati berbantah dengan Allah mengenai sengsaranya keadaan mereka pada saat itu (ay. 19). Keadaan itu sangat menyedihkan, sebab, mereka menyangka bahwa Allah sudah meneguhkan Yehuda sebagai milik-Nya, tetapi sekarang, sepertinya, Allah menolaknya sama sekali, dan mencampakkannya, tidak mau mengakui adanya hubungan apa pun dengannya dan tidak peduli terhadapnya. Mereka menyangka bahwa Sion adalah kekasih jiwa-Nya, tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Tetapi sekarang Ia bahkan muak terhadap Sion, muak bahkan terhadap ibadah-ibadah yang dipersembahkan di sana, oleh karena dosa-dosa.
Yeremia membuat pengakuan dosa dan berbicara dalam bahasa yang kolektif (kami) mewakili umat (ay. 20): “Kami mengetahui kefasikan kami, kefasikan yang berlimpah di negeri kami dan kesalahan nenek moyang kami, yang sudah kami tiru, dan karena itu untuknya kami pantas menderita. Kami tahu, kami mengakui, bahwa kami telah berdosa kepada-Mu, dan karena itu Engkau adil dalam segala hal yang ditimpakan ke atas kami. Akan tetapi, karena kami mengakui dosa-dosa kami, kami berharap akan mendapati Engkau setia dan adil dengan mengampuni dosa-dosa kami.”
Yeremia menyanggah murka Allah, dan dengan iman berseru mengingatkan kehormatan dan janji-Nya (ay. 21). Yang dimohonkannya adalah, “Janganlah Engkau menampik kami. Meskipun menghajar kami, janganlah Engkau menampik kami. Meskipun tangan-Mu berbalik melawan kami, janganlah hati-Mu demikian, jangan pula pikiran-Mu diasingkan dari kami.” Mereka mengakui bahwa pantaslah Allah menampik mereka, sebab mereka sudah membuat diri mereka sendiri najis di mata-Nya. Namun, ketika mereka berdoa, janganlah Engkau menampik kami, yang mereka maksud adalah, “Terimalah kami ke dalam perkenanan-Mu lagi. Janganlah Engkau merasa muak terhadap Sion (ay. 19). Janganlah dupa persembahan kami menjadi kekejian.”
C. Invocatio Ratapan 3:41
Murka Allah, mengakibatkan keruntuhan dan kesunyian. Namun ketengah situasi seperti itu, Allah, melalui nabi Yeremia tetap mengedepankan KasihNya sehingga ada berita penghiburan dan janji pemulihan. Hal itu akan terjadi melalui kesediaan “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” kepada Allah di Sorga. Perbuatan ini dapat dimaknai sebagai bentuk ibadah (mengabdi) dan komunikasi untuk menjalin relasi yang intim dengan-Nya. Penduduk Yerusalem memang tidak bertemu atau melihat Allah secara langsung, tetapi mereka dapat merasakan bahkan melihat-Nya dengan mata iman. Jalan satu-satunya untuk terjadinya pemulihan kehidupan, adalah melalui pemulihan hubungan dengan Tuhan.
III. APLIKASI
Pointer renungan :
- Berpengharapanlah dalam iman kepada Tuhan. Perbaikan hubungan dengan Tuhan, menghasilkan perbaikan hidup. Situasi bisa saja tidak berubah, tapi iman kita memberi cara pandang yang baru terhadap situasi.
- Hubungan yang tidak baik dengan sesama dapat diperbaiki dengan terlebih dahulu memperbaiki hubungan dengan Tuhan dalam iman dan kasih
- Harapan hari ini lebih baik dari kemaren, hari esok lebih baik dari hari ini, akan terwujud dalam harapan kepada Tuhan. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, memberi harapan keadaan akan menjadi lebih baik. Sebab Dialah pemilik hidup (Kisah Hendry Ford).
Pdt Pribadi S Meliala-Runggun Tambun