MINGGU 07 MEI 2023, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 16:24-31

Invocatio :

Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi Tuhan nyanyian pujian dan syukur:sebab ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya kepada Israel! dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji Tuhan, oleh karena dasar rumah tuhan telah diletakkan. (ezra 3:11)

Bacaan :

1 Kronika 16:8-11 (anthiponal)

Tema :

Bernyanyi memuji Allah

 

I. Pendahuluan

Minggu ini adalah minggu Paskah kelima yag disebut dalam kelender Gereja adalah minggu Kantate. Minggu Kantate sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya bernyanyilah. Minggu Kantate bertemakan nyanyian baru (domino canticum novum) yang artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan. Adapun minggu Kantate sendiri diambil dari Mazmur 98:1a dan 95. Menurut Rasid Rachman dalam bukunya Hari Raya Liturgi, minggu Kantate sendiri bertemakan tentah hal yang baru bahwa Yesus adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Jalan, kebenaran dan hidup sendiri sedang berbicara kepada kita akan pentingnya tentang bagaimana kita menempuh dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan. (Yoh. 14:1-14).

Pekerjaan-pekerjaan Allah yang tinggal di dalam orang percaya yang menjadi buah kesaksian tentang perbuatan dan karya kasihNya bagi kita. ( Rasid Rachman:Hari Raya Liturgi,2016,93). Sejalan dengan apa yang di katakan oleh Rasid Rachman di atas, maka selaku jemaat gereja kita di bawa untuk menjadi pelaku aktif dalam menghadapi tantangan dan sekaligus tetap beriman dalam pemeliharaanNya atas kita, yang menjadi nyanyian baru dalam hidup kita.

 2. Pendalaman Nats khotbah, bacaan dan invocatio

  • Kisah Para Rasul 16:24-31

Latarbelakang

Kitab Kisah para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, di alamatkan kepada seorang yang bernama Teofilus ( 1:1). Sekalipun nama pengaranya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas, tabib yang kekasih (Kol.4:14). Roh Kudus mendorong Lukas menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan dalam bukunya yang pertama ialah Injil tentang kehidupan Yesus dan buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya. Dan inilah yang menjadi tema besar dalak kitab Kisah Para Rasul yang tercatat di dalam Kis. 1:8).

 Tujuan

Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan. Pertama, Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit keduania kafir kendastipun tantangan dan penganiayaan. Kedua, Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan babtisan Roh Kudus sebagai persedian Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.

 Penggalian teks

Perbuatan Paulus mengusir roh tenung dari hamba perempuan itu berdampak pada kemarahan pemilik hamba perempuan itu yang kehilangan penghasilan mereka. Paulus dan Silaspun ditangkap dan diseret ke hadapan penguasa setempat (19). Dengan tuduhan bahwa keduanya telah mengacaukan kehidupan penduduk kota Filipi. Hal ini disebabkan banyak orang percaya akan ucapan-ucapan hamba perempuan yang dari setan itu dianggap berasal dari dewa oleh karena itu pelayanannya sebagai tukang tenung sangat dicari. Melalui Paulus Kristus menunjukkan kuasaNya atas roh jahat itu. (16). Apa yang telah dilakukan Paulus dan Silas atas hamba perempuan yang mempunyai roh tenung itu mengakibatkan mereka di lempar kepenjara setelah menerima siksaan terlebih dahulu (20-24). Menurut kebiasaan hukum penderaan Yahudi, hukuman yang mereka terima empatpuluh kurang satu pukulan (2Kor.11:24). Sementara hukum Romawi tergantung kepada hakimnya yang sering kali berakhir dengan siksaan yang kejam.

Penderitan dan penganiayaan tidak membuat Paulus dan Silas sedih dan putus asa. Di dalam penjara, justru mereka bernyanyi dan berdoa kepada Tuhan (25). Bernyanyi menolong mereka fokus pada realitas Allah yang kekal dan mulia, meskipun untuk sementara mereka diselimuti awan gelap penderitaan. Melalui doa dan nyanyian, Paulus dan Silas menyatakan kesaksian iman mereka bahwa Tuhan yang maha kuasa berdaulat atas segala sesuatu. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya peristiwa gempa bumi yang membuka semua belenggu para tahanan dan pinti penjara (26). Mereka tidak melarikan diri (28), tetapi bersaksi kepada kepala penjara sehingga ia dan seisi rumahnya menjadi percaya (30-34).

  • 1 Tawarikh 16:8-11

Latarbelakang

Sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 tawarikh bersifat pra pembuangan; akan tetapi asal-usul dan sudut pandang kitab-kitab ini bersifat pascapembuangan. Ditulis pada parohan kedua abad ke-5 sM, suatu waktu sesudah Ezra dan sejumlah besar orang Yahudi buangan dari Babel dan Persia kembali ke Palestina (475 sM). Penyerbuan dan pembinasaan Yerusalem oleh raja nebudkadnezar (605-586 sM) bersama dengan pembuangan dari Babel selama 70 tahun telah menghancurkan sebagian besar pengharapan dan cita-cita orang Yahudi sebagai umat perjanjian; oleh karena itu, para buangan yang kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu dan Bait Suci memerlukan landasan rohani, yaitu: sebuah jati diri dengan sejarah penebusan yang lampau dan suatu pemahaman tentang sifat iman mereka kini dan harapan mereka akan masa depan sebagai umat perjanjian.

Kedua kitab Tawarikh dan Nehemia, semua di tulis untuk orang Yahudi yang kembali ke Palestina dari pembuangan. Kitab-kitab ini sangat mirip satu dengan yang lainnya dalam gaya, bahasa, sudut pandang dan maksud. Para sarjana pada umumnya beranggapan bahwa semua kitab ini adalah hasil karya satu orang penulis yang menurut Talmud dan ahli kitab Yahudi dan Kristen kuno adalah Ezra. (bnd. 2 Taw.36:22-23, Ezra 1:1-3).

 Tujuan

Tawarikh ditulis untuk menghubungkan orang-orang Yahudi buangan yang kembali dengan nenek moyang dan sejarah penebusan mereka. Dengan demikian Tawarikh menggaris bawahi tiga pokok: 1. Pentingnya pelestarian warisan kebangsaan dan rohani bagi orang Yahudi, 2. Pentingnya hukum taurat, bait suci dan keimaman dalam hubungan mereka yang terus menerus dengan Allah, jauh lebih penting dari kesetian kepada raja duniawi. 3. Pengharapan akan janji Allah akan seseorang Mesias dari keturunan Daud untuk duduk di atas tahta selama-lamanya (1 Taw. 17:14).

 Penggalian teks

Mazmur ini adalah gabungan dari mazmur 105:1-15;96:1-13;106:1,47-48. Cara Daud merayakan kemurahan Allah dan tindakan-tindakannya yang ajaib bagi Israel terdiri tas pujian dan ucapan syukur. Di bawah perjanjian baru semua orang percaya adalah imam Allah, dan sebagai imam seharusnya mereka mempersembahkan pelayanan rohani dalam bentuk pujian dan ucapan syukur kepada Allah. Tabut perjanjian adalah lambang kehadiran Allah atas umatNya, dan inilah tanda maka allah mengikat diriNya dengan perjanjian kekal kepada umatNya. Dan Tuhan menjanjikan pemeliharanNya atas umatNya.

  • Ezra 3:11

Latarbelakang

Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 tawarikh. Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuatNya melalui Yeremia (29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ketanah air mereka (1:1).

Setelah dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 sM), di mulailah pengembalian orang Yahudi ketanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka., Zerubabel ( yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci), Yesua (seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel),Hagai dan Zakharia ( dua nabi Allah yang menasehatkan umat untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci) dan Ezra ( yang memimpin rombongan yang kedua ke Yerusalem yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.

 Tujuan

Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetian Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel.

 Penggalian teks

Umat itu menyanyikan pujian mereka kepada Tuhan ketika mereka menyaksikan landasan Bait Suci telah diletakkan karena itu merupakan jawaban Allah kepada doa mereka serta kemurahnNya kepada mereka. Pujian Alkitabiah meninggikan Allah dan karyaNya serta menjadi unsur ibadah yang harus diikuti oleh seluruh umat.

 Hubungan invocatio, bacaan dan khotbah:

Nyanyian baru adalah buah iman percaya kita akan kuasa dan pemeliharaan Allah atas umatNya. Dengan nyayian, kita melihat bagaimana nama Allah di tinggikan dan di agungkan dan dalam nyanyian ada kuasa Allah yang dinyatakan atas hidup umatNya. ( kita bisa membandingkan dengan 3 nyanyian dalam Alkitab, Nyanyian Mariam, nyayian Malaikat, nyayian Maria).

III. Aplikasi

Di dalam aplikasi sermon khotbah ini, saya membagi di dalam bentuk pointer:

Tema minggu, bernyanyi memuji Allah adalah satu respon iman kita akan kuasa dan pemeliharaanNya atas kita ditengah tantangan dan pergumulan hidup yang kita hadapi di dunia ini. Bernyanyi juga mampu menggerakkan hati kita dan memberi kekuatan baru bagi kita dalam perjalanan iman kita. untuk itu ada beberapa perenungan dalam Minggu Kantate ini:

  • Nyanyian adalah respon iman percaya kita kepada Kristus di dalam menghadapi tantangan hidup. Artinya, kita tahu ditengah kelemahan kita nyayian adalah doa, dan bila kita bernyanyi kepada Allah maka Tuhanlah yang bekerja atas pergumulan hidup kita, sebab di dalam nyanyian ada kuasa.
  • Nyayian adalah kesaksian iman orang Kristen, sebab di dalam nyanyian ada pemeliharaan Allah atas kita. tidak ada yang lebih di sukai Tuhan daripada pujian dan ucapan syukur yang sungguh keluar dari hati yang tulus.
  • Dalam minggu ini kita diingatkan bahwa nyanyian adalah sarana persekutuan kita atas sesama kita, lingkungan dan Allah sang pencipta, itu sebabnya kita diajarkan bagaimana seharusnya bernyanyi dengan benar, sebab nyanyian yang kita nyanyikan adalah persembahan bagi Tuhan.
  • Ilustrasi:

Pada tahun 1748 sebuah kapal dagang mengalami bencana dahsyat dalam pelayarannya ke Inggris. Ketika itu badai mengamuk kencang mengguncang seluruh awak kapal serta barang-barang bawaan mereka, semua orang yang berada di atas kapal tersebut panik dan banyak diantaranya pasrah menerima kematian sebab bencana topan diatas air laut itu tampaknya tidak memberi harapan pada kapal mereka untuk selamat dan segera akan menenggelamkan mereka ke dasar laut. Ditengah keadaan yang sulit, John Newton seorang pemuda asal Inggris yang juga berada diatas kapal tersebut menjadi sangat ketakutan. Ia menganggap dirinya seperti Yunus yang sedang berlayar membawa 'dosa' . Tak heran karena perdagangan budak kulit hitam dari Afrika adalah menjadi lahan bisnisnya selama ini. Ia kerap kali berlayar ke Afrika mencari pemuda-pemuda cakap dan menjual mereka ke Inggris untuk dijadikan budak. Di tengah malam dalam kapal yang berguncang keras tersebut akhirnya ia keluar lalu berdoa memohon kepada Allah agar menyelamatkannya.

Seperti mujizat, tak lama kemudian laut menjadi tenang seketika itu juga, dan kapal yang berada dalam bahaya itupun akhirnya selamat dari tengah badai topan yang mengamuk serta kembali berlayar dengan tenang. Peristiwa ini lalu menjadi awal titik balik pertobatan John Newton dari dunia perdagangan budak, perjudian dan dari seorang pemabuk berat. 6 tahun kemudian John Newton benar-benar memilih jalannya untuk menyerahkan diri menjadi pelayan Tuhan dengan meninggalkan dunianya yang lama dan belajar ilmu teologi Kristen untuk menjadi seorang Pendeta.

Perjumpaannya dengan kuasa Tuhan dalam badai kapal tersebut akhirnya melahirkan sebuah lagu sederhana namun sangat terkenal dari masa ke masa. Lagu indah sebagai luapan syukur hatinya atas anugerah Allah. Lagu indah yang telah menjadi penghiburan bagi banyak orang disaat sukar dan gentar.

Lagu “Amazing Grace” adalah salah satu lagu pujian yang diciptakan oleh John Newton pada tahun 1779, atas dasar kesaksiannya sebagai seorang yang pernah mengalami ajaibnya anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya diatas kapal yang hampir tenggelam.

 

Pdt. Walder Mazmur Ginting

Runggun Karawang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD