MINGGU 23 APRIL 2023, KHOTBAH KELUARAN 34:5-7
Invocatio :
Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. (Yoh. 1:16)
Ogen:
Efesus 3:5-8
Tema :
Dibata Dem Alu Lias ras Perkuah Ate/ Allah Penuh dengan Kasih setia dan Belas kasih
PENDAHULUAN
Berbicara tentang Minggu Miseri Cordias Domini biasanya merujuk pada teks Perjanjian Lama yaitu Kitab Masmur 33:5b. Jika ditelaah di dalam ayat 5 ada penekanan majas metonimik/metonimia ialah pada kata ahab yang menegaskan bahwa Allah senang/mencintai keadilan, hukum dan bumi penuh dengan kasih setiaNya. Artinya ketika kita berbicara tentang Allah maka keadilan dan kasih setia adalah bagian atau kata pengganti yang dipakai untuk menjelaskan Allah itu sendiri. Sama seperti penegasan dalam 1 Yoh. 4:7-8, bahwa ketika kita mengasihi berarti kita lahir dari Allah dan oleh sebab itu, seperti bunyi tema kita pada minggu ini yaitu berbicara tentang Kasih Setia dan Belas Kasih berarti sumbernya datang dari Allah. Mengapa sering sekali kita hanya mengatakan bahwa Allah “penuh” dengan kasih tidak lain oleh karena keterbatasan manusia yang semula sempurna tetapi oleh karena ketidaktaatan terhadap otoritas Allah, Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa mengakitbatkan keterbatasan manusia untuk mengenal dan berjumpa dengan Allah menjadi tidak mudah. Oleh sebab itu Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan ciptaan Allah yang masih merindukanNya didalam keterbatasannya sebagai manusia dan juga kehadiran Yesus sebagai tanda serta bukti bahwa Allah adalah kasih. Mari kita mencoba kembali mengingat dan merenungkan apakah kita sudah hidup di dalam otoritas Allah dan sejauh mana kita sudah mengenal Dia sebagai juruselamat kita?
ISI
Berangkat dari invocatio kita pada hari ini yang diambil dari Injil Yohanes 1: 16 menjelaskan bahwa kita yang sudah dilahirkan dari Allah atau menjadi anak-anak Allah melalui Firman(ayat 12-13) diberikan sebuah anugerah yaitu kasih karunia demi kasih karunia. Maksudnya ialah Allah memberikan rahmatNya kepada manusia dan memperkenankan manusia menerima rahmatNya tanpa pamrih supaya mereka mendapatkan hidup dan di didalam hidup itu adalah terang manusia(ayat 4-5). Salah satu dari beberapa eksegesis mengenai ayat ini menyarankan untuk merujuk pada teks PL yaitu kitab Keluaran 33:13; “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” Penekanan penting kata charis yang juga ada dalam teks Ibrani dari ayat tersebut yaitu kata Chen yang berarti kasih Karunia menjelaskan ketika Musa menyadari bahwa ia telah mendapatkan kasih karunia, berarti hal tersebut merupakan bentuk perkenanan Allah agar ia dapat menerima tuntunan arah(direction) jalan yang ditunjukkan Allah, dapat mengenal Allah, serta dapat diperkenankan terus-menerus hidup didalam kasih karuniaNya. Maka dari itu, melalui kepenuhanNya kita sebagai anak-anak Allah telah menerima kasih karunia yang mendatangkan kehidupan baru sehingga dapat terwujud dalam hidup yang penuh damai/sukacita, hidup yang penuh berkat karena bersyukur, serta hidup dalam hukum/keadilan dan kebenaran Allah melalui Yesus Kristus(ayat 17). Allah tidak pernah merancangkan kehancuran bagi anak-anakNya tetapi Allah mau agar kita semua mau menjadi anak-anakNya dan menerima kasih karunia, sebab didalam kepenuhanNya memberi tanda bahwa segala sesuatu bersumber dari Allah.
Selanjutnya melalui bahan ogen/bacaan kita surat Paulus kepada Efesus 3:5-8, berbicara tentang sebuah misteri/rahasia dan kekuatan khusus bagi pelayan dan pengikut Kristus. Pada ayat 3 Paulus dengan sangat jelas mengatakan bahwa ia telah menerima pewahyuan mengenai rahasia Kristus dan pengungkapan ini pasti merujuk pada peristiwa perjalanannya ke Damaskus (Kis. 9:1-7), hanya Paulus yang melihat Kristus tetapi beberapa orang yang bersama dengan dia hanya kebingungan dan tidak melihat apapun. Melalui Paulus dan para Rasul dalam Roh, rahasia dan misteri itu diteruskan dan diungkapkan kepada jemaat Tuhan bahkan kepada kita sampai saat ini anak-anak Tuhan sebagai buah dari pekerjaan Roh Kudus. Jadi siapa yang telah menerima berita Injil mestinya sudah menerima misteri/rahasia Kristus yang merupakan sebagai pondasi Gereja hingga saat ini. Kristus adalah kunci atas keterbatasan manusia yang sudah dijauhkan oleh dosa. Melalui Kristus yang Jauh menjadi dekat, yang berpisah menjadi dipersatukan dan yang bersteru diperdamaikan melalui kematianNya kita menerima kasih karunia menjadi manusia baru(Ef. 2:13-15).
Perlu diingat bahwa surat Paulus ini diwartakan kepada pembaca yang bukan Yahudi, sehingga berita ini lebih hidup oleh karena kesaksian iman Paulus yang dahulu seorang penganiaya tetapi kini menjadi Rasul Kristus. Ternyata masa lalu yang sering sekali kita lihat sebagai dimensi negatif dalam diri kita melalui kasih karunia, Kristus mengubahnya menjadi kesaksian Iman yang hidup dan kekuatan bagi kita oleh karena kasih setia dan belas kasih Allah tetap dinyatakan melalui Yesus Kristus kepada kita tanpa memandang latar belakang kehidupan kita yang mestinya dipenuhi oleh tuntutan hukum taurat oleh karena dosa tidak ada satupun yang mampu menjalani tuntutan tersebut. Dalam ayat 6-7 menjelaskan bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, tapi orang-orang yang bukan Yahudi sekalipun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota tubuh dan peserta yang menerima janji yang diberikan dalam Yesus Kristus. Semua memiliki kedudukan yang sama, dalam pelayanan gereja semua jemaat pengikut Kristus memiliki hak dan kewajiban yang sama yaitu menerima kasih karunia sebagai pelayan Kristus untuk mewartakan dan melanjutkan tugas panggilan kita memberitakan Injil kepada seluruh mahkluk mengenai Allah yang penuh dengan kasih setia dan belas kasih. Pada ayat 8 Paulus menegaskan misteri dan kekayaan Kristus membuahkan sebuah kerendahan hati sebagai pelayan Tuhan karena tidak ada alasan untuk memegahkan diri bagi orang yang memberitakan injil(1 Kor. 9:16), sebab kita menyadari bahwa keberadaan hidup kita hingga saat ini adalah kesempatan yang datang dari belas kasih Tuhan. Bukan sekedar tentang kerendahan hati tetapi juga berbicara tentang besarnya rahmat Tuhan yang diberikan kepada kita. Jadi mari kita tidak menyia-nyiakan kasih setia dan belas kasih Tuhan dengan mengambil peran dalam pelayanan serta meneruskan belas kasih dan kasih karunia Tuhan yang kita terima kepada orang-orang disekitar kita.
Teks Khotbah kita minggu ini dilandaskan pada kitab Keluaran 34:5-7 dimana Allah memperbaharui perjanjian dengan umatNya melalui dua loh batu yang semula dihancurkan oleh karena anak lembu emas, dan kini diperbaharui dengan dua loh batu yang baru. Bangsa Israel telah membuat dosa besar dan harus dihukum, mereka harus menerima konsekuensi dari dosa yang telah dilakukannya(Kel. 33:35). Namun dalam perikop teks pasal 34, Allah kembali menunjukkan sikapNya yang masih mengasihi bangsaNya seperti orangtua setelah menghukum anaknya mereka tetap ingin menunjukkan bahwa sikap itu menandakan bahwa orangtua tersebut sangat mengasihi anaknya. Sama halnya dengan manusia yang telah kehilangan arah oleh karena dosa, maka Allah memberikan Yesus Kristus sebagai Firman yang memperbaharui kehidupan kita dari dua loh batu menjadi sebuah pengorbananNya sebagai bentuk pembaharuan dan perdamaian manusia dengan Allah. Proses pembaharuan dua loh batu ini dijelaskan dalam teks khotbah kita bahwa Allah menampakkan diriNya kepada Musa atau istilah yang sering kita sebut dalam ilmu teologi yaitu teofani. Ada peristiwa teofani dalam pembaharuan dua loh batu yang baru bagi bangsa Israel melalui Musa.
Ketika TUHAN menampakkan diriNya bukan secara tiba-tiba atau tanpa sebab, tetapi karena Musa telah melakukan setiap dari apa yang TUHAN printahkan(ayat 3). Terkadang kehidupan kita sulit menyaksikan kuasa TUHAN atau berjumpa denganNya oleh karena ketidaktaatan kita pada firmanNya. Perjumpaan dengan TUHAN tidak dapat direkayasa, karena TUHANlah yang memberi anugrah kepada siapa Dia hendak memperkenankan diriNya untuk dikenal dan dialami. Dalam perjumpaan Musa dengan TUHAN di ayat 5, TUHAN hadir melalui awan dan berdiri di dekat Musa, serta menyerukan nama TUHAN. Dalam kehidupan sehari-hari juga perlu kita perhatikan bahwa TUHAN dapat menggunakan berbagai cara untuk hadir dan berjumpa dengan kita baik dalam situasi apapun. Ketaatan iman dan menyerukan namaNya melalui doa juga bisa sebagai bentuk penyembahan yang dapat menghadirkan kuasa TUHAN dalam kehidupan kita, tanpa hal itu mungkin kita akan merasakan hanya berdiri sendiri dalam kehidupan yang kita jalani.
Selanjutnya pada ayat 6-7 diawali dengan adanya seruan “TUHAN, TUHAN..” dalam teks ibrani yhwh/Adonai yang bisa berarti “Yahweh, Dia adalah Yahweh” sebuah penegasan nada yang sama dengan Keluaran 3:14 yaitu “AKU ADALAH AKU.” Penulis tradisi Y ataupun mungkin seruan dari Musa sendiri dalam ayat ini bertujuan mentakbirkan dan memproklamasikan kemahakuasaan Allah yang telah ia saksikan dan alami. Pengakuan ini membentuk iman mereka dan mengenal Allah bahwa Ia adalah penyayang dan pengasih dalam kata Ibrani rakhhum yang berkaitan erat dengan rekhem yang berarti rahim. Artinya ialah bahwa Allah mengasihi umatNya seperti gambaran seorang ibu menyayangi dan merawat anaknya. Serta kata khannun yang menunjukkan Allah adalah Pengasih dapat dirujuk pada Keluaran 22:26-27, “…Aku akan mendengerkannya, sebab aku ini pengasih.” Artinya Allah adalah penolong yang setia bagi orang-orang yang berseru kepadaNya. Selanjutnya kata yang menarik adalah Panjang sabar jika dilihat dalam teks asli awrake aph (long of anger). Jika merujuk pada kalimat asli dan perjalanan hidup bangsa Israel, maka Allah terlihat sebagai sosok yang selalu pemarah. Kita tidak dapat berhenti sampai disitu saja karena Allah yang memarahi umatNya sebagai bentuk peringatan dan usahaNya untuk mengembalikan umatNya ke jalan yang benar. Jika kita percaya dan hidup sebagai anak-anak Allah, maka Ia akan selalu memberi peringatan kepada anak-anakNya dan sabar untuk menunggu anak-anakNya kembali berpaling kepadaNya. Ia akan melakukan kemarahan yang panjang, sehingga memungkinkan orang-orang untuk bertobat sebelum hukuman dijatuhkan. Kata berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya dituliskan khesed dan emeth. Khesed berarti cinta yang tidak dapat berubah, dan emeth berarti dapat diandalkan, dipercaya dan benar. KasihNya akan terus memelihara kita dan kesetianNya dapat kita andalkan menjalani kehidupan yang penuh dengan pergmulan sekalipun.
Allah akan mempertahankan dan memelihara orang-orang yang hidup taat dan mau diperbaharui olehNya, bahkan Ia memberikan janjiNya tersebut bukan pada generasi yang sekarang saja tetapi terus kepada keturunannya jika ia setia dan taat kepada perintah TUHAN(Kel.20:5-6). Ia memang mengampuni kesalahan dan pelanggaran dosa tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Artinya kedua kalimat ini bukan mau menunjukkan TUHAN yang tidak konsisten akan kasihNya yang luas tapi juga ingin menegaskan bahwa TUHAN konsisten akan sikapnya yang memberikan hukuman dan keadilan(1 Yoh. 1:9). Oleh sebab itu, Tuhan tidak dapat dipermainkan oleh orang berdosa yang memanfaatkan TUHAN supaya selamat dari hukuman atau konsekuensi dosa yang telah sengaja ia lakukan. Bukan kalimat “TUHAN akan mengampuni dosaku” tetapi “Ya TUHAN Ampunilah dosaku.” Tentu saja ada perbedaan nada dari kedua kalimat tersebut. Kasih setia dan belas kasih Allah dapat diterima bagi orang-orang yang telah berjumpa dengan TUHAN dan sungguh-sungguh mau hidup diperbaharui oleh firmanNya.
Refleksi
Jika tema kita pada minggu ini adalah Allah penuh dengan Kasih Setia dan Belas Kasih, berarti seperti penulis sampaikan di awal, kasih setia dan belas kasih ini adalah sebuah tanda yang menjelaskan akan Allah itu sendiri. Melalui Yesus Kristus kita menyaksikan kesetiaan dan belas kasih Allah senantiasa menuntun umatNya sehingga berita Injil semakin meluas dimana-mana hingga pada masa kita saat ini. Maka dari itu berbicara tentang bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, bisa melibatkan kuasa Roh Kudus dan peran kita sebagai umatNya yang meneruskan kasih karuniaNya. Bagaimana kasih itu hidup di dalam kita? Tentu dengan mentaati segala printah Tuhan serta berjumpa dengan Tuhan melalui setiap peristiwa yang kita Imani dan percaya bahwa Tuhan bekerja dan berkarya disana. Tuhan memberikan keteladanan agar kita mampu mengasihi, mengampuni, mendamaikan, mempersatukan dan bertanggung jawab atas setiap kehidupan yang telah kita lalui. Dengan begitu kita adalah tanda kehadiran Kristus bagi sesama dan bahkan bagi dunia yang menghadirkan kasih setia dan belas kasih Tuhan.
Hidup didalam kasih setia dan belas kasih Tuhan berarti setiap jalan hidup kita diarahkan oleh kasih karunia Tuhan, dan ketika kita menerima kasih karuniaNya kita telah memiliki tanggungjawab untuk melayani serta meneruskan berita injil ke seluruh dunia dengan tetap meminta hikmat Roh Tuhan. Tetap rendah hati dan minta pertolongan Tuhan agar hidup kita terus diperbaharui menjadi pribadi yang tanggap, responsif terhadap firmanNya dan kebaikanNya.
Det. Samuel Barcley. A Barus, S.Si Teol, CCM
Perpulungen Malang