MINGGU,17 FEBRUARI 2023, KHOTBAH JESAYA 50:4-6
Minggu Passion I/ Estomihi: Jadilah Man Bangku Lingling Kecion
Invocatio :
“Namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel” (Kej. 49:24)
Bacaan :
Matius 16 : 21 - 24 (Responsoria)
Khotbah :
Jesaya 50 : 4 – 6 (Tunggal)
Tema :
“Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”
Pendahuluan
Jemaat yang dikasihi Tuhan, berbicara tentang penderitaan adalah sesuatu yang tidak populer, tidak menarik dan enak. Namun demikian, penderitaan dan kesengsaraan tidak pernah benar-benar hilang dari kehidupan manusia. Dimana saja, kapan saja dan siapa saja masih ditemukan, mengalami dan pernah merasakan yang namanya penderitaan. “Tidak ada kehidupan tanpa persoalan, dan tidak ada kedewasaan tanpa rintangan dan penderitaan.” Firman Tuhan dalam Alkitab begitu banyak berbicara penderitaan. Bahkan jalan keselamatan yang tempuh Tuhan kita Jesus Kristus adalah Via Dolorosa atau jalan penderitaan/ kesengsaraan. Karena itu, sekalipun topik penderitaan bukanlah isu yang seksi tetapi ternyata tema inti dalam iman Kristiani. Mari kita melihat dan semakin mendalami dan memahaminya melalui renungan Minggu Passion I ini.
ISI
Tuhan Allah telah memberi lidah dan telinga kepada hamba TUHAN (ayat 4, 5a)
Nats khotbah kita ini disebut dengan nyanyian hamba TUHAN. Firman Tuhan dalam deutero Yesaya ini menunjukkan perbedaan mencolok (kontras) antara bangsa Yehuda dan sang hamba TUHAN. Bangsa Israel tidak mau taat kepada Allah, sementara sang hamba TUHAN sangat taat kepadaNya. Sang hamba TUHAN tahu bahwa TUHAN telah memberikan lidah seorang murid kepadanya. Dengan lidah itu ia diminta Tuhan untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (ayat 4a). Si hamba TUHAN menyadari bahwa setiap pagi Ia mempertajam pendengarannya (telinga) untuk mendengar seperti seorang murid. Hamba TUHAN mengaku bahwa Dia telah membuka telinganya (ayat 4b, 5a).
Mari menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah pemberitan Allah bagi kita. Termasuk organ-organ tubuh kita seperti lidah dan telinga. Ingatlah bahwa setiap pemberianNya (organ tubuh dan kemampun/ talenta kita), Tuhan mau kita pakai sesuai maksud dan tujuanNya. Karena itu gunakanlah setiap pemberianNya sesuai dengan maksud dan tujuanNya. Lidah untuk berkata baik dan benar. Secara khusus memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu, bimbang dan hilang pengharapan. Apakah lidah kita lebih banyak berkata benar, baik, mencerahkan, menyejukkan, menentramkan, menyemangati dan memberi harapan? Atau lidah kita justru lebih sering bohong, hoax, kasar, menyakiti, mengecilkan hati, merendahkan dan mematahkan semangat? Allah memberi kita telinga yang tajam untuk mendengar kehendakNya dan isi hatiNya. Pendengaran yang tajam akan suara Tuhan memampukan kita menyampaikan dan berbagi firman dengan baik untuk tumbuh bersama. Hati-hati dengan telinga/ pendengaran kita. Biarlah pendengaran kita tajam mendengar suara Tuhan, bukan sebaliknya kepada suara kedagingan kita, nafsu atau syahwat kita sendiri. Jangan kiranya pendengaran kita cepat dan tajam kepada suara iblis, sebaliknya lamban dan tumpul kepada suara Tuhan.
Hamba TUHAN taat dan memberi diri (ayat 5b - 6)
Berbeda dengan bangsa Israel yang suka melawan dan memberontak, sebaliknya si hamba TUHAN hidup taat walau menderita dan dihina. Dia tidak memberontak dan tidak berpaling ke belakang. Hal ini ia tunjukkan dengan memberi punggungnya kepada yang memukulnya ( mengalami penderitaan). Ia memberi pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya (lambang penghinaan). Ia tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi. Si hamba TUHAN tetap taat dan berserah kepada Allah sekalipun mengalami penderitaan dan penghinaan. Apa yang dinubuatkan dalam nyanyian hamba TUHAN ini nyata sekali dalam diri Kristus Yesus. Yesus dengan terus terang mengatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Dia memberi diriNya menderita dan dihina, disiksa dengan kejam dan bengis bahkan sampai mati di kayu salib. Yesus taat melakukan kehendak Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia. Ia yang kudus rela memberi diri secara total untuk mengalami semua penderitaan untuk menebus dosa manusia. Yesus memberitahu syarat-syarat menjadi pengikut dan muridNya yaitu: harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (Matius 16:21-24). Yesus memakai kata ‘harus’ dalam menyangkal diri dan memikul salib dama mengikut Dia. Harus artinya mutlak, tidak bisa tidak, tidak ada jalan lain.
Sudahkah kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan Yesus? Taat dan setia di saat semua baik, lancar dan seperti yang kita harapkan semua kita bisa. Tetapi apakah kita tetap taat dan berserah kepada Kristus ketika keadaan susah, payah, tidak sesuai bayangan dan harapan kita? Apakah kita mampu tetap taat dan setia kala menghadapi dan mengalami penderitaan dan penghinaan? Jangan-jangan sebelum orang lain menjahati dan menghina kita, kita sudah lebih dulu menyakiti dan menghina orang lain. Kita mencari pembenaran dengan mengatakan, ‘Daripada disakiti dan dihina, lebih baik menyakiti dan mengina.’ Untuk menjadi murid Tuhan Yesus yang benar kita harus menyangkal diri, harus memikul salib dan mengikutNya. Mengikut Yesus berarti mengikuti apa yang telah Dia lakukan yang merupakan contoh dan teladan bangi kita. Mengikut Yesus berarti memikul salib. Ingat, tidak ada salib yang bergagang. Sesungguhnya salib bukanlah aksesoris belaka. Salib adalah lambang penderitaan dan penghinaan. Ketika kita melihat atau memakai salib, kita diingatkan untuk sedia menyangkal diri, rela menderita bahkan dihina karena iman dan kesetiaan mengikut Tuhan Yesus.
Tema: “Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”
Melalui Minggu Passion I ini kita diajar untuk melihat penderitaan dengan mata baru atau perspektif baru. Penderitaan tidak selamanya negatif, buruk dan merugikan. Penderitaan punya sisi positif, terang dan baik. Tema kita mengatakan bahwa Tuhan memberikan pengertian dalam penderitaan. Jikalau kita mau taat dan berserah kepada Tuhan Yesus, setia mengikut Dia, kita diajari dan diberi pengertian baru melalui penderitaan. Yesus Kristus telah lebih dahulu menunjukkannya. Kristus taat sampai puncak penderitaan yaitu mati di kayu salib, maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Demikian kita orang percaya para pengikutNya. Orang Karo bilang, “Kiniseran kite-kita ku si jore.” Ungkapan ini sejalan dengan kata mutiara, “No pain no gain; no gain without pain.” Kalau mau jore (sukses, berhasil) kita harus sedia menderita. Tanpa kesusahan dan penderitaan tidak akan kemuliaan dan kesuksesan. Ada banyak sekali pengertian yang Tuhan berikan dalam penderitaan. Melalui penderitaan, Tuhan mengajar kita bahwa kita adalah manusia, bukan Tuhan. Kita terbatas dan tidak sempurna karena itu kita perlu Tuhan. Melalui penderitaan kita dimatangkan dan didewasakan Tuhan. Otot-otot rohani kita dikuatkan dan dikokohkan seperti Yusuf yang mengalami banyak penderitaan (Kej. 49:24). Melalui penderitaan, kita bisa naik kelas/ level, berprestasi dan meraih kesuksesan. Orang yang pernah menderitalah yang akan mengalami kemenangan dan kejayaan. Leo Messi gagal juara dan menderita 5 kali final, dimana dia pernah menyatakan pensiun sebelum mengubah keputusannya. Kesempatan ke 6 kali baru juara. Penderitaan mengajari kita menyadari dan menghargai arti kehidupan. Melalui penderitaan, Tuhan memberi kita ‘Blessing in Disguise’ (berkat tersembunyi).
Penutup
Kita tidak mencari dan meminta agar hidup menderita. Tetapi penderitaan pasti datang dan terjadi. Jangan sangkal, jangan abaikan, jangan lari dan mengindar, tetapi hadapi dan tanganilah dengan iman. Tuhan tidak membiarkan dan meninggalkan kita. Tuhan menjadi Estomihi (gunung batu tempat perlindungan kita). Selain tempat perlindungan, Tuhan juga memberi pengertian baru bagi kita melalui penderitaan. Dengan pengertian yang diberikan, kita dimampukan untuk tetap taat, setia dan berserah diri kepadaNya. Bukan keadaan tenang dan senang yang memberi pelajaran dan pengertian hidup bagi kita. Tetapi acap kali keadaan susah, banyak masalah, penderitaanlah yang memberi pelajaran hidup yang bagi kita. Tetaplah tegar dan mekar dimasa sukar. Nantikan dan dapatkanlah pelajaran dan pengertian melalui penderitaan kita. Selamat menderita karena iman kepada Kristus Yesus. amin.
Pdt. Juris Tarigan, MTh-GBKP RG Bogor