Selasa 31 Desember 2019, Khotbah Roma 8:31-39 (TUTUP TAHUN)

Invocatio :

“Sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30:18b)

Bacaan :

Yesaya 30:15-18

Tema :

“Kasih Allah Senantiasa Beserta Kita”

 

I. PENDAHULUAN
Tanpa terasa dalam hitungan menit kita akan meninggalkan tahun 2019 dan memasuki tahun yang baru 2020. Ibarat melakukan suatu perjalanan maka saat ini kita telah tiba pada akhir dari suatu perjalanan panjang selama satu tahun di tahun 2019 ini (12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit, 31.536.000 detik). Kita meyakini bahwa semua yang telah dijalani itu bukan karena kemampuan dan kuat gagah serta kehebatan kita sendiri, tapi kita mengimani dan mengakui bahwa kita ada sampai saat ini, di sini dan di tempat ini hanya oleh kasih setia Tuhan (Ibr. Checed, kheh’-sed). Dia-lah yang telah menopang dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini.
Penggalan syair lagu, “tiap langkahku di atur oleh Tuhan dan tangan kasih-Nya membimbingku” adalah pengakuan yang sungguh atas semua penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

II. PENDALAMAN NATS
Jemaat Roma yang dihadapi Paulus dalam pekabaran Injilnya didominasi oleh orang-orang Yahudi. Kehidupan keagamaan yang terjadi pada saat itu sangat dipengaruhi Yahudisme hal ini terlihat jelas dalam kehidupan jemaat Roma yang memakai budaya ataupun tradisi Yahudi dan terkesan dipaksakan bagi umat yang non-Yahudi, misalnya tentang sunat dan Hukum Taurat. Inilah yang menjadi tantangan bagi Paulus dalam pekabaran Injilnya, sehingga ia memutuskan untuk mengirimkan surat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Roma.

Kita dapat melihat banyak perikop sebelumnya membahas tentang tradisi ataupun doktrin Yahudi yang membuat jemaat dari bangsa lain semakin tertekan. Surat Paulus ini memberi penekanan bahwa bukan atas dasar doktrin maka manusia memperoleh keselamatan itu, Roma 3:20 “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”. Pengajaran tentang keselamatan yang sesungguhnya lah yang mau disampaikan Paulus kepada jemaat Roma.

Semua berkat rohani yang luar biasa ini dirangkum Paulus dalam sebuah kalimat pendek: “Jika Allah di pihak kita” (Yun: ei ho theos hyper hemon). Terjemahan yang lebih hurufiah adalah “jika Allah untuk kita”. Bukan hanya di pihak kita, melainkan untuk kita. Ini merupakan ungkapan yang begitu luar biasa. Jika ini yang terjadi, orang-orang Kristen bisa merasa aman, bukan berarti karena tidak ada perlawanan, namun karena tidak akan ada yang bisa menang di dalam perlawanan tersebut. Dapat diserang tapi tidak dapat dikalahkan.

Yang menjadi bukti bahwa Allah adalah untuk kita atau di pihak kita bisa kita lihat dalam ayat 32, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua”. Memberikan seorang anak demi kepentingan orang lain merupakan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Jika yang paling berharga “Anak-Nya” sekalipun sudah diserahkan untuk keselamatan kita, maka segala sesuatu yang lain juga akan dikaruniakan kepada kita bersama-sama dengan Dia. Kata “segala sesuatu” di ayat 32 b, merujuk kepada segala sesuatu yang mendukung dan diperlukan dalam keselamatan kita. Bukan lagi persoalan lahiriah atau materi tapi mengenai jaminan keselamatan kita. Sekali Allah menyelamatkan kita, Dia akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan sehingga keselamatan itu tidak akan gagal.

Paulus meyakinkan kita bahwa keselamatan di dalam Kristus tidak bersifat spekulatif. Tidak ada kata “moga-moga”, “jika Allah berkenan”, “mbera-mbera (karo)” dalam kaitan dengan keselamatan kita. Kepastian ini diperoleh bukan berdasarkan apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang Kristus lakukan bagi kita. Karya penebusanNya sempurna bagi kita. Ia mati, bangkit, naik ke Surga (duduk di sebelah kanan Allah) dan menjadi pembela. kematianNya menyelesaikan persoalan terbesar kita, yaitu dosa (Roma 5:5-8).

Tak ada yang dapat memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang ada sekarang maupun yang akan datang. Kita tahu, bahwa orang Yahudi membagi waktu ke dalam masa sekarang dan masa yang akan datang. Paulus berkata, “dalam dunia yang sekarang ini, tak ada yang dapat memisahkan kita dari Allah di dalam Kristus; akan tiba saatnya dunia ini akan dihancurkan dan masa yang baru akan datang. Hal ini tidak menjadi soal, bahkan bila dunia ini berlalu dan dunia baru datang, ikatan ini akan tetap sama.

Tak ada kuasa-kuasa akan memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang di atas dan yang di bawah. Ini adalah istilah astrologi. Dunia purba dihantui oleh kuasa bintang-bintang. Mereka percaya bahwa manusia dilahirkan di bawah bintang tertentu dan di sana nasibnya ditentukan oleh bintangnya. Tapi kasih Kristus tidak akan dapat dipisahkan dari kita oleh karena apapun juga.

Bagi Paulus, kasih kristus bukan menghindarkan kita dari segala macam kesusahan dan penderitaan. Kasih Kristus juga tidak selalu berbentuk kelepasan dari semua hal buruk tersebut. Jangankan sekedar bahaya atau kesengsaraan, kematian pun bisa menimpa kita (ay. 35). Satu hal yang menghibur kita adalah kepastian kemenangan di dalam Kristus. Karena tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.

III. APLIKASI
Dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam menjalani tahun yang sebentar lagi akan kita tinggalkan maupun tahun yang akan kita jalani dan masuki tahun 2020, tidak pernah kita dijanjikan akan hidup bebas dari masalah. Tapi kita percaya ada kasih Tuhan yang selalu beserta dengan kita, yang tidak pernah meninggalkan kita sehingga kita kuat dan mampu menjalaninya. Gelombang dan badai kehidupan pasti menerjang dan mau menghempaskan kita, tapi dengan kasih setia Tuhan kita akan tetap berdiri dan terus berjalan.

Ingatlah, masalah dan pergumulan itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus. Kita harus menyadari bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti dari hidup kita. Apapun permasalahan yang kita hadapi, kita tahu kasih setia Tuhan selalu ada menyertai kita. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Allah tidak mau memisahkan diriNya dengan kita. Dia Allah yang peduli, mengerti, menolong setiap kita. Kasih karunia adalah pemberian/belas kasihan Tuhan. Apapun keadaan kita sadarilah bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti selamanya. Untuk itu jangan lemah, putus asa dan menyerah pada keadaan karena dalam segala perkara kita tahu Tuhan selalu beserta dan membela kita bahkan memberi kemenangan; kemenangan atas setan, kemenangan atas penyakit, kemenangan atas penderitaan. Sebab Dia, Allah, yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Dengan kasih Allah kita akan menjadi lebih daripada pemenang.

Pdt. Irwanta Brahmana
GBKP Rg. Surabaya

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD