Khotbah Minggu 05 Maret 2017
KHOTBAH MINGGU 05 Maret 2017
PASSION II/ Invocavit (Berserulah Kepada Tuhan)
Invocatio : “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah Penyayang, Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu” (Ulangan 4:31).
Bacaan : Mazmur 32:1-11(Tunggal)
Khotbah : Roma 5:12-19 (Anthiponal)
Tema : Hidup Dalam Kasih Karunia Tuhan
I. Pengantar
Rumusan teologia Calvin tentang manusia yang sudah jatuh kedalam dosa adalah “Rusak total”, barang yang rusak total sudah selayaknya di buang. Walaupun manusia sudah rusak total oleh kejatuhannya kedalam dosa, tapi Tuhan tidak memusnahkannya, itulah yang disebut dengan kasih karunia. Paulus mengatakan bahwa manusia yang telah jatuh kedalam dosa adalah orang durhaka (ay 5:6), cerita anak durhaka yang terkenal adalah cerita Malinkundang yang dikutuk menjadi batu, iya memang itulah selayaknya dilakukan kepada orang-orang durhaka “dikutuk”. Tetapi Tuhan tidak mengutuk manusia bahkan mau menanggung “kutukan” dosa itu dengan mati di kayu salib, inilah kasih karunia yang terbesar. Mati untuk orang baik, orang benar dan bagi orang yang dicintai, mungkin ada, tapi kalau mati untuk orang durhaka, penjahat, pembrontak, berkorban bagi barang yang rusak, ini adalah sesuatu yang imposible. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Yesus, melalui kematianNya di Kayu Salib, inilah yang di sebut dengan “Kasih Karunia”. Kita sudah mengenal kasih karunia, dan sekarang bagaimana supaya kita tetap hidup didalamnya? Mari kita telusuri Firman Tuhan yang menjadi renungan kita di minggu Passion yang ke-2 ini.
II. Pendalaman Naskah Alkitab
1. Dosa (12)
Dosa adalah pelanggaran cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama yang dapat mengakibatkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah. Utamanya, dosa disebabkan karena manusia mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta terhadap Allah. Dosa adalah penyimpangan dari Firman Allah. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Sifat dosa sama seperti “racun kontak” atau seperti lingkaran obat anti nyamuk, mulai dari lingkaran luar (dalam) jika di bakar perlahan akan menjalar kedalam (keluar), tergantung dari mana dimulai. Demikian dikisahkan bagaimana dosa memasuki dunia dan mencemari semua manusia, dimulai dari kehidupan Adam (manusia pertama). Dosa itu semakin hari semakin berkembang melebihi deret hitung bahkan mengalahkan perkembang biakan ayam, satu ayam bertelur 12 dan menetas, penetasan berikutnya sudah 13 ekor dan akan bertelur lagi di kali 12 =156 di kali 12 menjadi 1572 dan seterusnya, cepat sekali pertambahan/ perkembangnnya, tetapi masih kalah dengan pertambahan/ perkembangan dosa, karena setiap orang bukan saja melahirkan satu dosa, sehingga dosa ada dimana-mana, di kiri- di kanan, di atas – dibawah, sehingga tidak ada lagi manusia yang benar seorang pun tidak (Roma. 3:11-18), dengan demikian semua manusia layak di hukum mati, di musnahkan, dan di kutuk (disalibkan).
2. Dosa Lebih Tua dari Hukum Taurat (13-14)
Semua manusia sudah berdosa, ini menjadi perdebatan di zaman Paulus, karena pemahaman umum (apalagi di dunia hukum), bagaimana orang tahu melanggar undang-undang (hukum) kalau hukumnya tidak ada? Bukankah dosa itu dikenal setelah ada Undang-undang (Hukum Taurat). Paulus mengatakan bahwa dari dulu dosa itu sudah ada tetapi tidak diperhitungkan. Kalau tidak diperhitungkan ya sama saja dengan tidak ada. Untuk memahami ayat 13 ini kita, harus perhadapkan dengan ayat 20 “dimana dosa bertambah banyak di situ anugerah bertambah banyak” artinya hukum taurat menolong kita untuk menghitung berapa banyak dosa pelanggaran kita dan berapa banyak anugerah yang kita terima, sehingga Paulus mengatakan bahwa kalau Taurat tidak ada dosa tidak dapat diperhitungkan. Hukum Taurat adalah hukum yang tertulis yang diberikan melalui Musa, sedangkan jauh sebelum itu perintah Tuhan (undang-undang Tuhan) sudah ada yang langsung di sampaikan (lisan) kepada orang yang dipilih Tuhan (bd. Peraturan/ Perintah yang diberikan kepada Adam agar jangan makan buah pohon pengetahuan). Sama dengan peradaban manusia sebelum ada undang-undang yang tertulis sudah ada hukum-hukum (norma-norma) yang berlaku, dan setiap pelanggarannya pasti mendatangkan sangsi.
Kelihatannya Paulus tidak mau berlama-lama berdebat tentang hal ini, tetapi Paulus lebih menekankan bahwa “ada atau tidak ada hukum Taurat” dosa itu sudah ada dan setiap perbuatan dosa pasti mendatangkan hukuman. Jadi hukuman atas dosa itu bukan saja setelah zaman Musa tetapi sejak zaman Adam (bd. Kej. 3:17-19). Manusia yang pertama sampai manusia yang terakhir nantinya membutuhkankan “pertolongan” (kasih Karunia Allah). Karena orang yang sudah jatuh ke dalam dosa dan sesama orang yang sudah jatuh kedalam dosa, tidak bisa menyelamatkan dirinya atau sesamanya). Hukuman dosa yang ditanggung dalam hal ini bukan saja pelanggaran hukum Tuhan yang tertulis atau tidak tertulis, tetapi jauh lebih dalam adalah tabiat dosa yang sudah mewarnai semua hati (bathin) manusia.
3. Kasih Karunia Tuhan (15-19)
Kasih karunia adalah kasih yang diberikan kepada orang yang sesungguhnya tidak layak menerimanya (anak durhaka yang diampuni, barang yang rusak total diperbaiki menjadi seperti baru). Paulus mengatakan bahwa : Dosa dan kematian dibawa oleh satu pribadi masuk ke dunia, demikian juga dengan ketaatan satu pribadi semua manusia dibenarkan. Paulus menekankan kemampuan tertinggi dari penebusan yang disediakan oleh Yesus Kristus untuk menghapus dampak dari kejatuhan kedalam dosa. Adam membawa dosa dan kematian tetapi Kristus membawa kasih karunia dan hidup.
III. Pointer aplikasi
1. Semua manusia telah jatuh kedalam dosa, upah dosa adalah maut.
2. Semua manusia membutuhkan kasih karunia Tuhan, karena orang yang sudah jatuh kedalam dosa tidak bisa menyelamatkan dirinya.
3. Berbahagialah karena Tuhan tidak memperhitungkan semua pelanggaran kita, serusak apapun kita, sedurhaka apa pun kita, ketika kita berseru kepada Tuhan dan mau bertobat kita akan diampuni (Mzm 32:1-11), karena Allah kita penuh dengan kasih karunia (bd. Invocatio).
4. Hidup di dalam kasih karunia. Sebagai orang yang sudah diampuni/ dibebaskan yang ada adalah “bersyukur dan bersukacita”. Sebagai orang yang sudah dimerdekakan kita memiliki paradigma baru tentang Taurat Tuhan. Di zaman dulu Taurat itu dipandang sebagai beban yang sangat berat (kuk yang menekan), tetapi bagi kita adalah anugerah. Karena melalui Hukum Taurat kita dapat menghitung berapa besar dosa (pelanggaran) kita dan sebesar itu jugalah kasih karunia yang Tuhan berikan bagi kita (Roma 5:20 “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah). Ibarat utang, semakin banyak utang kita yang dilunasi semakin banyak anugerah yang kita terima (Catatan: tetapi bukan memberi kebebasan untuk berbuat dosa, Roma 6:14 “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia”). Taurat adalah wujud kasih Allah agar kita dapat berjalan dalam koridor yang benar (orang yang telah diselamatkan, mengucap syukur dengan ketaatan pada Allah). Menjadi rambu-rambu yang dapat mengantarkan kita ke “negeri Kasih Karunia, dimana tidak ada tangis dan kematian. Jadi boleh kita katakan bahwa Hidup dalam kasih karunia Tuhan hidup sesuai dengan “Hukum Taurat” yang sudah disederhanakan isinya, yaitu : “mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri”. Sebagai wujud mengasihi Tuhan dan sesama, kita aktif dalam persekutuan (koinonia), gigih dalam bersaksi (marturia) dan rajin dalam pelayanan (diakonia).
5. Di Minggu-minggu Passion ini mari kita merenungkan betapa “Hebat” penderitaan Yesus untuk menanggung dosa kita, Dia rela dicaci maki, di fitnah dan diludahi, di cambuk dan di salibkan, di tombak dan dibunuh. Tidak ada kasih yang lebih besar selain kasih yang memberikan nyawanya bagi sahabatnya (Yoh. 15:13). Dalam Galatia 2:20 “ Paulus mengatakan hidupku bukannya aku lagi melainkan Kristus yang ada di dalamku”, lebih jauh lagi dalam 1 Korintus 9:16 “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”. Inilah tanggung jawab yang harus kita lakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan suka cita hidup dalam kasih karunia Tuhan, selamat mencoba. Tuhan memberkati.
Pdt. Saul Ginting, S.Th, M.Div
GBKP Bekasi