Khotbah Minggu 16 Juli 2017
Khotbah Minggu 16 Juli 2017
(Minggu V Setelah Trinitatis/ Minggu Menabur)
Introitus : Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi (Yakobus 5:7b)
Bacaan : Kejadian 3: 17-19
Khotbah : Yesaya 30 : 19-24
Tema : “Tuhan menumbuhkan, taburkanlah”
Sebelum bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian, Allah telah mengantisipasi kehidupan umatNya di tanah perjanjian dengan memberikan sepuluh Firman Allah. Salah satu dari sepuluh Firman Allah itu: jangan ada Allah lain dihadapanKu ...
Sepuluh Firman Tuhan yang diberikan kepada Israel, supaya Israel hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sepuluh Firman Allah itu menjadi pagar atau benteng kekudusan sebagai bangsa terpilih. Tetapi apakah umat Tuhan dalam hidup kesehariannya di tanah perjanjian itu konsisten menjalani kekudusannya?
Di zaman nabi Yesaya, yang terjadi ialah kota Yerusalem sudah menjadi sundal, pemimpin-pemimpin pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri, semuanya suka menerima suap dan menerima sogok, tidak membela hak anak-anak yatim, perkara-perkara janda tidak sampai kepada mereka (Yesaya 1: 21- ).
Kenyataan inilah menjadikan Allah murka dengan memakai bangsa-bangsa lain. Asyur dipakai Allah alat hukumanNya (lih. Yes. 9:7-10:34). Allah menghukum Israel yang tidak taat dan setia. Bagi yang taat dan setia melakukan Firman Allah mereka diselamatkan (Yes. 10:20 - ....)
Dengan masih adanya sisa-sisa Israel yang taat dan setia kepadaNya, maka Allah melalui nabi Yesaya mengatakan hendak memberitakan janji keselamatan bagi Sion.
Menampakkan kesetiaan kepada Tuhan
Murka Allah hanya dinyatakanNya kepada mereka yang tidak setia. Tetapi yang setia kepada Firman Allah, yang masih tetap mendiami Sion atau Yerusalem, diberitakan janji keselamatan oleh nabi Yesaya. Tuhan sangat menantikan waktu yang tepat menunjukkan kasihNya kepada sisa-sisa Israel. Disinilah keadilan Allah nyata: yang setia diselamatkan, yang tidak setia dihukum.
Sisa-sisa Israel yang masih mendiami Sion itu sangat menantikan kasih setia Allah, dan kepada mereka juga diberikan hiburan bahwa mereka tidak terus menangis jika sisa Israel itu tetap berseru-seru kepadaNya. Dan seruan mereka itu diyakinkan Yesaya pasti dijawabNya. Inilah penampakan orang yang senantiasa berseru-seru kepada Tuhan adalah ungkapan imannya. Bagi orang percaya, berseru-seru kepada Tuhan adalah panggilan hidupnya sebagai bentuk penyerahan dirinya kepada Tuhan...
Sebagai umat Tuhan, Israel dituntut untuk bertobat dengan menganggap najis patung-patung yang ada itu. Buanglah patung-patung itu. Dan dengan tegas mengatakan keluar dari kota Sion itu sendiri. Artinya tidak ada tempat lagi di Sion bagi patung-patung itu.
Dengan menunjukkan kesetiaan sisa-sisa Israel kepada Tuhan, Allah akan memberkati mereka. Memberikan hujan bagi benih yang ditabur tumbuh subur dan menghasilkan supaya dari hasil itulah kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Ternak-ternak juga akan makan rumput di padang rumput yang luas ...
Sebagai bangsa Tuhan yang masih menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhannya, Allah itu tidak segan-segan memberkatinya. Bukan saja berkat-melimpah itu dirasakan orang percaya tetapi ternak-ternak juga merasakan berkat melimpah dikarenakan kesetiaan orang percaya kepada Tuhan.
Tuhan menumbuhkan, taburkanlah
Dalam minggu “merdang” atau menabur, warga GBKP diingatkan melalui pengalaman iman umat Tuhan. Dimana mereka diingatkan senantiasa untuk tetap berseru-seru kepada Tuhan. Dan seruan mereka menggambarkan penyerahan diri dan pengharapan hanya kepada Tuhan itu saja. Tidak kepada ilah-ilah yang lain. Dalam seruan itu kita diyakinkan bahwa Allah akan menjawabnya dengan memberikan berkat melimpah kepada kehidupan kita.
Berseru-seru kepadaNya adalah cara kita menaburkan penyerahan diri dan pengharapan kita kepadaNya dan Dia menumbuhkan apa yang kita taburkan dalam wujud berkat melimpah. Tanah diberikan kesuburan tempat menanam, karir-pekerjaan kita semakin diberkati , usaha-bisnis kita semakin meyakinkan ... dan semua orang merasakan dengan sungguh kehadiran kita ...
Sebagai orang percaya, dalam menjalani hidup yang dianugerahkan Tuhan dipanggil untuk senantiasa menaburkan kebaikan, keleng ate, keadilan dia akan ditumbuhkan Allah sehingga terasa bermakna bagi kehidupan orang banyak ... Siapa yang menabur, siapa yang menuai, siapa yang menanam, akan memetik ... kata syair nyanyian Rinto Harahap “siapa yang menabur... siapa yang menuai...” dan kesemuanya itu karena Tuhan memberkatinya ...
Pdt. Ephenetus Tarigan, M. Th
GBKP Rg. Bandung Timur