Khotbah Jumat Agung 14 April 2017
Khotbah Jumat Agung 14 April 2017
Invocatio : “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”Yohanes 10:17-18
Ogen : Yesaya 53:1-9
Kotbah : Markus 15:22-41
Tema : Pengorbanan Yesus Memberikan kemenangan bagi kita (manusia)
I. Pendahuluan
Kata pengorbanan sering kita dengar. Apa arti pengorbanan? Pengorbanan adalah engorbanan adalah suatu tindakan atas kesadaran moral yang tulus dan ikhlas atau juga bisa diartikan sebagai kerelaan seseorang akan suatu hal yang biasanya ditunjukan pada seseorang yang mempunyai tujuan atau makna dari tindakannya itu, dalam bentuk pertolongan dan tidak berharap imbalan dari suatu tindakan atau kerelaan, ikhlas semata-mata karna Tuhan. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Orang-orang yang berkorban biasanya adalah orang-orang yang melakukannya dengan ikhlas semata-mata karna Tuhan. Dan orang-orang yang berkorban berfikir bahwa pengorbanannya yang sedikit ataupun banyak akan berguna dan berarti sekali untuk orang yang menerima pengorbanannya itu, walau kadang ia harus rela mengorbankan jiwa dan raganya.
Pengorbanan untuk saat ini jarang sekali dilakukan oleh masyarakat, karena di zaman ini masyarakat cenderung memikirkan dirinya sendiri, tanpa memikirkan orang lain, sebenarnya pengorbanan adalah perbuatan sangat mulia karena dari pengorbanan itu bisa membantu seseorang mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pengorbanan adalah suatu tindakan yang mulia. Peringatan Jumat agung ini akan kita bahas tentang pengorbanan Yesus yang mulia dan membebaskan manusia dari dosa.
II. Pendalaman Teks
a. Invocatio: Yohanes 10:17-18 “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku”. Nats ini menyatakan Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
Dalam ayat 14-15 hubungan antara Gembala yang Baik dan domba-Nya disamakan dengan hubungan antara Allah Bapa dan Anak. Tetapi dalam ayat ini hubungan kasih antara Allah Bapa dan Anak diuraikan lebih lanjut, dan dikaitkan dengan ketaatan Anak yang sempurna.
Pernyataan ini agak aneh. Kita berpikir bahwa kasih Allah Bapa terhadap Anak adalah kasih tanpa syarat, sama seperti Dia mengasihi kita tanpa syarat, dan tidak berdasarkan perbuatan kita. Namun dalam ayat ini kita membaca bahwa Allah Bapa mengasihi Tuhan Yesus karena Dia taat dalam hal pengorbanan di kayu salib, dan kebangkitan. Sebenarnya pernyataan ini mirip pernyataan dalam Filipi 2:8-9, yaitu bahwa "Ia... taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama...."
Dalam ayat ini kebangkitan Tuhan Yesus adalah tujuan dari pada kematian-Nya. Dia memberikan nyawa-Nya untuk menerimanya kembali. Kematian-Nya bukan merupakan kekalahan, melainkan sebagian dari kemenangan-Nya. Yesus menderita dan mati “untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Karena kematian dan kebangkitan-Nya, semua orang yang menerima tawaran keselamatan-Nya akan memperoleh pengampunan dan kehidupan kekal (Yohanes 3:16).
b. Yesaya 53:1-9 (Ogen)
Permasalahan yang dihadapi oleh orang Israel ialah mereka berdosa pada Tuhan dan ada di pembuangan Babilon selama 70 tahun sebagai konsekuensinya. Namun, Tuhan menyelamatkan mereka dan memproklamasikan diri-Nya di hadapan bangsa-bangsa, terutama bangsa penjajah dengan nubuatyang disampaikan Yesaya. Inilah kabar baik bagi bangsa ini, juga bagi bangsa-bangsa lain.
Bagaimana cara Tuhan menyelamatkan mereka? Ia mengirimkan hamba-Nya dengan cara yang tidak diharapkan (53:1). Hamba ini muda ('taruk', Yes 53:2). Hamba ini akhirnya berhasil, disanjung dan dimuliakan (52:13). Rupanya tidak cakap, kurang dari yang diharapkan (52:14; 53:2b). Ia dihina dan dihindari orang dan penuh kesengsaraan (53:3) Namun ia akan membuat para bangsa dan pemimpinnya tercengang (52:15).
Sang Hamba mengemban tugas penebusan, dengan menanggung penyakit, memikul kesengsaraan dan pemberontakan kita (53:4, 6). Ia dihukum karena pemberontakan, kejahatan dan dosa kita supaya kita selamat dan sembuh (53:5, 12). Tanpa membela diri, Dia menjadi kurban dan mati bagi kita (53:7, 8b-9, 12). Kematian-Nya adalah kehendak Tuhan agar kita diselamatkan (53:10).
Rencana Tuhan terhadap sang Hamba ini ialah agar dia berhasil (52:13). Oleh karena itu melalui kematian-Nya, Tuhan memberikan kehidupan, kebenaran, dan hikmat kepada banyak orang (53:11). Sang Hamba pasti berhasil (53:12).
Nubuat Sang Hamba yang terakhir di Yesaya ini memberikan kepada orang Israel harapan bahwa mereka akan diselamatkan melalui Mesias yang dinantikan. Dialah yang akan memberikan kelepasan bagi orang Israel dari jajahan bangsa asing dan juga dari kungkungan dosa.
c. Markus 15:22-41 (Khotbah)
Mesias itu ialah Yesus. Dialah hamba yang menderita, karena dosa, pemberontakan, kejahatan semua manusia, termasuk Israel. Dia yang suci, benar, tidak berdosa, dibuat berdosa karena kita, supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Allah (2Kor 5:21). Dia telah menanggung dosa kita di kayu salib supaya kita yang percaya dan mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran (1Ptr 2:24). Dialah sang Hamba yang sejati. Percayalah kepada-Nya.
Dalam nats kotbah ini memperlihatkan bagaimana proses kesengsaraan Yesus sampai mereka membawa Yesus ke Golgota. Mereka memberi anggur dan mur tapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Yesus. Dia disalibkan bersama 2 orang penyamun. Salah satu ucapan yang tidak asing lagi di telinga orang percaya setiap kali mengenang peristiwa Jumat Agung adalah kutipan dari Mzm. 22:2..."Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku". Dalam bahasa aslinya (bhs. Ibrani) berbunyi demikian: "Eloi, Eloi, Lama Asabakhtani. Rahoq misyuati deber sya'anati".
Ini adalah sebuah erangan dari seorang yang sedang mengalami tekanan. Ia membutuhkan orang lain, namun tidak ada yang datang untuk menolongnya. Bapa yang merupakan gambaran dari pribadi yang mengayomi, pun keberadaannya terasa jauh. Begitu jauh sehingga ia harus berteriak.
Keadaan seperti inilah yang terjadi ketika Yesus tiba di bukit itu. Ia sangat lelah dan membutuhkan orang lain untuk mendampingi diriNya dalam menghadapi beratnya penderitaan itu. Namun apa yang diharapkan tidak seperti itu kenyataannya. Semua orang yang dahulu mencariNya, tak satu pun yang berani mendekat. Tidakkah beberapa hari sebelumnya, mereka dengan sangat antusias mengiring Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem, mereka menghampar pakaiannya di jalan, menjadi permadani bagi Tuhan Yesus memasuki Yerusalem. Bukan hanya itu, mereka meneriakkan yel-yel kemenangan: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi (Mat. 21:9)". Sungguh amat menyakitkan hati, orang yang sangat besar jumlahnya (Mat. 21:8) yang mengelu-elukan Dia,kini berbalik menjadi lawan, sambil berteriak: "Ia harus disalibkan (Mat. 27:23)". Dan di bukit Golgota tempat Ia disalibkan, setiap orang yang lewat menghujat Dia sambil menggelengkan kepala. Mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu (Mat. 27:40)". Orang yang lewat menghujat dia. Imam-imam kepala dan ahli Taurat mengolok-olok Dia.
Murid-murid-Nya pun tidak ada yang datang menolong, semua lari mengamankan dirinya. Bahkan sehari sebelumnya, hanya dalam hitungan jam, di depan mataNya, seorang yang selama ini merasa diri lebih superior dari murid yang lainnya, dibarengi dengan kata-kata kutuk dan sumpah serapah; berkata: "Aku tidak kenal orang itu (Mat. 26:74)". Ia tidak lain Simon yang disebut Petrus. Tidakkah ini sebuah pengkhianatan yang langsung menusuk dalam sampai ke pusat kehidupan, sebuah tindakan dan perlakuan yang sama kejamnya dari pada yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.
Sungguh berat dan sungguh menyakitkan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Derita badani yang dibarengi dengan derita psikis; dicambuk, diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang, difitnah, dinista, diludahi dan dikutuki, siapa pun juga yang mengalaminya akan berteriak: "Eloi, Eloi, Lama sabakhtani".
III. Aplikasi
Mesias atau Juruselamat yang dinubuatkan telah dinyatakan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Hal ini dilakukan-Nya adalah karena Kasih karuniaNya yang sangat besar bagi umat manusia yang berdosa. Penderitaan dan sakit yang harusnya manusia yang tanggung telah digantikan oleh Yesus. sesungguhnya semua yang dideritaNya adalah tumbal dari segala dosa dan pelanggaran kita. Ia berteriak demikian karena kita. Di kayu salib itulah dipertontonkan betapa dahsyatnya hukuman atas dosa, dan siapa pun kita tidak akan mampu menanggungnya. Karena itu, Dia yang tidak berdosa telah dijadikan dosa karena kita. Yesaya telah menubuatkan hal hal tersebut ketika ia menyampaikan firman ini:
"Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kita pun Dia tidak masuk hitunga. Tetapi sesunguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungNya dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh (Yes. 53:3-5)".
Salib itu adalah bukti cinta kasih Allah kepada kita. Salib itu berisi tiga kata dari Tuhan, yakni: "Aku mengasihi engkau (manusia)/I Love You ". Ia mengatakan kata-kata itu tanpa mempersoalkan keadaan kita. Sekalipun kita adalah salah satu dari orang yang tersalib bersamaNya, seorang penjahat, tapi tetap YESUS berkata: "I Love You". Bukankah ini yang Ia ucapkan: "Hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Luk. 23:43)". Karena itu, merayakan Jumat Agung tidak lain kita merayakan cinta Kasih Allah, yang telah mengorbankan AnakNya sendiri menjadi tebusan atas dosa-dosa kita Jadi apa tanggung jawab dan respons kita terhadap Kasih Yesus??? Sebagai pengikut Yesus Kristus harus dapat menyadari bahwa pengorbanan Yesus memberikan kemenangan kepada umat manusia yang percaya padaNya dengan mewujudkan hidup dalam kasih karunia yaitu dengan mengalami Tuhan setiap hari secara nyata. Dengan demikian, kita tidak meragukan sama sekali atas keberadaan Tuhan dalam hidup ini. Bagaimana menjadi manusia hidup berjalan dengan Tuhan. Baik dalam suka maupun duka. Kita harus berani mengiring Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh walau banyakorang mengolok-ngolok atau menghina iman percaya kita pada Yesus tidak goyah. Orang yang menerima pengorbanan/kasih karunia-Nya adalah orang yang rela menyerahkan hidup sepenuhnya bagi Tuhan. Tuhan Yesus datang ke dunia hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Ia taat dan menderita sampai mati di kayu Salib. Jadi sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita hidup dalam kemenangan dengan taat pada kehendak Tuhan, rela menderita dan mengalami Tuhan (merasakan Tuhan selalu menyertai dan memelihara) sepanjang hidup kita.
Selamat merayakan Jumat Agung, Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. Crismori Veronika Br Ginting, S.Pd, S.Th
GBKP Yogyakarta