Khotbah Minggu 19 Maret 2017
Khotbah Minggu 19 Maret 2017
(Passion IV)
Invocatio: "Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:2)
Bacaan : Keluaran 17:1-7
Khotbah : Yohanes 4:5-26
Thema : "Yesus Adalah Sumber Air Kehidupan"
I. Pendahuluan
Ketika Yesus disalibkan pada akhir hidupNya di saat puncak penderitaanNya di atas kayu salib Ia meneriakkan "haus!". Rasa haus adalah bukti beratnya penderitaan yang dialami Yesus; mengalami dehidrasi oleh karena panas terik dan menahan rasa sakit membuat banyak berkeringat atau karena banyak darah yang tercurah. Haus berbahaya merusak semua pungsi organ tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Rasa haus tidak dapat di tahan, akan mengganggu kesehatan tubuh dan jiwa. Sebagaimana pentingnya air bagi kehidupan manusia maka untuk kelepasan dahaga manusia dan untuk menyelamatkan hidup manusia maka Yesus memperkenalkan diriNya sebagai "air kehidupan".
II. Pembahasan Teks
Orang-orang Farisi merasa terganggu dan tersaingi oleh karena para pengikutnya beralih kepada Yohanes pembaptis. Kemudian hari Yesus tampil dan lebih populer dan lebih di kagumi dari pada Yohanes pembaptis, sehingga orang-orang Farisi lebih menentangNya dan Yesus terancam, karena itu Yesus menyingkir ke Galilea. Apabila orang orang Yahudi berjalan dari Yudea ke Galilea pada umumnya perjalanan itu ditempuh selama enam hari, sebab mereka berjalan jauh karena menghindari daerah Samaria yang mereka musuhi. Tapi ketika Yesus menuju Galilea ia memilih perjalanan melalui Samaria, disamping mempersingkat waktu perjalanan hanya tiga hari saja, Yesus memanfaatkannya untuk memberitakan Kerajaan Allah. Menempuh perjalanan yang jauh Yesus letih dan singgah di Sikhar di sumur Yakub. Waktu itu kira-kira jam 12.00 siang, Yesus seorang diri sebab murid-muridNya pergi ke kota membeli makanan dan pada saat itu seorang wanita Samaria datang ke sumur itu untuk mengambil air.
Adalah hal yang janggal apabila wanita seorang diri ke sumur dan pada siang hari. Wanita Samaria ini kemungkinan adalah wanita yang di tolak dan di jauhi penduduk Samaria sebab perbuatannya yang kotor dan hina ( ia sudah lima kali kawin cerai dan kawin tidak resmi) maka ia tidak di ijinkan mengambil air dari sumur-sumur umum yang ada di dalam kota Samaria. Wanita samaria ini menyadari kesalahannya adalah hal yang memalukan maka ia menghindar dari orang-orang samaria dan rela menempuh perjalanan sejauh 1 km ke luar kota Samaria ke sumur Jakup demi untuk mendapatkan air dan di sana ia bertemu dengan Yesus.
Orang-orang Yahudi saling bermusuhan dengan orang-orang Samaria dan mereka sama-sama menghindari pertemuan dan dialog. Lebih khusus lagi seorang Rabi Yahudi tidak boleh berbicara dengan wanita, dan jika dilanggarnya kerabiannya akan di tolak. Tapi dalam rangka pemberitaan Kerajaan Allah, Yesus membuat terobosan baru terhadap semua aturan dan tradisi yang mempersempit kehadiran Kerajaan Allah.
Kepada wanita Samaria itu Yesus meminta air sebab ia tidak memiliki timba. Oleh karena permusuhan diantara orang Yahudi dengan orang Samaria maka wanita Samaria itu tidak memenuhi permintaan Yesus. Tapi kemudian Yesus memperkenalkan diriNya bahwa Ia adalah air hidup (yang dibutuhkan jiwa orang-orang yang haus kedamaian dan suka cita). Wanita Samaria itu tidak dapat memahami perkataan Yesus, maka ia mengejek Yesus dengan mempertanyakan apakah Yesus memiliki timba, apakah Yesus lebih besar dari pada Yakub yang telah bersusah payah menggali sumur itu. Tapi di balik ketidak mengertian dan keraguannya tentang pernyataan Yesus bahwa padaNya (Dia) ada air hidup, wanita Samaria tersebut merasakan dampak pertemuan dengan Yesus memberi kesejukan. Pada umumnya apabila seorang Rabi Yahudi bertemu dengan pendosa akan mengadilinya dan menyumpahinya, tapi Yesus menerima wanita Samaria itu, menghargai dan bersahabat dengannya. Yesus memperkenalkan diriNya sebagai air kehidupan yang tidak pernah kering, dan menjelaskan bahwa orang-orang yang menerimaNya dari dalam diri si penerima tersebut senantiasa akan memancar air kehidupan sampai akhir jaman sehingga jiwanya tidak akan haus lagi dan iapun dapat memberi dahaga bagi jiwa-jiwa yang haus. Kemungkinan berdasarkan pengenalan praktek agama-agama di jaman itu membuat wanita Samaria tersebut memahami pernyataan Yesus dengan pemahaman duniawi bahwa Yesus dapat memberi mantra-mantra supaya ia tidak akan haus lagi maka ia meminta air kehidupan yang ditawarkan Yesus.
Yesus melakukan terobosan baru bahwa dengan hadirnya Yesus sebahgai Juruselamat maka kehausan akan penyembahan kepada Allah seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi di bukit Yerusalem dan seperti yang dilakukan orang-orang Samaria di bukit Gerizim akan berakhir. Penyembahan sakral dengan liturgi-liturgi dan kiblat yang dilakukan orang-orang Yahudi dan orang-orang Samaria akan bergeser menjadi penyembahan rohani, bahwa Allah akan di muliakan bukan lokal hanya di atas bukit Yerusalem atau bukit Gerizim tapi dalam persekutuan dengan Yesus Juruselamat oleh karena Roh Allah penyembahan dapat dilakukan di semua tempat dan setiap saat. Di dalam PL, penyembahan adalah hal yang sangat penting dan dirindukan sebab ketika penyembahan berlangsung para penyembah menemukan kepuasan jiwanya, mendapat kelegaan dan kedamaian. Tapi jika orang-orang Yahudi hanya dapat menyembah Allah di bukit Yerusalem atau orang-orang Samaria di bukit Gerizim maka kepuasan jiwa, kelegaan dan kedamaian hanya di dapatkan sesaat saja sepanjang ibadah itu berlangsung dan sesudah mereka meninggalkan bukit itu akan hilanglah kepuasan dan kelegaannya dan menjadi haus lagi, dan penuh kecemasan. Penyembahan di dalam Yesus oleh Roh tidak dibatasi tempat dan waktu dan dapat dilakukan dapat dilakukan terus menerus.
Air kehidupan yang di tawarkan Yesus adalah pengampunan dosa, hidup suci yang kekal. Air kehidupan hanya layak diberikan kepada orang-orang yang menyadari kehausan jiwanya dan meninggalkan dosa serta melawan segala kejahatan. Wanita samaria itu adalah wanita yang selalu haus akan kepuasan nafsunya yang tidak pernah terpuaskan. Lima kali ia kawin tidak resmi dan cerai tetapi ia tidak menemukan dahaga dalam jiwanya, dan keadaan itu telah memperburuk keadaannya. Demi air hidup yang di tawarkan Yesus ia telah membuka diri dan Yesus telah melepas belenggu dosa yang mengikatnya dan membuatnya menderita. Air hidup (anugerah) Allah bukan barang murahan, diberikan Yesus kepada orang yang berobat, mengakui dosa dan meninggalkannya.
Dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat membuat wanita Samaria itu menemukan kepuasan jiwanya, lalu meninggalkan Yesus di sumur itu dan meninggalkan tempayannya lalu pergi ke kota untuk memberitakan Yesus adalah Mesias. Kehausan jiwanya dan kehausan jasmaninya telah terpuaskan. Ketika di dalam dosa ia dikucilkan dan dalam rasa malu menjauhkan diri dari saudara-saudaranya sebangsa. Setelah mengenal dan menerima Yesus sebagai juruselamat yang adalah air kehidupan membuatnya merasakan hubungannya dipulihkan dekat dengan Allah dan tanpa rasa malu lagi ia mendekatkan diri dengan sesamanya, mendatangi kota Samaria dan saudara-saudaranya sebangsa.
Sama seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Samaria juga menantikan kedatangan Juruselamat. Benar seperti yang di katakan Yesus, setelah wanita Samaria tersebut menerima Yesus sebagai air hidup dirasakannya kesegaran dan suka cita. Ia berbagi sukacitanya dengan memberitakan Yesus Sang Juruselamat sehingga dari pemberitaan tersebut banyak orang Samaria memjadi percaya dan mengalami hidup baru.
III. Aplikasi
Banyak orang hanya dapat merasakan rasa haus pada tubuhnya oleh karena memerlukan air tapi tidak dapat merasakan dan menyadari rasa haus di dalam jiwanya. Di dalam kisah penciptaan dunia dan segala isinya; pada setiap tahapan penciptaan dan dalam penciptaan manusia Allah menilai semua baik adanya juga manusia baik adanya. Tapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka keadaan manusia menjadi buruk, dan dengan berkembangnya dosa keadaan manusia terus semakin lebih buruk. Dosa membuat manusia lumpuh tidak merasa tentram, tidak dapat merasakan kedamaian dan tidak dapat bersuka cita. Jiwa manusia haus dan merindukan Allah penciptaNya, sebab hanya Allah yang dapat membebaskan manusia dari kuasa dosa.
Allah yang kita sembah adalah Allah yang peduli dan mengerti akan keluhan anak-anakNya. Karena itu Ia memberikan Yesus Kristus untuk membersihkan manusia dari segala dosa dan memberi kelegaan kepada jiwa yang haus. Yesus adalah sumber kehidupan manusia, sehinga orang-orang yang menerima Yesus akan tetap hidup dan bertumbuh, semakin lebih besar dan menghasilkan buah yang manis. Hanya di dalam Yesus ada kehidupan dan jiwa yang tentram. Karena itu marilah kita datang dan setia menyembahNya. Orang-orang yang meninggalkan persekutuan dengan Yesus dan sesama orang percaya di hari ke hari yang dijalaninya keadaannya akan menjadi lebih buruk. Tapi orang-orang yang memelihara persekutuannya dengan Yesus akan menemukan ketentraman jiwanya dan dari dalam hatinya akan memancar "air hidup" sehingga ia memiliki keberanian dan kuasa membawa orang datang kepada Yesus.
Pdt. Ekwin Wesly Ginting, S.Th, M.Div
GBKP Sitelusada-Bekasi