MINGGU 06 MARET 2022, KHOTBAH ROMA 10:8-13

Invocatio:

“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Masmur 18:7).

Ogen: Ulangan 26:6-10a (Tunggal)

Tema:

ALLAH MENYELAMATKAN ORANG YANG BERSERU KEPADA-NYA (IKELINI TUHAN KALAK SI ERLEBUH MAN BANA)

 

1. KATA PENGANTAR

         Secara umum ketika anak kecil menangis meminta sesuatu kepada orang tuanya di tengah orang ramai, maka biasanya orang tua akan langsung memberikannya, agar anaknya berhenti menangis dan tidak membuatnya merasa malu karena anaknya menangis di depan orang banyak. Kebiasaan seperti ini sering disebut dengan istilah TANTRUM ( ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah) di di depan orang banyak.

         Mungkin saja kita juga pernah mengalami menghadapi anak kita yang sedang tantrum karena menginginkan sesuatu. Ternyata Tantrum ini terjadi karena anak-anak sudah mengenal karakter orang tuanya bahwa jika dia menangis di depan orang banyak maka orang tuanya pasti akan memberikan apa yang dia inginkan.

         Pada Minggu Invokapit ini yang berarti, DIA BERSERU KEPADAKU melalui firman Tuhan hari ini kita akan belajar bagaimana kita berseru kepada Tuhan melalui doa-doa kita dengan terlebih dahulu kita mengenal dan percaya kepada Tuhan itu sendiri

2. PENDALAMAN TEKS

Seperti yang kita ketahui bahwa bagi orang Yahudi, keselamatan itu bisa didapatkan dengan melakukan hokum Taurat. Siapa yang mampu melakukan hokum taurat maka Dia akan diselamatkan. Oleh sebab itu konsep yang disampaikan Rasul Paulus tentang, “mengaku dengan mulut kita bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati kita, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan” (ayat.9)”, sangat sulit untuk diterima oleh orang Yahudi.

Dalam nas khotbah kita saat ini Paulus menunjukkan kesalahan fatal orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu, yang menjadi kebinasaan mereka. Rasa giat mereka tidak disertai dengan pengertian yang benar. Memang benar bahwa Allah memberi mereka hukum Taurat yang sangat mereka puja-puja itu, tetapi mereka seharusnya sudah mengetahui bahwa kehadiran Mesias yang dijanjikan merupakan penggenapan hukum Taurat itu. Sang Mesias memperkenalkan agama dan ibadah baru, yang harus menggantikan cara lama. Dia membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah dan menunjukkan bukti-bukti kuat mengenai jati diri-Nya sebagai Mesias, tetapi mereka tidak mengenal-Nya dan tidak sudi mengakui-Nya, malah menutup mata dari cahaya terang itu, sehingga sikap giat mereka bagi hukum Taurat itu membutakan.

Mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah dalam diri Yesus Kristus artinya, mereka tidak tunduk kepada persyaratan-persyaratan Injil atau tidak menerima tawaran pembenaran karena iman di dalam Kristus yang diulurkan oleh Injil. Tidak percaya artinya menolak untuk takluk kepada kebenaran Allah, suatu penentangan terhadap pernyataan Injil mengenai penebusan.

Orang Yahudi tidak percaya terhadap Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka karena bagsa Yahudi:

  1. Tidak mengenal kebenaran Allah. Mereka tidak mengerti, tidak percaya, dan tidak menyadari keadilan Allah yang teguh, membenci, menghukum, dan menuntut pembalasan dosa. Mereka juga tidak menyadari betapa kita memerlukan kebenaran Allah supaya layak datang ke hadapan-Nya. Sebab, jika saja mereka menyadarinya, mereka pastilah tidak akan berani menentang apa yang ditawarkan Injil, atau mengandalkan pembenaran melalui hasil perbuatan mereka sendiri, seakan-akan mereka sanggup memuaskan keadilan Allah.
  2. Menyombongkan kebenaran mereka sendiri: berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, yaitu kebenaran hasil rancangan dan usaha mereka sendiri, melalui jasa perbuatan mereka sendiri dan pelaksanaan hukum upacara. Mereka mengira tidak perlu disokong oleh jasa Kristus, sehingga mereka pun mengandalkan upaya mereka sendiri untuk mendapatkan kebenaran supaya layak di hadapan Allah.

Paulus merasa pedih bahwa kesungguhan religius orang Yahudi tidak didukung oleh pengetahuan yang benar (1, 2). Memang mereka tahu bahwa Allah Esa adanya, dan Ia telah menyatakan sifat-sifat-Nya dalam Hukum Taurat, namun hakikat Taurat tidak mereka akui karena tidak mereka pahami. Taurat adalah penyataan kemurahan Allah yang mewujud penuh dalam diri dan karya Kristus yang menyelamatkan. Namun, mereka memahami Taurat sebagai tuntutan Allah, kebenaran adalah target yang harus dicapai bukan anugerah yang harus disambut. Akibatnya mereka tidak bersedia merendahkan hati menerima pembenaran dalam Kristus (3b). Mereka binasa dalam merasa benar dengan perjuangan sendiri.

Kristus adalah tujuan dan kegenapan Taurat (4) sebab Taurat bicara tentang Dia dan hanya Dia yang dapat menggenapi Taurat seutuhnya (5). Manusia tidak perlu dan tidak mungkin menjangkau Allah atau turun ke neraka menanggung sendiri segala akibat dosanya demi memperkenan Allah (6-7). Kristus sudah melakukan itu semua. Ia Allah menjadi manusia sehingga manusia tidak perlu mencari Allah dengan usaha sendiri. Ia menanggung derita dan hukuman dosa manusia agar terbebas dari murka Allah. Jalan keselamatan telah terwujud dalam Yesus Kristus.

Allah hanya menuntut respons sederhana: hati yang percaya dan yang melahirkan pengakuan bahwa Yesuslah Juruselamat dan Tuhan (9-20). Berseru bahwa Yesus Tuhan sama dengan berseru bahwa Ia sesungguhnya adalah Allah sendiri yang telah mengambil alih ketidakmungkinan manusia dengan menggenapi semua tuntutan Taurat. Tuhan Yesuslah sebenarnya tujuan Taurat sebab hanya Ia telah memenuhi tuntutan Taurat dengan sempurna. Yesus mengakhiri Taurat. Bukan lagi Taurat jalan untuk orang berharap diselamatkan, tetapi iman kepada-Nya saja jalan keselamatan. Kenyataan itu tidak perlu dipersoalkan lagi. Sebab Yesus Kristus nyata-nyata sudah datang menjadi manusia, mati dan bangkit. Mempertanyakan ulang fakta itu seolah orang yang ingin mencoba menjelajahi jurang tak terukur yang telah dijembatani Kristus (ayat 7).

Iman di hati dan pengakuan di mulut, keduanya tak dapat dipisahkan. Berseru (memanggil dalam doa) hanya dapat dilakukan oleh orang yang percaya (ayat 14). Percaya yang sungguh akan terungkap dalam pengakuan di mulut. Israel telah menerima berita keselamatan melalui para rasul, dan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus. Namun mereka tidak percaya. Sayang Israel tak dapat berseru kepada Kristus karena mereka menolak Kristus.

Dalam pasal 10 ini dijelaskan bagaimana orang Israel dapat dibebaskan dari murka Allah. Pertama, mereka harus percaya dengan hati mereka, sehingga mereka dibenarkan. Tetapi lebih dari itu, mereka juga harus berseru kepada Tuhan Yesus secara terbuka. Untuk dibebaskan, atau diselamatkan dari murka itu mereka perlu mengaku Kristus di depan masyarakat, mereka perlu dikenal sebagai orang yang selalu "naik banding" bukan kepada Kaisar, tetapi kepada Dia yang mempunyai nama atas segala nama, Tuhan Yesus Kristus.

3. APLIKASI

Tema khotbah kita hari ini adalah TUHAN MENYELAMATKAN ORANG YANG BERSERU KEPADANYA. (IKELINI TUHAN KALAK SI ERLEBUH MAN BANA). Ikelini dalam bahasa Karo adalah diselamatkan. Selamat dalam KBBI artinya terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana, terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana, tidak kurang suatu apa, tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan sebagainya, sehat, tercapai maksud, tidak gagal. Berarti tema ini memberikan pengertian kepada kita bahwa Allah memberkati dan melindungi setiap orang yang berseru kepadanya sehingga terhindar dari malapetaka, tidak kekurangan suatu apapun, terhindar dari bahaya, dsb.

Artinya tema khotbah kita hari ini mau mengajarkan kepada kita bahwasanya kita harus senantiasa mau berseru kepada Tuhan dalam menghadapi semua persoalan hidup yang kita hadapi. Seperti yang disampaikan dalam bacaan kita yang pertama Ulangan 26:6-10a, bagaimana orang Mesir menindas bangsa Israel dengan sangat kejam, akan tetapi ketika bangsa Israel berseru kepada Tuhan, Tuhan mendengarkan suara mereka dan melihat kesengsaraan dan kesukaran mereka serta penindasan terhadap mereka. Lalu Tuhan membawa mereka ke luar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar serta dengan tanda-tanda mujizat-mujizat. 

Akan tetapi melalui khotbah kita hari ini memberikan sebuah pengajaran kepada kita bahwa sebelum kita berseru kepada Allah, kita harus terlebih dahulu mengenal dengan benar siapa Allah itu sendiri, karena secara umum tidak mungkin seseorang mau memohon sesuatu kepada orang yang belum mereka kenal sama sekali. Dan dalam memohon kepada Allah kita juga harus percaya terhadap Allah itu sendiri. Karena dalam ayat 14 dikatakan, “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia?

Oleh sebab itu sebagai orang beriman, marilah kita semua berusaha mengenal Tuhan dengan benar melalui firman-Nya agar kita dapat berseru kepada-Nya. Jangan pernah berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang kita hadapi dengan kekuatan atau cara kita sendiri, melainkan teruslah berseru kepada Tuhan dalam setiap situasi kehidupan yang kita hadapi, sekalipun kita harus masih harus menunggu jawaban doa kita, karena pada waktunya Tuhan, Tuhan pasti akan mendengarkan seruan kita. Seperti firman Tuhan yang disampaikan dalam invocation kita, “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. (Masmur 18:7).

Pdt. Jaya Abadi Tarigan-Rg. Bekasi

MINGGU 27 FEBRUARI 2022, KHOTBAH JESAYA 55:10-13

INVOCATIO :

“Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasehati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.” (Kisah Para Rasul 14:22)

Bacaan: Matius 13:18-23

Tema : Firman Tuhan Memberikan Sukacita

 

PENDAHULUAN

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Pepatah ini sering menjadi kata-kata motivasi agar semangat menjalani proses kehidupan yang mungkin berat, sulit. Jika kita ingin bahagia di kemudian hari, haruslah berani untuk menderita terlebih dahulu. Pepatah ini dapat juga mengilustrasikan kepada kita bagaimana kehidupan kita selaku pengikut Kristus. Bahwa sebagai pengikut Kristus di dunia ini bukanlah perkara yang mudah. Kita akan menghadapi berbagai situasi kehidupan di dunia ini, baik itu bahagia, menderita, dan penuh pergumulan (karena kita hidup di dunia namun kita diarahkan untuk menjalankan prinsip sorgawi). Adapun penderitaan yang kita alami ini adalah untuk meneguhkan iman kepercayaan kita, supaya kita tumbuh berakar di dalam Kristus. Kesengsaraan orang percaya alami justru merupakan batu loncatan menuju kenikmatan hidup”(2 Korintus 4:17). Penderitaan sekaligus kenikmatan yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara namun dibalik semua itu ada sukacita yang kita peroleh kelak bersifat selamanya, apabila kita tetap berpendirian teguh di dalam Tuhan.

Menurut kalender gereja, saat ini kita memasuki Minggu Passion I yakni Minggu Estomihi yang artinya jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan. Minggu ini mengajak jemaat untuk memaknai peristiwa sengsara Yesus. Warga gereja diajak untuk mengingat akan makna penderitaan Tuhan Yesus dalam karya Penyelamatan yang dinyatakan kepada kita manusia. Sehingga kita dimampukan tetap setia dalam iman menghadapi pergumulan hidup ini. Tuhanlah tempat perlindungan yang teguh, menolong kita dalam setiap pergumulan dan melalui pertolongan Tuhan kita akan mendapatkan sukacita dalam hidup ini.

Demikian pula dengan tema kita di minggu ini yakni Firman Tuhan memberikan sukacita. Firman Tuhan ataupun dalam bahasa karonya kata dibata. Menandakan bahwa segala sesuatu yang dikatakan oleh Tuhan merupakan firman. Firman Tuhan menunjuk kepada berbagai situasi dalam Alkitab. Pertama-tama mengacu pada segala sesuatu yang telah diucapkan Allah secara langsung; melalui perantara para nabi dalam perjanjian lama; para rasul dalam perjanjian baru; termasuk setiap perkataan yang disampaikan oleh Yesus Kristus dan Yesus itu sendiri merupakan firman Allah. Firman Allah berkuasa atas kita untuk menyalurkan kasih karunia.

Pendalaman teks

Jesaya 55:10-13

Kitab Yesaya merupakan kitab nubuatan yang penekanannya ada pada tema keselamatan dan terkait dengan nubuatannya tentang mesias yang akan datang. Kitab Yesaya terbagi menjadi 3 bagian secara garis besar yakni:

  • Proto Yesaya (Pasal 1-39)

Pembahasan mengenai Yehuda yang diancam oleh negara tetangga yang sangat kuat yakni Asyur.

  • Deutro Yesaya (pasal 40-55)

Ditujukan kepada orang-orang Yehuda yang hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka hidup dalam kehancuran yang tidak memiliki harapan. Nabi Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan akan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka kembali ke Yerusalem untuk memulai hidup baru.

  • Trito Yesaya (pasal 56-66)

Ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali ke Yerusalem dan menyakinkan mereka bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa itu.

Dalam pasal 55 masuk pada bagian Deutro Yesaya. Pasal ini membahas terkait seruan untuk turut serta dalam keselamatan dari Tuhan. Yesaya 55:10-11 mengibaratkan firman Tuhan seperti hujan dan salju yang turun dari langit dan tidak kembali kesitu melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang kusuruhkan kepadanya. Dikatakan bahwa firman-Ku …. tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia. Kuasa dan dampak firman Allah tidak pernah dibatalkan atau dinyatakan tidak berlaku lagi; firman-Nya akan membawa kehidupan rohani kepada orang yang menerimanya. Maksud tulisan ini ingin memberitahu bagaimana kuasa Firman Tuhan sungguh luar biasa manfaatnya dalam kehidupan yang menerima Firman itu dan tepat sasaran. Selain itu pula dapat kita simak disini bahwa tidak cukup sampai menerima atau mengetahui akan Firman, melainkan melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa ketika kita melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya, maka tidak ada yang gagal ataupun sia-sia.

Pada ayat selanjutnya, tertulis bagaimana Firman Tuhan yang sampai kepada bangsa Yehuda merupakan suatu berkat yang luar biasa. Keselamatan yang Tuhan berikan kepada bangsa mendatangkan sukacita. Kerinduan untuk terbebas dari Pembuangan di Babilonia merupakan suatu kabar sukacita yang dirasakan oleh bangsa ini.

MATIUS 13:18-23

Injil Matius merupakan jembatan antara perjanjian lama dengan perjanjian baru. Injil ini ditulis untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat perjanjian lama (Seperti yang dinubuatkan dalam kitab Yesaya). Berabad-abad orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias, dalam injil Matius firman Tuhan dinyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Raja, Ia lah Mesias itu.

Terkait hal bahwa Yesus merupakan Mesias sang Juruselamat, dalam bacaan kita dapat kita simak terkait bagaimana sikap hati manusia menerima ataupun merespon akan firman Tuhan ini. Dalam ayat ini dibuat perumpaan seperti benih yang ditabur; ada benih yang ditabur di pinggir jalan, benih yang di tabur di tanah bebatuan, semak berduri, dan benih yang ditabur di tanah yang baik. benih diibaratkan sebagai Firman Tuhan dan tempat benih di taburkan adalah hati dari masing-masing manusia yang menanamkan benih ataupun Firman Tuhan.

  • Benih yang di tabur di pinggir jalan: kita ketahui bagaimana pinggir jalan begitu banyak yang lalui dan tidak ada yang merawatnya, sulit untuk benih tersebut tumbuh disana. Bagaimana mau bertumbuh benih di pinggir jalan, untuk menyerap masuk ke tanah jalanan saja sulit. Ini mengumpamakan manusia yang berkeras hati untuk memasukkan Firman Tuhan, sebab ia tidak memahami Firman itu.
  • Benih yang di tabur di tanah bebatuan; mengumpamakan orang yang mudah menerima akan Firman tersebut namun tidak tertanam secara kuat dan teguh sehingga ketika ada pencobaan ataupun pergumulan, imannya langsung goyah.
  • Semak berduri; mengumpamakan manusia yang mengetahui akan firman namun lebih mengutamakan kesenangan duniawi, sehingga fokus utamanya ialah hal-hal yang berbau duniawi saja sementara pertumbuhan rohaninya tidak menghasilkan buah(iman).
  • Benih yang ditabur di tanah yang baik; mengumpamakan hati manusia yang mengeerti akan firman Tuhan, menanamkannya dalam hidupnya dan bertumbuh dalam iman dan kuat dan kokoh pemahamannya akan keberadaan firman Tuhan di hidupnya.

Kisah Para Rasul 14:22

Dalam ayat ini menyampaikan bahwa mereka yang menyerahkan diri kepada Kristus yang akhirnya akan memasuki kerajaan Allah harus menderita “banyak sengsara” karena hidup di dalam dunia yang bermusuhan (duniawi-sorgawi), mereka harus ikut serta dalam peperangan rohani melawan dosa dan kuasa iblis. Mereka yang setia kepada Kristus, Firman-Nya dan cara hidup benar dapat mengharapkan kesulitan di dunia ini. Hanya orang percaya yang suam-suam kuku atau berkompromi akan mendapat damai dan kesenangan dari dunia ini. Dunia jahat yang sekarang ini dan orang percaya yang palsu akan tetap memusuhi injil Kristus sampai Tuhan meruntuhkan sistem dunia yang jahat ini pada saat kedatangan-Nya. sementara itu pengharapan orang-orang percaya “disediakan di sorga” dan akan dinyatakan pada zaman akhir” pengharapan mereka tidak berada di dalam hidup ini atau dunia ini, tetapi dalam kedatangan sang juruselamat untuk menjemput setiap orang yang setia kepada-Nya. kita ingat juga bahwa kesengsaraan yang diderita Yesus membawa sukacita yang kekal bagi kita orang percaya.

Firman Tuhan datang kepada semua orang, memberikan sukacita untuk seluruh umat manusia di dunia ini. Namun semua kembali lagi pada masing-masing orang menanggapi firman Allah dalam hidupnya sebagaimana yang diumpamakan dalam bahan bacaan kita (Matius 13:18-23).

KESIMPULAN/PENUTUP

Melalui firman Tuhan yang sampai pada kita, selaku pengikut Kristus yang telah menerima firman Tuhan, sudahkah kita setia untuk menjalani hidup ini sesuai dengan yang difirmankan Tuhan? Apakah kita adalah orang-orang yang memiliki sikap hati seperti benih yang ditabur dalam jalan raya, tanah bebatuan atau benih yang tumbuh di semak berduri? Hanya mementingkan hal-hal yang berbau duniawi dan menyesampingkan Firman Tuhan?

Mari bapak-ibu Saudara-saudari, setelah kita mendapatkan perenungan akan firman Tuhan di hari minggu ini, tetaplah setia dan taat dalam menghidupi firman Tuhan dalam hidup kita. Jangan pernah sekali-kali meragukan kasih Allah dalam hidup ini. Sekalipun ada banyak pergumulan dan tantangan yang dihadapi dalam hidup, datanglah kepada Tuhan, janganlah goyah iman. Ia lah tempat perlindungan yang teguh. Hanya padanya kita mendapatkan sukacita yang kekal.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, mari kita merefleksikan diri akan iman kita kepada Kristus. Mungkin dalam kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, namun sadarilah.. Allah Bapa hadir memberikan pertolongan dalam menghadapi penderitaan (sebagaimana Tuhan menolong bangsa Yehuda keluar dari penderitaan di Pembuangan Babilonia). Yesus Kristus telah menyatakan kasih-nya kepada kita manusia, jangan takut menderita ketika kita berada di jalan-nya, sebab Kristus pun merasakan penderitaan dan pada akhirnya mendapatkan kemuliaan di surga.

Di tengah pergumulan yang kita hadapi, jangan pernah keluar dari jalan-Nya. Tetap teguh beriman pada-Nya sebab Ia lah benteng pertolongan kita, jangan goyah dalam iman ketika ada pergumulan sebab Firman Tuhan memberi sukacita pada orang-orang yang beriman. Seperti tema kita dalam minggu ini yakni Firman Tuhan memberikan Sukacita. Kita sudah mengetahui bahwa di dalam Firman-Nya ada sukacita. Maka dari itu tetaplah serius dalam memahami firman-Nya sehingga kita akan mendapatkan sukacita tersebut. Luangkan waktu kita untuk semakin memahami Firman-Nya agar kita akan lebih mengerti rancangan kasih pertolongan dan damai sejahtera-Nya dalam segala perjalanan hidup kita dan sampaikan kabar sukacita ini kepada semua manusia agar kita semua merasakan sukacita yang datangnya dari pada Tuhan.

 

Vio Eliasna Br Tarigan-Mahasiswa Praktek UKSW

MINGGU 20 FEBRUARI 2022, LUKAS 6:27-37

Invocatio  : “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?” (Mazmur 42:6)

Bacaan  : Kejadian 45 : 3 - 16 (Tunggal)

Tema : “Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan”

 

Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, satu lagu rohani ciptaan (+) Jeramin Silangit berjudul “Ula Subuki Sijahat Alu Sijahat.” Nyanyian ini mengajak kita agar tidak kalah terhadap kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kasih. Penggalan syairnya di antaranya:

Ula kal subuki si jahat alu perbahanen si jahat.

Tapi taluken si jahat alu keleng ate si bas Bapa nari.

Ula kal subuki si jahat alu perbahanen-perbahanen si jahat

Tapi taluken si jahat alu keleng ate si bas Bapa nari.

Kejahatan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Kejahatan bisa terjadi di rumah, di sekolah, tempat kerja, di jalanan, di lingkungan tempat tinggal, bahkan bisa terjadi di tempat pelayanan di gereja. Kejahatan bisa terjadi di pagi, siang, sore, petang dan malam hari. Kejahatan terjadi di waktu sunyi juga di saat ramai. Apa dan bagaimana sikap dan jawaban kita bila kejahatan dan kekerasan terjadi?  

 ISI

Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada mereka (ayat 27 – 31)

Tuhan Yesus tahu dan melihat bangsa Yahudi sedang dijajah oleh kerajaan Romawi. Sebagai manusia, Yesus adalah bagian dari bangsa Yahudi. Kejahatan dan kekerasan dari penjajah terhadap bangsa Yahudi yang terjajah pada saat itu adalah realita sehari-hari di mana-mana. Kekerasan terhadap orang Yahudi adalah sebagai pengingat agar mereka jangan mencoba untuk melawan dan memberontak. Melawan dan memberontak akan menerima nasib buruk yang begitu pahit yaitu kekerasan bahkan kematian. Kekerasan terhadap orang Yahudi bahkan terus mengalami peningkatan secara teratur. Selain tahu dan melihat tindakan kekerasan, Tuhan Yesus juga tahu dan melihat jawaban beragam dalam kelompok-kelompok orang Yahudi. Orang Zelot memilih untuk memakai kekerasan melawan penjajah Romawi. Orang Saduki memilih untuk bekerjasama (kompromi) dengan penjajah. Orang Esseni memilih menarik diri, menutup diri atau mengasingkan diri dari kehidupan nyata. Sementara orang Farisi menerapkan peraturan-peraturan agama secara berlebihan. Yesus tidak memilih atau mengikuti satupun. Sebaliknya Yesus mengajarkan sesuatu yang berbeda dari keempat kelompok yang ada. Yesus mengajarkan para muridNya, pertama: mengasihi musuh-musuhnya (ayat 27a). Mengasihi para musuh adalah sebuah perintah yang radikal. Mengasihi yang Yesus maksudkan bukan hanya soal perasaan sentimentil tetapi sebuah tindakan kasih yang dinamis, yang ditunjukkan dalam perbuatan dan tindakan aktif serta inisiatif yang mentransformasi (mengubahkan). Kedua: melawan kejahatan dengan berbuat baik dan mendoakan musuh (ayat 27b, 28). Selanjutnya Yesus memberikan 3 contoh tindakan orang yang lemah tak berdaya terhadap kekuasaan, ketidakadilan dan perbuatan yang tidak manusiawi. Pertama, memberikan pipi yang lainnya (ayat 29a) ; kedua, membiarkan untuk mengambil baju juga (ayat 29b); ketiga, memberikan kepada orang yang meminta dan tidak memintanya kembali (ayat 30). Yesus juga mengajarkan aturan emas yaitu berbuat apa yang kita mau agar orang lain perbuat untuk kita (ayat 31, bdk. Mat. 7:12). Aturan emas ini dilakukan bahkan ketika menghadapi orang yang nyata-nyata memusuhi kita.    

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat, menjumpai dan bisa mengalami kejahatan dan pelanggaran. Yang pertama, pastikanlah bahwa kita tidak menjadi pelaku kejahatan dan kekerasan terhadap keluarga, rekan, saudara seiman dan sesama. Bertobatlah bila kita menjadi orang yang berlaku jahat dan keras. Selanjutnya, bila kita dijahati dan dizalimi, marilah kita seperti Yusuf yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Kej. 45:3-16). Apa yang dilakukan oleh Yusuf secara sempurna telah dilakukan oleh Yesus. Mari mengasihi orang yang berbuat jahat bahkan memusuhi kita. Berbuat baiklah, lakukan perbuatan baik terhadap orang yang jahat terhadap kita. Jangan biarkan hati dan pikiran kita dikuasai oleh nafsu untuk melawan dan membalas kejahatan dengan kejahatan (Mzm. 42:6). Berkati dan doakanlah mereka yang jahat dan memusuhi kita. Yesus membalas dosa dan kejahatan manusia dengan kasih yang sempurna, kasih yang memberi diri. Mari mengikuti ajaran dan teladan Tuhan Yesus. Marilah dengan aktif melakukan tindakan dan perbuatan baik sekalipun kita dijahati dan dizalimi dalam hidup kita. Kita tidak boleh hanya diam, pasrah, menyerah pasif dan berharap kejahatan berhenti apalagi mengalahkan kejahatan. Dengan kasih yang dinamis, aktif dan dengan perbuatan baik yang nyata kita bisa mengatasi dan mengalahkan kejahatan. Ini yang telah dilakukan oleh Nelson Mandela juga yang dilakukan Ahok.    

Orang percaya berbeda dengan orang berdosa (ayat 32 - 37)

Yesus sangat menekankan kasih terhadap semua bahkan terhadap musuh. Jikalau murid-muridNya mengasihi orang yang mengasihinya saja maka ia sama saja dengan orang berdosa. Jika murid-murid berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada mereka saja maka ia sama dengan orang berdosa. Dan jika orang percaya meminjamkan kepada orang yang dapat diharapkan untuk menerima kembali, maka ia tidak berbeda dengan orang-orang berdosa (ayat 32-34). Para murid harus mengasihi musuh, berbuat baik kepada musuh dan meminjamkan dengan tidak mengharapkan balasan. Maka upah murid-murid akan besar dan dengan jalan itulah mereka menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi. Murid-murid Yesus hendaknya murah hati sama seperti Bapanya murah hati (ayat 35-36). Murid-murid tidak boleh menghakimi supaya ia jangan dihakimi. Jangan menghukum supaya jangan ia dihukum. Para murid harus mengampuni supaya ia juga diampuni (ayat 37). Firman Tuhan berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2a).            

Orang percaya beda dengan orang berdosa. Anak-anak Tuhan harus berbeda dengan anak-anak-anak dunia. Sekalipun tinggal di dunia, kita orang percaya tidak boleh sama dan tidak serupa dengan dunia. Ya, kita orang Kristen harus berani tampil beda dalam hal kebenaran. Jikalau manusia pada umumnya hanya mengasihi orang yang mengasihi dia, berbuat baik kepada orang yang berbuat baik, dan memberi kepada orang yang dapat memberi kembali atau mendapat imbalan kepadanya, tidak demikian dengan anak-anak Tuhan. Kita harus lebih dan melebihi mereka. Kita bahkan mengasihi musuh kita, berbuat baik terhadap mereka dan memberi dengan tidak mengharapkan imbalan. Hanya dengan mengasihi musuh dan berbuat baik terhadap mereka yang bisa mengatasi dan mengalahkan kejahatan dan kekerasan. Mengasihi dan berbuat baik terhadap musuhlah yang bisa menghasilkan hubungan yang diubahkan kepada yang benar dan lebih baik (transformasi) dan yang memungkinkan terjadinya pertobatan, rekonsiliasi, keadilan dan perdamaian.  

Tema: “Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan”

Membalas kejahatan dengan kebaikan, gampang mengatakannya tetapi susah melakukannya. Secara kedagingan kita, kita lebih memilih membalas kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan. Gigi ganti gigi, mata ganti mata. Tetapi firman Tuhan tetap firman Tuhan. Dengan beriman dan taat kepada Tuhan Yesus, kita dimampukan melakukannya. Yesus adalah junjungan dan teladan agung kita. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia tidak juga mendiamkan dan menyerah pasif terhadap kejahatan. Sebaliknya Yesus dengan aktif menghadapinya dan mengajarkan agar kita mengalahkannya dengan mengasihi dan berbuat baik. Ya, kejahatan tidak akan berkurang, reda dan hilang dengan kejahatan. Kejahatan justru akan semakin besar, meningkat dan meluas bila dilawan dengan kejahatan. Tetapi kejahatan dibalas dengan kebaikan maka kejahatan akan reda, berkurang dan berhenti. Api tidak bisa dipadamkan dengan adi dan BBM, api dipadamkan dengan air. Balaslah air tuba dengan air susu. Jangan sebaliknya membalas air susu dengan air tuba atau air comberan. Kita bisa membalas air tuba dengan air susu karena kita anak-anak Tuhan, bukan anak-anak Setan. Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tindakan setan dan hewan. Membalas kejahatan dengan kejahatan adalah insani. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah ilahi.    

Penutup/ kesimpulan

Kejahatan adalah akibat dan buah dosa. Manusia berbuat jahat bagi sesama manusia, kepada ciptaan bahkan terhadap Allah. Kejahatan bisa terjadi kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Kejahatan bisa dalam bentuk pikiran, perkataan dan tindakan. Kita tidak bisa menghilangkan kejahatan. Tetapi kita bisa memilih untuk tidak berbuat jahat. Kita juga bisa memilih sikap dan jawaban kita terhadap kejahatan yang ada. Jangan diam dan pasif atas kejahatan yang terjadi. Lawanlah kejahatan berdasarkan firman Tuhan Yesus. Lawan kejahatan bukan dengan kejahatan tapi dengan kasih dan perubatan baik. Di dalam dan bersama Tuhan Yesus dan firmanNyalah kita dimampukan melawan dan mengalahkan kejahatan. Amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh; GBKP RG Bogor

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD