MINGGU 10 APRIL 2022, KHOTBAH MAZMUR118:19-29 (MINGGU PALMARUN)

Invocatio :

Kolose 1:20b dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus

Ogen :

Matius 21:1-9 (Tunggal)   

Tema :

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan

 

Pendahuluan

Ada satu lagu pujian yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena Dia baik. “Bersyukur kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan. Sebab Dia baik bersyukur kepada Tuhan.” Sekalipun, situasi yang kita alami ada dalam kesusahan, penderitaan, kita percaya ada rancangan Tuhan yang baik dalam hidup kita, sehingga kita senantiasa mampu bersyukur.

Mazmur 113-Maz 118 biasa dipakai oleh orang Yahudi pada perayaan Paskah setiap tahunnya. Dua Mazmur pertama dinyanyikan sebelum perjamuan Paskah, dan sisanya setelah perjamuan. Dengan demikian menurut beberapa penafsiran, mazmur ini adalah nyanyian terakhir yang dinyanyikan Yesus Kristus sebelum kematianNya.

Pemazmur terlebih dahulu mengajak Israel secara keseluruhan (2..biarlah Israel), Pemimpin Rohani (3..kaum Harun), dan semua umat yang takut akan Tuhan (4) untuk memuji Tuhan. Setelah ajakan mengucap syukur (ay. 1-4), pemazmur menceritakan tiga kesaksian berbeda akan karya Tuhan dalam hidupnya. Yang pertama ay/ 5-9, kesaksian akan pertolongan Tuhan dari kesesakan karena himpitan musuh. Terbukti, Tuhan adalah tempat perlindungan yang lebih teruji daripada manusia, bahkan bangsawan sekalipun. Kedua, ay. 10-12, kesaksian raja akan pertolongan Tuhan ketika musuh berupaya menaklukan bangsanya. Umat Israel berulangkali mengalami bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari cengkraman dari bangsa-bangsa musuh. Ketiga, ayat 13-25 yang juga menjadi bagian kotbah kita, adalah kesaksian pemazmur yang mengalami pembentukan dari Tuhan melalui penolakan dan hajaran. Tuhan mengijinkan dia kalah dan babak belur, tetapi pengalaman itu justru membentuk kekuatan dan ketangguhan untuk tetap setia kepada Tuhan. Dialah batu yang dibuang tukang bangunan, tetapi yang dijadikan sebagai batu penjuru untuk mengokohkan sebuah bangunan. Dan kembali Masmur ini ditutup dengan ajakan bersyukur, yang merupakan ulangan dari ay. 1.

Pendalalam Teks

Sebagaimana pengantar menjelaskan bahwa perikop ini adalah ungkapan syukur pemazmur yang sungguh merasakan pertolongan Tuhan, walaupun diawali dengan penderitaan (ay. 18 Tuhan menghajar aku dengan keras), tetapi pemasmur mengimani itu adalah cara Tuhan dalam membentuk pemazmur. Sehingga pemasmur tidak lupa mengucapsyukur kepada Tuhan. Ada 6 kali kalimat yang menunjukan ungkapan syukur pemazmur atas pertolongan Tuhan (ay 19, bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk dan mengucap syukur kepada Tuhan, ay. 21 aku besyukur kepadaMu, sebab Engkau menjawab aku, dan telah menjadi keselamatanku, ay. 24 bukan hanya bersyukur tapi juga bersorak-sorak dan bersuka cita selamanya, ay. 28 Allahku aku hendak bersyukur kepadaMu, aku hendak meninggikan Engkau dan ditutup di ay. 29 ajakan bersyukur : Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Dia baik.

Dan di ay. 22-23 Apalagi yang dialami oleh pemazmur, merupakan kesaksian pengalaman hidup Yesus Kristus. Dimana Yesus menerapkan ayat ini pada diriNya sendiri karena Ia ditolak oleh umatNya sendiri, tetapi kemudian menajdi batu penjur rumah Allah yang baru, yaitu gereja. Pemazmur bermohon, supaya Tuhan memberi keselamatan dan juga nubuatan keselamatan melalui pengorbanana Kristus dan dinyanyikan oleh orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem. Pembacaan Firman Tuhan pertama (ogen), Judul Yesus dielu-elukan di Yerusalem, bagaiman sambutan yang sangat antusias dari orang banyak pada waktu itu yang mengharapkan Yesus sebagai penyelamat/pembebas dari bangsa Romawi yang selama ini sudah menjajah bangsa Israel. Sehingga orang banyak menyebut Yesus bukan saja sebagai Mesias yang datang dalam nama Tuhan tetapi juga sebagai nabi yang datang dari Nazaret (11). Namun dari perspektif Yesus, Dia sengaja mendemostrasikan diriNya sebagai Mesias dengan karakter dan tujuan yang berbeda. Yesus menunggang keledai bukan kuda (sesuai dengan nubuatan nabi Zakaria (Za 9;9), keledai merupakan simbol perdamaian dan kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Yesus tidak menungang kuda yang adalah lambang kekuatan dan kuasa. Bahkan Yesus tidak menunggang induk keledai, melainkan anaknya (ay. 7). Demonstrasi Yesus ini hendak menegaskan kemesiasanNya yang bersifat rohani. Ia datang sebagai raja damai untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan dosa dan dari konsekuensi hukaman Allah.

Aplikasi

Minggu ini adalah Minggu Palmarum, minggu yang mengingatkan kita akan peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum Dia menjalani Via dolorosa. Umat menyambutNya dengan penuh sukacita sambil menghamparkan baju-baju (seolah red karpet), di jalan dan memotong ranting ranting dari pohon dan menyembarkan nya di jalan. Tradisi ini sampai sekarang masih diteruskan oleh beberapa gereja.

Apa pesan Firman Tuhan pada minggu Palmarun tahun ini

  1. Tetaplah besyukur kepada Tuhan dalam setiap perkara hidup kita, karena Tuhan baik. Sekalipun ada-hal-hal yang tidak kita mengerti adalah cara Tuhan untuk membentuk kita. Percayalah pertolonganNya selalu tepat pada waktuNya.
  2. Pujia-pujian pengaggungan kita kepada Tuhan harus tulus, bukan karena ada keinginan kita (udang di balik batu), bahkan ada hidden agenda, sehingga seringkali yang terjadi ketika tidak sesuai dengan harapan/ekpetasi kita kecewa.
  3. KehadiranNya sebagai Juruslamat yang membebaskan orang-orang berdosa dengan kelemahlembutan, kerendahan hati bukan kekerasan dan keangkuhan. Biarlah lah terpenggil untuk menjadi penolong, pembebas, jurudamai dengan karakter yang tetap mengedepankan kerendahan hati.

 

Pdt. Larena br. Sinuhadji-Rg. Cikarang

MINGGU 03 APRIL 2022, KHOTBAH FILIPI 3:4b-14

Invocatio: Yesaya 53:3

Bacaan: Yesaya 43:16-21

Thema: Ikut Merasakan Penderitaan Kristus

 

I. Pendahuluan

Masa Prapaskah disebut passio artinya “sengsara”. Dengan demikian, makna “Minggu Sengsara” harus terus kita rayakan demi menguatkan iman percaya kita dalam menapaki perjalanan hidup kita. Minggu ini umat diajak merenungkan makna sengsara dan penderitaan Yesus yang akan terjadi. Masa Minggu Sengsara bukan dimaksudkan agar umat menyukai penderitaan (masokhisme). Dalam sikap masokhisme seseorang menyukai dan menikmati rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri atau orang lain. Perilaku masokhisme adalah kelainan psikis dan perlu diterapi secara medis dan spiritual. Sebaliknya, melalui Minggu Sengsara ini umat diajak merenungkan bahwa keselamatan mereka telah dibayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah Putera Allah, Yesus Kristus (1 Ptr. 1:18-19). Respon umat pada Minggu Sengsara ini adalah kesediaan diri untuk menghayati keselamatannya sebagai rahmat Allah, sehingga mengalami proses pembaharuan hidup dalam karya penebusan Kristus melalui pola hidup menurut keinginan Roh. Dalam sudut pandang Minggu Sengsara, umat percaya bukan menyesali dosa dan kesalahannya dengan melukai diri sendiri, sebaliknya mengalami proses pemulihan dari luka-luka dosa, yaitu pembaharuan diri yang didasarkan pada anugerah Allah.

II. Isi

Dalam Filipi 3:4-6 Paulus menyaksikan bagaimana ia dahulu hidup tanpa cela menurut ukuran keagamaan, tunduk dan taat pada hukum Taurat, status dan kedudukannya terhormat sebagai orang Farisi, dan dari kelahirannya, ia adalah orang Ibrani asli. Selain itu, Paulus memiliki semangat militan untuk menegakkan kebenaran agamanya, sehingga menganiaya umat Kristen. Inilah keutamaan yang dianggap Paulus semula hebat dan benar ternyata setelah perjumpaannya dengan Kristus dipintu gerbang kota Damsyik, apa yang dianggapnya selama ini hebat dan benar ternyata salah besar. Nilai keutamaan sebagai nilai terbaik akan diperoleh ketika seseorang memperoleh pencerahan yang membebaskan. Sering, seseorang menganggap dirinya telah melakukan nilai keutamaan hanya karena telah melakukan kewajiban agama dan moral belaka. Seharusnya, kewajiban dan tanggung jawab moral kita didasari oleh pencerahan rohani, sehingga menghasilkan sudut pandang yang baru. Melalui pencerahan rohani, kita dimampukan melihat dan menilai tiap kewajiban dan tanggung jawab moral dari lingkup yang lebih luas dan kritis. Kita tidak sekadar melihat dan memaknainya sekadar sebagai sesuatu yang harus kita lakukan dengan setia. Tetapi, kewajiban dan tanggung jawab moral kita itu secara sengaja ditempatkan pada peristiwa penyataan Allah yang telah terjadi dalam sejarah hidup manusia.

Pencerahan dan pembebasan itu terjadi melalui perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus. Pengalaman yang mencerahkan dan membebaskan tersebut juga disaksikan Paulus setelah ia berjumpa dengan Kristus (Flp. 3:4-5). Paulus melepaskan seluruh kebanggaan yang dimiliki, setelah ia menemukan yang lebih mulia, lebih kekal, dan keselamatan yang tiada taranya. Selama kita belum menemukan sesuatu yang lebih berharga dan mulia, kita sering menganggap apa yang kita banggakan sebagai milik kita itu lebih dari segala-galanya. Namun, pada saat seseorang berjumpa dan mengenal Kristus, barulah ia menyadari bahwa seluruh kebanggaan dan kemegahannya hanyala sia-sia belaka. Setelah berjumpa dan mengenal Kristus, yang dahulu dianggap sebagai suatu keuntungan ternyata kerugian semata.

Yesaya 43:16 menyaksikan bagaimana Allah berkarya dengan membuat jalan melalui laut yang hebat. Bagi umat Israel, lautan merupakan wilayah yang berbahaya dan tempat kuasa kegelapan tinggal. Itu sebabnya mereka menghayati peristiwa keluarnya bangsa itu dari Mesir sebagai tindakan pertolongan dan karya keselamatan Allah yang mampu membebaskan mereka dari kuasa Firaun, sekaligus dari cengkeraman kuasa kegelapan. Dalam Yesaya 43:18-19 Allah menghendaki agar kita memiliki sudut pandang luas ke depan, dan mampu secara kreatif mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan, seperti seseorang yang mampu mengubah padang gurun menjadi jalan, dan padang gurun yang kering memiliki aliran sungai. Saat hidup kita dilandasi kasih yang murni, kita akan dimampukan Allah untuk melakukan hal-hal transformatif dan kreatif sehingga karya, serta pelayanan kita dapat menjadi berkat yang tidak pernah lekang oleh waktu dan perubahan zaman. Ingatlah bahwa tujuan utama seluruh pelayanan kita pada intinya adalah kemuliaan Kristus (Yes. 43:21). Nilai keutamaan hidup kita adalah memuliakan Allah dan Kristus yang dinyatakan melalui tindakan yang transformatif dan kreatif sesuai dengan karunia hikmatNya.

III. Refleksi

Paulus memperlihatkan sikap imanya yang kita ditafsirkan maknanya dalam sudut pandang baru dalam karya penebusan Kristus. Di Filipi 3:13-14 bisa kita lihat, dengan sudut pandang iman yang baru, Paulus mampu menghayati makna “pertobatan” secara eksistensial, sehingga ia tidak terjebak pada romantisme iman di masa lalu. Melalui Kristus, Paulus menemukan kekayaan iman, sehingga ia melupakan apa yang ada di belakangnya dan mendorong dia untuk secara progresif bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Hubungan antara bahan khotbah dan bahan bacaan kita ini menghasilkan sikap iman yang otentik. Paulus menghayati iman kepada Kristus sebagai panggilan yang mendorongnya melakukan dengan antusias. Iman yang otentik dilakukan oleh Paulus dengan penuh semangat, tidak sekadar meniru dengan ekspresi orang lain. Ia tidak sekadar mengungkapkan kasihnya kepada Kristus menurut pola hukum Taurat, tetapi utamanya ia mengungkapkan secara otentik, tidak terduga dan sangat menyentuh hati.

Pengenalan yang dalam akan Kristus membuat kita mau ikut dalam penderitaan yang pernah dijalan oleh Kristus. Berada dalam persekutuan dengan Kristus berarti mengalami kuasa perubahan: kuasa pengampunan dosa, kuasa penciptaan hidup yang baru. Kuasa ini telah dialami oleh Paulus. Oleh kuasa itu hidupnya berubah, hidupnya menjadi lain daripada hidupnya yang dahulu. Itu tidak berarti bahwa hidupnya yang sekarang lebih senang dan lebih indah daripada hidupnya yang dahulu. Persekutuan dengan Kristus bukan saja membawa pengampunan dosa dan hidup baru. Persekutuan itu juga berarti partisipasi dalam penderitaan Kristus. Sehingga orang yang berbuat demikian juga turut menderita dengan Dia, bukan karena kehendaknya sendiri, tetapi karena kehendak Dia. Bukan untuk memenuhi penderitaan penebusanNya, sebab hal itu tidak mungkin, tetapi untuk turut menanggung penderitaan yang Ia tanggung di dalam orang itu. Dengan penderitaan demikian ia menjadi serupa dengan Dia dalam kebangkitanNya.

 

Pdt Andreas P Milala

Rg Cibinong

MINGGU 27 MARET 2022, KHOTBAH MAZMUR 32:8-11

Invocatio   :

Bersukacitalah senantiasa Di Dalam Tuhan!Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah! (Fil 4:4)

Bacaan :

Lukas 15:1-7 ( Tunggal)

Tema :

Meriahlah Atendu Ibas Tuhan/Bersukacitalah di dalam Tuhan

 

Pendahuluan

Setiap manusia menginginkan hidupnya bersukacita dan bahagia. Kebahagiaan atau sukacita sering dikaitan dengan keadaan atau situasi. Sebagai contoh jika seseorang berhasil, berhasil di dalam pekerjaan, persekolahan, usaha, keluar dari masalah, sehat dari penyakit, sukses meraih pendidikan tinggi maka semua ini akan membuat kita bahagia. Wujud dari kebahagian ini bisa kita tunjukan dengan melakukan pesta, makan bersama bahkan di tradisi orang Karo bisa membuat acara syukuran sampi menari semalam suntuk.Apakah ini sebenarnya arti dari bersukacita, kebahagiaan atau malam ate? Sebenarnya tidak salah jika kita berhasil kita bersukacita, kita sukses kita sukacita. Sebab menurut KBBI arti sukacita adalah girang hati berarti ada sesuatu yang membuat girang hati. Tetapi sebenarnya bukan hanya sebatas memiliki atau mendapat. Jika ini yang kita maksudkan dengan sukacita maka tidak semua manusia yang ada didunia ini bisa merasakan sukacita tersebut. Hanya orang orang yang mendapat dan memilikilah pemilik sukacita tersebut. Bagimana dengan orang orang yang mungkin susah, menderita, tersampingkan, sakit, gagal di dalam kehidupan ini apakah mereka tidak bisa bersukacita. Terlebih pada masa sekaranhg ini kita masih ada didalam masa pandemi yang terjadi banyak masalah dan pergumulan bahkan banyak diantara kita yang kehilangan baik itu pekerjaan dan juga saudara saudara kita yang lebih dahulu meninggalkan kita. Pertanyaanya apakah mereka bisa bersukacita?Pada Minggu latare yang artinya sukacita kita akan melihat dari sisi alkitab apa yang dimaksud dengan sukacita.

Pembahasan Nats

Masmur 32 menurut M.C, Barth digolongkan ke dalam Masmur Doa ucapan syukur (Tafsir Mazmur 1-72). Ungkapan syukur ini disampaikan oleh penulis Masmur karena doanya dijawab oleh Tuhan. Doa yang dijawab itu merujuk kedalam beberapa hal yaitu: dibebaskan dari bahaya maut dan penyakit (30), dibebaskan dari fitnah (66), dibebaskan dari penindasan(92) dan dibebaskan atau daimpuni dosanya(32). Secara garis besar ada dua isi dari masmur doa ucapan syukur tersebut pertama adalah ajakan bersyukur atau situasi yang ada dari penulis dan kedua adalah penyebab dari ucapan syukur tersebut.Kalau kita melihat secara menyeluruh Mazmur 32 kita dapat melihat bahwa ayat 1 dan 2 adalah kondisi dari penulis sendiri dimana Daud sebai penulis merasakan sangat bersukacita sebab ia telah dibebaskan dari belenggu dosa yang menghimpitnya di dalam kehidupanya. Yang membebaskan Ia dari belenggu dosa dan hukuman terhadap dosanya bukan kekuatan dan usaha yang dilakukanya semua itu karena kasih Tuhan. Hal ini berbeda dengan kondisinya ketika ia masih ada dibawah belenggu dosa ini digambarkan oleh Daud didalam ayat 3 dan 4 ia merasakan penderitaan yang luar biasa. Ia merasa tertekan gambaranya sampi ketulang sumsumnya dan merasakan panas yang luar biasa. Artinya ia tidak memiliki ketenangan , ketentraman secara keseluruhan dari hidupnya tidak ada yang memberikan sukacita dan kedamaian pada hal ia raja pemilik segalanya. Ini dirasakanya bukan hanya sewaktu waktu tapi seluruh keberadaan dan situasi hidupnya dirasakanya sebab di katakana siang dan malam. Jadi tidak ada sebentar juga ia merasa tenag hidupnya terus merasakan kesakitan dampak dari dosanya. Kemudian ia datang kepada Tuhan. Hal ini dapat kita lihat ketika nabi Natan menegor dosanya akhirnya ia datang kepada Tuhan mengakui semua dosanya (2 Samuel 12:13). Ia telah berdoasa dengan melakukan perbutan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Ia menggunakan kuasa dan hawa nafsunya untuk merebut istri panglimanya. Ia merasa dengan memiliki istri panglimanya akan mendatangkan sukacita tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ia mengakui semua dosanya tersebut.Dan seterusnya ia menghimbau juga bahwa setia orang yang berdosa datanglah kepada Tuhan dan minta pengampunan dosa. Katanya ketika Tuhan dapat ditemui artinya ketika ada kesempatan hendaklah langsung datang kepada Tuhan jangan mengeraskan hati Tuhan pasti mengampuni. Kemudian penulis melanjutkanya ke dalam bahan khotbah kita. Pada bagian Khotbah kita Daud menuliskan bagaimana Tuhan bukan hanya mengampuni tetapi juga meminta kepada orang yang diselamtakan itu dua hal yaitu mendengarkan, melakukan dan mengarahkan mata kepada jalan yang akan ditunjukan oleh Tuhan. Hidup orang yang diselamatkan harus berfokus kepada Tuhan agar tidak disesatkan kembali oleh dunia dan keadaan sekitarnya.Hal kedua adalah supaya jangan keras kepala dan sulit mendengarkan didikan dan ajaran. Daud melambangkanya seperti kuda yang tidak berakal. Artinya tidak mau mendengarkan dan tetap dikuasai oleh keinginanya dan nafsunya. Karena demikian kegarannganya atau nafsunya harus dikendalikan yaitu dengan kekang. Demikian juga orang yang sudah diselamatkan harus bisa mengekang dirinya dari semua keinginanya yang bisa menyebabkan jatuh lagi kedalam belenggu dosa.Kemudian di ayat 10 Daud menggambarkan apa ayang terjadi bagi orang yang fasik yang tidak mau bertobat dan tetap hidup menuruti segala keinginan dan nafsunya. Digambarkan banyak derita yang dialaminya hal ini dapat juga dengan jelas kita lihat didalam Masmur 37 yang diberi judul “Kebahagiaan orang fasik” Orang fasik menghalalkan segala cara untuk memperoleh yang ada didunia ini yang dianggapnya kebahagiaan atau sukacita tetapi pada akhirnya kebahagin dan sukacita yang dimilikinya itu hanya semua. Di dalam Mzm 37 :9 dikatakan bahwa orang fasik yang berbuat jahat akan dilenyapkan tetapi orang yang menantikan Tuhan akan mewarisi negri. Jadi jelas bahwa bukan sukacita yang diterima orang fasik pada akhirnya tetapi hukuman yang kekal mereka dilenyapkan selamnya. Setelah itu Daud menutup Masmur 32 ini dengan sebuah penutup yang indah dan menyimpulkan bahwa hanya di dalam Tuhan terdapat sukacita dan orang yang jujur dan benar akan memperolehnya. Jadi untuk mendapatkan sukacita yang datanngnya dari Tuhan kita harus hidup seturut dengan kehendaknya.Dalam invocation kita Filipi 4:4 Paulus lebih jauh mengatakan bukan situasi atau keadaaan yang membuat kita bersukacita. Tetapi jiia kita ada bersama dengan Tuhan yang menguasai situasi dan keadaan tersebut sebab Tuhan mamapu mengubah situasi yang susah, kesakitan , pergumulan dan masalah menjadi keberhasilan dan sukacita. Paulus mau mengatakan Tuhan adalah penyebabnya. Bukan hanya ketika kita susah tetapi didalam semua kondisi kebneradaan hidup kita kita tetap ada di dalam Tuhan. Sukacita kita juga bukan hanya sebatas sukacita yang ada didunia ini tetapi kita juga mau beroleh sukacita yang abadi hal ini digambarkan juga di dalam bacaan kita di dalam Kitab Injil Lukas 15:1-7 bahwa sorga juga bersukacita jika ada seorang yang bertobat dan mau hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Jadi orang yang bertobat dan hidup seturut dengan kehendak Tuhan akan membuat tambah sukacita di sorga sebab tambah penghuni sorga. Dan yang menjadi penghuni itu adalah kita yang telah diselamtkan. Jadi bisa saja kita didunia ini tidak mendapatkan atau memiliki segala Sesutu yang mebuat kita bersukacita tetapi tidak itu alaasan kita orang yang sudah ditebus kembali jatuh kedalam dosa sebab kita mengejar sukacita yang ada di sorga juga sukacita yang tidak pernah lenyap dan kekal selamnya.  

Aplikasi

Dari ketiga bahan alkitab kita pada minggu Latare atau sukacita ini kita dapat meihat beberapa hal di dalam khotbah kita yaitu:

1.Banyak kita menggambarkan atau mengartikan sukacita dan bahagia itu adalah sebatas memiliki atau situasi yang menyenagkan.Akibat pemahaman yang seperti ini maka banyak diantara kita berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Sebenarnya tidak salah tetapi jika kita memakai segala cara untuk mempeolehnya maka kita akan jatuh ke dalam dosa. Hal ini yang dilakukan oleh Daud ketika ia ingin memenuhi ambisinya untuk memiliki istri panglimanya Uria. Akhirnya ia menggunakan segala cara jatuh ke dalam dosa. Yang dianggapnya kebahagian dan sukacita tetapi membawa penderitaan ke dalam kehidupannya.

2. Hanya di dalam Tuhanlah kebahagian yang sesungguhnya. Jika kita hidup di dalam Tuhan dan seturut dengan kehendaknya makia segala sesuatu yang kita miliki akan kita kelola sesui dengan kehendak Tuhan. Bahkan jika kita juga ada di dalam pergumulan dan masalah maka bersama dengan Tuhanlah maka kita bisa mengatasi segala masalah yang ada tersebut sebab Tuhan punya kuasa untuk mengubah segala sesuatu pergumukan di dalam kehidupan kita. Bukan hanya itu bahkan Tuhan dengan kasihnya juga telah menebus kita manusia yang berdosa yang seharusnya binasa menjadi manusia yang diselamtkan sperti apa yang dialami oleh raja Daud. Dan hanya Tuhan yang mampu melakukan itu segala yang ada didunia ini tidak mampu memberikan sukacita dari pembebasan dosa bahakn segala yang kita miliki juga tidak mampu. Tuhan juga bukan hanya menyiapkan sukacita yang sementara yang kita terima didunia ini Tuhan juga menyiapkan sukacita yang kekal.

3.Untuk memperoleh sukacita tersebut Kita juga harus mengerjakan bagian kita. JIka kita ingin memperoleh sukacita didunia ini dan juga yang dijanjikan oleh Tuhan maka kita harus hidup seturut dengan kehendak Tuhan.Jika kita memiliki dosa kita harus datang dan mengungkapkan segaka dosa kita dan menerima pengampuna dari Tuhan. Setelah itu kita harus hidup seturut dengan kehendak Tuhan.Hal ini jelas dikatakan di dalam ayat 8 mengarahkan mmata dan hati kepada Tuhan sehingga kata Tuhan atau Firmanya menjadi kekang bagi kita sehingga kita tetap berjalan dijalan Tuhan dan tidak lagi jatuh ke dalam godaan dosa. Mungkin di dalam menjalaninya kita mengalami banyak tantangan dan juga cobaan bahkan bisa saja kita tidak memperoleh sukacita yang ada didunia ini tetapi jangan itu mebuat kita meninggalkan dan berpaling dari Tuhan sebab Tuhan menjanjikan sukacita yang abadi bagi orang yang benar dan jujur.

4. Orang yang tidak hidup didalam Tuhan atau yang disamakan dengan orang Fasik. Yang mencoba memperoleh sukacita dengan yang ada didunia bahkan berusaha memperolehnya dengan menghalalkan segala cara maka ia akan mengalami penderitaan yang luar biasa sama seperti ketika Daud jatuh kedalam dosa dan ini digambarkan juga di dalam masmur 37. Orang fasik memiliki kebahagian atau sukacita yang semua. Mungkin saat ini mereka memiliki semua sukacita yang ada didunia ini tetapi padaakhirnya mereka akan dibinasakan dari dunia ini.

Kesimpulan

Hanya di dalam Tuhan ada kebahagiaan atau sukacita yang abadi. Jadi marilah kita tetap hidup seturut dengan kehendak Tuhan di dalam semua kondisi dan keberadaan kehidupan kita.

 

Pdt Luther E Tarigan

Rg Depok

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD