NATAL I, 25 DESEMBER 2024, KHOTBAH MATIUS 1:18-25

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17: 22)

Bacaan :

Mazmur 117: 1-2

Tema  :

“Sungguh, Yesus Sudah Lahir” (Tuhu Kap Maka Jesus Enggo Tubuh)

 

Pengantar

Selamat Natal! Kita bersukacita karena memperingati kelahiran Yesus Kristus. Sebagai pengantar izinkan saya mengutip tulisan yang sangat baik dari mendiang Pdt Andar Ismail dalam tulisan di Seri Selamat-Selamat Natal yang berjudul “Baca Mulai dari Belakang”.

“Untunglah kelahiran Yesus disusul dengan masa dewasa-Nya di mana IA mengajar, sebab kita percaya bukan kepada seorang bayi melainkan seorang rabi yang mengajarkan dan meneladankan sebuah gaya hidup yang unik. Untunglah kelahiran Yesus disusul dengan kematian-Nya di salib, sebab kita diselamatkan bukan oleh seorang bayi melainkan oleh Juruselamat yang memberi diri-Nya sendiri. Untunglah kelahiran Yesus disusul dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya, sebab kita berdoa bukan kepada bayi Yesus melainkan kepada Tuhan Yesus yang duduk di sebelah kanan Allah.”

Kita merayakan kelahiran Yesus karena kita tahu ending nya, Dialah Juruselamat kita, Sang Penebus. Yang lahir, hidup, mati, bangkit dan naik ke sorga untuk kita orang-orang berdosa. Selamat Natal!

Penjelasan Teks

Matius 1: 18-25

Pada ayat 18 dikatakan bahwa Maria dan Yusuf sudah bertunangan. Pertunangan bagi orang Yahudi adalah sebuah acara formal. Pertunangan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sudah menjadi sebuah ikatan, namun dalam masa pertunangan ini belum hidup bersama. Pertunangan itu sifatnya sudah mengikat laki-laki dan perempuan, tapi masih tinggal di rumah masing-masing. Ini berarti belum terjadi hubungan seksual antara Maria dan Yusuf. Maria mengandung dari Roh Kudus, adalah sebuah mujizat. Hal ini juga mempertegas Yesus adalah manusia karena bertumbuh dalam rahim seorang manusia seperti umunya, tapi Yesus juga ilahi sebab dikandung dari Roh Kudus. Kuasa dan aktifitas kreatifitas Roh Kudus membawa pengharapan Mesianis bagi umat manusia. Ini bisa kita terima dengan perspektif iman dan janji keselamatan dari Allah. Tetapi mari kita melihat juga dari sisi para tokoh yang ada, terutama Yusuf. Reaksi wajar Yusuf ketika mendengar tunangannya mengandung tanpa pernah melakukan hubungan suami-istri dengannya adalah marah, tersinggung, penuh asumsi negatif.

Bagaimana dengan Maria? Untuk melengkapi ini kita perlu membaca Lukas 1: 26-56, yaitu ketika Maria dikunjungi oleh malaikat Gabriel untuk memberitahukan Maria akan mengandung dan melahirkan Yesus. Maria terkejut tapi kemudian ia menerima dengan hati seperti seorang hamba. Tidak lama setelahnya, Maria berangkat ke rumah Elisabet yang juga sedang mengandung. Maria berada di sana selama 3 bulan, lalu dia kembali ke rumahnya. Bagi seorang gadis di masa itu dan ditengah budaya Yahudi, ini hal yang berat, ia mengalami beban mental dan tekanan sosial. Mungkin karena itu ia sampai datang ke rumah ke Elisabet dan menetap di sana selama tiga bulan. Janganlah masa natal kita hanya meromantisasi bunda Maria adalah yang terpilih, luar biasa, tapi bayangkan juga perasaan Maria gadis muda, perawan yang mengandung dan akan melahirkan. Pandangan publik ketika kehamilan terjadi padahal belum tinggal bersama, adalah beban yang harus ditanggung Maria.

Yang menarik di sini adalah sikap Yusuf menghadapi masalah. Ia sudah terikat pertunangan, saat ada persoalan seperti ini, harus ada pemutusan hubungan pertunangan atau sama dengan perceraian. Pada saat itu ada dua cara menceraikan: yang pertama lewat pengadilan, dan karena Maria sudah hamil diluar perkawinan, ia akan dijatuhi hukuman sebagaimana orang berzinah. Hukumannya seharusnya dirajam batu (Ul 22: 23-23). Yang kedua menceraikan secara diam-diam, yang berkumpul keluarga inti saja, tidak melibatkan pengadilan. Kemungkinan besar jika ini terjadi, orang akan berpikir pihak Yusuf yang berubah pikiran dan menceraikan Maria. Cara kedua ini yang dipilih oleh Yusuf. Artinya Yusuf siap memasang badan, membiarkan orang-orang berpikir perceraian ini bisa jadi salahnya, bukan karena ada asumsi perzinahan Maria. Ia memilih cara diam-diam agar Maria tidak kena hukuman dirajam batu. Ini dipikirkan dan direncanakan Yusuf sebelum kedatangan malaikat dalam mimpinya. Malaikat belum datang, dia sudah mau melakukan hal baik. Itulah sebabnya dikatakan Yusuf seorang yang tulus hati. Ketulusan cinta dan kasih Yusuf, berperan penting dalam peristiwa natal.

Tindakan Yusuf, bukan mengutamakan aturan yang ada, tapi yang berbelas kasih. Dan ia berupaya untuk tidak mempermalukan. Maka bisa kita lihat Yusuf memproyeksikan tindakan Allah, ia mengedepankan kasih daripada hukuman.

Namun malaikat Tuhan lebih dulu menampakkan diri dalam mimpi sebelum Yusuf mengeksekusi rencananya. Karena rencana Allah jauh lebih baik. Sebuah pesan agar Yusuf menerima Maria dan bayi dalam kandungannya, karena mereka adalah berkat dari Tuhan, jangan ceraikan, demikian kata malaikat. Dan Yusuf taat, sekalipun ke depannya ia harus berhadapan dengan masyarakat, menghadapi malu, karena belum tentu orang akan percaya Maria mengandung dari Roh Kudus. Yusuf mungkin takut, tapi ia tetap taat demi rencana Tuhan terjadi. Rasa takut tidak membuat Yusuf lari atau tidak melakukan kehendak Tuhan. Seandainya Yusuf tidak mau, sebenarnya Tuhan berkuasa mengatur kelahiran Yesus menurut kehendak-Nya, tapi Yusuf mau dan bersedia, karena itu Yesus lahir, IA sungguh sudah lahir. Yusuf benar-benar taat, bahkan tidak mau mengintervensi pekerjaan Allah dalam Roh Kudus melalui Anak dalam rahim Maria, dengan menahan diri sampai Anak itu lahir dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Mazmur 117: 1-2

Mazmur terpendek ini adalah ajakan bagi segala bangsa untuk memuji Tuhan dan memegahkan Dia. Bukan hanya bangsa pilihan Tuhan tetapi segala bangsa. Tidak terbatas kuasa Tuhan dan tidak dibatasi orang yang memuji Dia. Alasannya: kasih-Nya hebat dan kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya. Tuhan mengasihi kita bukan dengan kasih yang bersyarat, kasihNya tanpa syarat. KasihNya hebat, bahkan sempurna. Tuhan tidak berubah, IA tetap setia sekalipun kita sering tidak setia. Maka tidak ada alasan untuk tidak memuji Dia.

Amsal 17: 22

Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Orang yang hatinya dipenuhi kegembiraan, hal-hal positif, akan memberi pengaruh baik pada tubuhnya. Sebaliknya semangat yang patah mengeringkan tulang. Orang yang tidak punya semangat lagi, tidak melihat hidup sebagai anugerah Tuhan. Ia mudah menyerah dan kering. Orang yang kering tidak bisa mengalirkan kesegaran bagi orang lain. Hati yang gembira harus ada pada kita. Bukan karena kita memilki semua yang kita inginkan, tapi karena kita diberi sukacita oleh Tuhan kita.

Pointer Aplikasi

  1. Memberi ruang untuk melihat peristiwa Natal dari sudut pandang Yusuf. Benar bahwa inti dari Natal adalah kelahiran Kristus Yesus, yang melahirkan adalah Maria. Tapi dalam renungan ini peranan Yusuf juga sangat penting. Ketulusan dan keberaniannya membuat rencana Allah dinyatakan dalam dirinya. Ini perspektif baru dalam menghadapi masalah. Rasa takut jangan membuat kita berlari atau tidak melakukan kehendak Tuhan. Mari meneladani Yusuf, tulus dan berani, tidak lari dari rencana Tuhan, sekalipun tidak mudah untuk dijalani.
  2. Yesus sudah lahir. IA adalah Immanuel: Allah menyertai kita. Kelahiran Yesus adalah tanda Allah hadir dan penyertaanNya selalu ada bagi kita. IA adalah Allah yang selalu setia menyertai (Mzm 117: 1-2). Ia adalah Allah sumber sukacita, yang menjadi obat paling manjur bagi segala luka dan penyakit. Masalah hidup, luka, sakit penyakit, bisa membuat manusia kehilangan iman. Ingatlah Tuhan hadir bagi kita. Jangan hadapi masalah sendirian, semua hanya bisa terselesaikan bersama dengan Tuhan.
  3. Memuji Tuhan adalah bagian dari rasa syukur kita atas karya penyelamatan-Nya. Pujilah Tuhan dengan nyanyian dan tarian. Pujilah Tuhan dengan ungkapan kata-kata. Juga, pujilah Tuhan dengan mengambil bagian, rela hati mengerjakan pekerjaan Tuhan yang mungkin penuh dengan tantangan. Yusuf sudah mengambil bagiannya, Maria juga mengambil bagiannya, tidak mudah, tapi lewat semua itu terpuji nama Tuhan. Marilah kita memuji Yesus Kristus yang sudah lahir itu dengan mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. SELAMAT NATAL.

Pdt Yohana br Ginting

GBKP RG CIBUBUR

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD