MINGGU 09 FEBRUARI 2025, KHOTBAH YOSUA 24:14-24 (EPIPHANIAS V)

Invocatio  :

“Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang     bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-           tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.” (Kejadian 35:2)

Ogen  :

Kolose 3:18-25 (Tunggal)

Khotbah :

Yosua 24:14-24 (Responsoria)

Tema  :

Membawa Keluarga Menyembah Tuhan / Mabai Jabu Nembah man Tuhan

 

Dalam menjalani kehidupan, manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai pilihan. Apakah ingin menjalani hari dengan bersemangat atau berputus asa, melanjutkan sekolah atau bekerja, menikah atau melajang, bahkan pilihan tentang iman. Apakah mau percaya kepada Tuhan atau tidak. Pilihan yang tepat tentu akan membawa kebahagiaan, tetapi pilihan yang keliru akan membawa pada kesusahan dan penyesalan berkepanjangan. Khususnya dalam menjalani kehidupan beriman. Harus ada sikap yang sejalan dengan pilihan yang diambil. Jika memilih untuk beriman kepada Tuhan, maka kehidupan harus diisi dengan ketaatan menyembah Tuhan.

Menyembah Tuhan artinya tunduk pada perintahNya, penuh hormat dan pengabdian yang dijalankan dengan setia dalam kehidupan sehari-hari. Karena di setiap pengalaman hidup adalah perjumpaan dengan Tuhan. Tidak hanya secara pribadi, tetapi juga dalam keluarga. Keluarga Kristen merupakan persekutuan orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sehingga bersama-sama, setiap anggota keluarga mengerjakan bagian kehidupan dengan setia meneladani Firman Tuhan setiap hari. Di dalam keluarga, seseorang bertumbuh secara fisik, akal budi dan rohani, sesuai karunianya masing-masing. Sehingga kehidupan keluarga Kristen harus dibawa untuk mengalami relasi yang menyembah kepada Tuhan. Melalui komitmen Yosua, akan ditampilkan bagaimana kesungguhan, membawa keluarganya menyembah Tuhan dengan setia.

ISI

Yosua 24:14-24 adalah bagian dari pidato perpisahan Yosua ketika ia sudah lanjut umur. Setelah sekian lama memimpin Israel, akhirnya mereka memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan (23:1). Yosua tahu bahwa bangsa Israel akan dihadapkan pada pilihan hidup termasuk kepada siapa mereka akan beribadah. Sehingga dalam kesempatan ini, Yosua mengingatkan kembali bangsa Israel akan komitmen untuk taat dan setia hanya kepada Tuhan. Komitmen ini penting diingatkan lagi oleh Yosua, karena secara pribadi dia mengakui bahwa semua keberhasilan, keselamatan yang diperoleh merupakan berkat yang mereka terima sebagai anugerah Allah (Yosua 23:1–16). Sehingga bangsa Israel tidak boleh menyimpang hati dari Tuhan. Yosua juga menyadari dalam kehidupan bangsa Israel akan ada sifat manusia yang mudah melupakan. Apalagi ketika hidup di tanah Kanaan dengan kenyamanan dan kemakmuran. Bukan lagi bangsa yang dijajah dan sudah menetap di satu wilayah yang baik untuk membangun kehidupan, keluarga dan masa depan yang penuh berkat. Tentunya Yosua menjalankan tugasnya mengingatkan Israel agar jangan sampai segala pencapaian itu, menyebabkan komitmen kesetiaan kepada Tuhan menjadi luntur.

Yosua dengan tegas mengajak bangsa Israel untuk membaharui perjanjian di Sikhem. Dihadapan semua suku Israel, para tua-tua, para kepala, para hakin dan pengatur pasukan, mereka menghadap Allah (ay 1). Yosua menyatakan supaya orang Israel tetap teguh iman dan kesetiaannya hanya menyembah kepada Allah yang benar. Dia memberikan teladan kesetiaan harus dimulai dari diri sendiri dan setiap anggota di dalam keluarganya.

Ayat 14-15 Pilihan Yosua untuk bersama keluarganya menyembah Allah.

Yosua memberi ajakan kepada orang Israel untuk tetap takut akan Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Menjauhkan allah yang dahulu disembah nenek moyang sewaktu di Mesir, yaitu lembu emas yang melambangkan Apis, dewa kesuburan. Dewa-dewa Mesopotamia di seberang Sungai Efrat seperti Marduk, dewa utama bangsa Babilon dan Bel yang serupa dengan Baal, dewa kesuburan bangsa Kanaan. Yosua tidak hanya bertanya tentang pilihan bangsa Israel, namun lebih dahulu dia menyatakan pilihannya agar menjadi teladan bagi bangsanya. Yosua memilih bersama dengan seisi rumahnya, akan beribadah kepada Tuhan. Ini menjadi komitmen Yosua dan keluarganya. Pilihan untuk bertekun di dalam iman dan menaati Tuhan akan selalu dibaharui agar tidak mudah dilupakan.

Ayat 16-18 Jawaban bangsa Israel

Atas pertanyaan kepada siapa Israel akan beribadah, dijawab seperti apa yang telah dikatakan Yosua sebelumnya. Bahwa kiranya jauhlah kehendak untuk meninggalkan Tuhan. Bangsa Israel berjanji hanya melayani Tuhan yang telah lebih dulu menunjukkan kuasa dan kasihNya menyertai kehidupan mereka. Bangsa Israel mengakui karya Tuhan yang telah menuntun keluar dari tanah Mesir, melakukan tanda-tanda mujizat, serta melindungi mereka di sepanjang perjalanan dan mengantarkan dengan selamat ke Kanaan. Hal ini tentu menjadi alasan yang mendasar dan kuat untuk setia memilih beribadah kepada Tuhan. Sehingga dengan semangat bangsa Israel mengaku, Tuhan adalah Allah yang patut disembah.

Ayat 19-24 Memantapkan komitmen beribadah Kepada Tuhan

Jawaban Israel menjadi tanda keyakinan akan keputusan dan komitmen yang diambil. Namun Yosua menyikapi dengan cara berbeda. Dia tidak langsung bersorak dan memuji apa yang dikatakan umat Israel, sekalipun jawaban mereka tepat. Tetapi Yosua menekankan kembali dengan mempertanyakan kesanggupan Israel mengerjakan janjinya. Yosua seakan meragukan Israel dan mematahkan semangat mereka berkomitmen. Tetapi Yosua sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bangsanya. Yosua tahu bagaimana karakter bangsanya, sehingga tantangan pertanyaan itu adalah untuk meneguhkan Israel menjadi saksi atas keputusan mereka sendiri. Dengan kata lain, Yosua mengingatkan bahwa setiap keputusan akan ada konsekuensi. Termasuk jika kemudian mereka meninggalkan Tuhan, mengingkari janji, maka kehancuran sebagai bangsa akan menjadi upah mereka. Sehingga pilihan untuk menyembah Tuhan merupakan pilihan yang tepat namun harus juga dijalankan dengan kesetiaan. Keputusan itu haruslah datang dari kehendak diri sendiri bukan sekedar ikut-ikutan. Karena pertanggungjawabannya ada pada diri yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk menjalankan komitmen tersebut, Yosua menggunakan dua kata kerja yang berlawanan satu dengan yang lainnya, yaitu “jauhkanlah” dan “condongkanlah”. Jauhkan diri dari allah-allah lain dan condongkan hati/mendekatkan diri kepada Tuhan. Bangsa Israel telah kembali menjawab pilihannya, untuk beribadah kepada Tuhan saja. Jawaban penuh semangat itu tidak cukup, karena berkomitmen harus dibarengi usaha dan perjuangan yang sungguh. Apa yang diucapkan Israel harus membawa perubahan hidup. Sehingga sekalipun mereka mengalami berbagai situasi yang dapat saja berubah-ubah, kesetiaan kepada Tuhan tidak boleh hilang. Inilah pembaharuan janji Israel setelah tiba di Kanaan. Yosua memberi teladan membawa keluarganya menyembah Tuhan, agar seluruh bangsanya pun menyatakan hal serupa.

Kolose 3:18-25 menyatakan panggilan untuk menyembah Tuhan menjadi keharusan secara pribadi juga dalam keluarga. Paulus menyatakan hubungan antara anggota-anggota rumah tangga berdasar pada Kasih Kristus. Otoritas tertinggi keluarga bukanlah manusia tetapi Kristus. Sehingga relasi antar anggota keluarga, baik antar suami – istri maupun antar orang-tua – anak, berlandaskan Kristus.

Peran istri adalah sebagai pendamping suami berada di bawah pimpinan suaminya, tetapi tidak melampaui yang seharusnya menurut Tuhan (ayat 18). Sekalipun suami juga seorang pemimpin keluarga, dia pun tidak dapat berlaku sewenang-wenang, karena dasar kepemimpinannya sebagai kepala keluarga adalah kasih Kristus (ayat 19). Kasih memampukan suami tidak bersikap demi dirinya sendiri, tetapi demi kebaikan orang yang dikasihinya. Anak-anak pun mempercayakan hidupnya kepada orang tuanya yang lebih dahulu belajar tentang arti hidup menyembah Tuhan (ayat 20). Dalam proses pertumbuhannya anak-anak menemukan diri dan mampu menghadapi hal-hal baru dalam bimbingan orang tuanya. Sehingga seorang ayah tidak boleh menyakiti anaknya tetapi wajib membimbing di dalam kelemahlembutan, sehingga anaknya menyaksikan kebenaran Tuhan melalui orang tuanya (ayat 21). Teguran dan nasihat dimengerti anak-anak bukan sebagai suatu hal yang membatasi keinginan dan perkembangannya, tetapi mempersiapkan dan menempa anak-anak menjadi pribadi yang mengenal Tuhan melalui keluarga.

Di dalam keluarga merupakan tempat yang aman untuk bersaat teduh saat ada badai kehidupan. Didalamnya juga terjadi proses mentransfer nilai-nilai yang penting dalam menjalani kehidupan dan di dalam keluarga juga merupakan tempat munculnya permasalahan juga sumber penyelesaiannya. Karena tidak ada keluarga yang terbebas dari permasalahan hidup, maka landasan kita adalah relasi dengan Tuhan. Meminjam istilah Andar Ismail tentang situasi keluarga haruslah “Ribut Rukun”. Demikianlah kita bisa melihat bagaimana pentingnya lembaga keluarga yang didasari dengan menyembah Tuhan, akan menjadi benteng pertahanan iman akan segala bentuk pengalaman hidup.

Penutup

Keluarga yang dibawa menyembah kepada Tuhan adalah suatu hal yang sangat indah dan itu perintah Tuhan bagi umatNya. Menyembah Tuhan, menjadi tanggung jawab setiap umat Tuhan khususnya dalam keluarga. Dimulai dari membiasakan untuk berdoa, membaca Alkitab, bernyanyi memuji Tuhan, mengikuti ibadah, ambil bagian dalam pelayanan, saling mendukung dan bersaksi bersama tentang kasih Tuhan. Oleh sebab itu untuk kita membawa keluarga untuk setia menyembah Tuhan sebagai keharusan. Tentu ada beberapa hal yang kita perhatikan mengenai arti menyembah Dia.

  1. Menyembah Tuhan harus berdasarkan kesadaran takut akan Tuhan. Seperti apa yang ditekankan oleh Yosua, ada pengakuan akan kuasa dan karya Tuhan yang membuat kita menghormati Dia. Hormat akan Tuhan tampil dalam kehidupan sehari-hari ditengah keluarga yang taat beribadah, berdoa juga menjalankan Firman Tuhan. Karena menyadari bahwa Tuhan yang sangat Agung dan Mulia. Menyembah Tuhan dengan penuh penghormatan bukan seremonial melainkan pengenalan.
  1. Menyembah Tuhan dengan hati tulus dan setia. Sikap yang tulus dan setia merupakan cerminan kemurnian. Menyembah Tuhan membuat setiap apa yang kita lakukan berdasarkan kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Menyembah Tuhan bukan sekedar karena takut hukuman, takut mendapat gunjingan, takut tampak berbeda. Melainkan hidup mengalami panggilan dan kerelaan hati merasakan dan menyaksikan kasih Tuhan. Bukan karena paksaan atau agar dilihat dan dipuji orang. Nilai ketulusan dan ini menjadi dasar pengajaran iman di dalam keluarga. Sehingga apa pun yang dihadapi di dalam pergumulan keluarga dan perubahan situasi hidup, tetap tulus menyembah Tuhan dan hidup setia dalam iman.
  1. Menyembah Tuhan artinya melaksanakan peranan masing-masing dalam keluarga. Seperti Yosua adalah contoh bagi bangsanya, dia mengerjakan peran sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarganya berkomitmen menyembah Allah. Juga menjalankan peran sebagai pemimpin bangsa untuk membawa keluarga besar bangsa Israel turut menyembah Tuhan dengan setia. Maka di dalam keluarga ada peranan masing-masing anggota. Seperti Paulus nyatakan bagi jemaat Kolose, suami, isteri, anak, orang tua bahkan setiap orang yang hidup bersama sebagai keluarga harus mengikat persekutuannya dalam kasih dan hormat kepada Kristus.

Khususnya dalam Minggu Epifanias ini Tuhan telah menyatakan diriNya hadir dalam setiap keluarga orang percaya. Kemuliaan Tuhan harus tercermin dalam hidup umatNya. Maka jika kita harmonis dengan Tuhan akan menjalin pula keharmonisan dalam keluarga. Membawa keluarga untuk menyembah Tuhan harus dimulai dari komitmen diri dalam peran masing-masing. Setiap anggota keluarga bertanggung jawab menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. Agar sebagai seorang bapak, kita dapat menjalankan peran membawa keluarga untuk menyembah Tuhan, begitu pula menjadi seorang ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Terlebih dalam hal komitmen iman, keteladanlah menjadi hal yang paling diperlukan oleh anak-anak sebagai khotbah yang hidup. Tanpa teladan dari orang tua, semua nasehat, didikan iman, hanya menjadi teori yang tidak berguna, malah dapat menjadi batu sandungan. Sebab pada dasarnya teladan hidup itu berbicara lebih kuat dan berdampak lebih besar dari pada sekedar sebuah nasehat yang bagus. Maka mintalah hikmat kepada Tuhan dalam perenungan Firman dan doa, agar setiap kita dapat berucap seperti komitmen Yosua : “….Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”. Terpuji Tuhan, amin.

Pdt Deci Kinita br Sembiring

Runggun Studio Alam

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD