• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 19 NOVEMBER 2023, KHOTBAH KEJADIAN 18:1-8

Invocatio         :

Akan tetapi, jika seseorang tidak memelihara sanak keluarganya sendiri, khususnya keluarga dekatnya, berarti ia telah menyangkali imannya dan ia lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. (1 Tim.5:8)

Bacaan             :

Roma 12:9-16 (Tunggal)

Tema               :

Jabu si Metemue/keluarga yang bertamu

 

I. Pengantar

Minggu ini kita memasuki minggu keluarga, di dalam minggu ini kita hendak dibimbing dan diingatkan kembali bagaimana tujuan dan panggilan Allah sejak awal terbentuknya keluarga. Menurut Wikipedia Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik buruk nya anggota keluarga, tetap tidak bisa merubah kodrat yang ada, garis besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami (Kepala keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga besar selain suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat orang tua atau disebut ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-anaknya orang tua yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek), Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut.. Di dalam Bahan sermon kali ini penulis hendak menggali teks khotbah dalam bentuk BGA.

II. Nats Alkitab (Khotbah) Genre narasi

18:1 Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik.

18:2 Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah,

18:3 serta berkata: "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini.

18:4 Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini;

18:5 biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." Jawab mereka: "Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu."

18:6 Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"

18:7 Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya.

18:8 Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan.

III. Apa yang kubaca?

Mengindentifikasi tokoh

  • Tuhan : - Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik. (1)
  • Abraham : - Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. (2)
  • Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah,(2)
  • serta berkata: "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. (3)
  • Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini;(4)
  • biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." (5)
  • Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!" (6)
  • Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya.(7)
  • Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan.(8)
  • Tiga orang tamu : - Jawab mereka: "Perbuatlah seperti yang kau katakan itu."(5)

 

Interaksi tokoh:

Tuhan/tiga orang tamu

Abraham

 

                                                            

                                                                        

 

 

 

Sara

seorang bujang

                                                                                                                                                                                                                                                               

IV. Apa pesan Allah Padaku? (P3JT)

  1. Pelajaran /Pengajaran: - Allah adalah tamu yang melayani artinya Allah lebih dahulu melayani kita, dan kita mencontoh menjadi keluarga yang melayani bagi sesama.
  • Apa yang kita perbuat untuk sesama kita itulah yang kjita perbuat kepada Tuhan.
  • Abraham adalah sosok tuan rumah yang terbuka dan melayani dengan rendah hati.
  • Abraham dan Sara beserta bujangnya memberikan pelayanan yang maksimal.
  • Tuhan selalu menepati janjiNya terhadap orang yang menaruh percaya padaNya.
  1. Perintah/nasehat: - melayani adalah sebuah panggilan dan tanggungjawab orang yang percaya.
  2. Peringatan/larangan: -
  3. Teladan : - meneladani perbuatan Abraham melayani dengan sepenuh hati.
  • Meneladani sikap keramahtamahan Abraham dalam menyambut tamu.
  1. Pesan fasilitator:

Siapa yang tidak mengenal tokoh Abraham, seorang yang memiliki integritas yang dapat kita teladani hingga saat ini. Mulai dari sikap dan keputusan yang sulit untuk meninggalkan sanak saudara dan semua yang seharusnya menjadi hak miliknya, semuanya dia tinggalkan untuk sebuah panggilan yang mulia dari Yahweh. Keputusan yang diambilnya, bukanlah keputusan yang mudah. Bukan hanya itu dia memilih jalan yang sulit di antara jalan yang mudah sebenarnya. Siapakah Abraham? Abraham adalah keturunan Shem, anaknya Nuh. Dia adalah keturunan generasi Shem yang ke-sepuluh. Shem masih hidup pada waktu Abaraham meninggal dunia. Abraham banyak mendengar tentang Yahweh dari Shem. Dia sudah mendengar tentang air bah. Dari waktu datangnya air bah sampai ke zamannya Abraham, manusia sudah beranak cucu selama empat abad, populasi penduduk semakin bertambah.

Tanah kelahiran Abraham adalah Ur-Kasdim yang berada dekat dengan Teluk Persia. Sungai Efrat mengalir tidak jauh dari kota itu. Pasokan air sangat melimpah, mengairi ladang-ladang di sekitarnya. Hal ini membuat tanah di situ subur dan rumput-rumputan hijau di mana-mana. Ur merupakan tempat yang paling bagus untuk hidup di tengah-tengah generasi yang mengandalkan pertanian dan peternakan untuk hidup. Banyak orang yang tertarik untuk tinggal di kota ini. Kota yang sangat makmur dan kaya, seperti kota-kota besar di dunia sekarang. Leluhur Abraham sudah tinggal di tempat itu selama beberapa generasi. Namun, suatu hari Yahweh malah berkata kepadanya,

“Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Allah meminta Abraham untuk meninggalkan negerinya sendiri. Lalu, apakah tempat tujuan yang dituju Abraham? Abraham sendiri tidak tahu. Tuhan belum menunjukkan langkah selanjutnya. Setelah dia maju selangkah, baru Tuhan akan menunjukkan apa yang harus dia lakukan seterusnya. Nama Abraham aslinya adalah Abram. Allah secara pribadi memberikannya nama lain, yaitu Abraham, yang artinya adalah “Bapa bagi Banyak (Orang)” (father of many). Allah mengaruniakan kepadanya berkat yang tak terkatakan. Dia adalah sahabat Allah, bapa orang Israel dan bapa iman kita. Alkitab sangat memuji iman Abraham, kenapa? Hal ini adalah karena Abraham selama hidupnya telah berjalan di dalam iman. Sangatlah banyak catatan peristiwa tentang Abraham. Namanya muncul sebanyak 285 kali di dalam Alkitab. Dia mendengarkan panggilan Allah dan meninggalkan kampung halamannya ke tempat yang Allah janjikan kepadanya. Namun, dia tidak mendapat sebidang tanah itu. Di Kisah Para Rasul 7:5 dikatakan,“Allah tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanah pun tidak.”Abraham sepenuhnya merantau di negeri milik orang lain tanpa milik kepunyaan. Akan tetapi, iman Abraham melihat pada janji Allah, dia percaya dan mengikuti pimpinannya. Demi memperoleh janji Allah yang belum kelihatan, Abraham sama sekali tidak ragu untuk menggunakan seluruh hidupnya untuk mengembara mencarinya. Apa yang paling luar biasa adalah Abraham tidak mendapatkan janji Allah sampai ia meninggal.

Dalam nats khotbah minggu keluarga ini sebenarya kita sedang memperingati arti teologi keramahtamahan (hospitality). Dalam khotbah Kejadian 18:1-8, disebutkan bahwa saat Abraham sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Abraham bersujud pada mereka sebagai bentuk penghormatan. Abraham kemudian menghidangkan anak lembu, roti, dan susu, dan para tamu tersebut menyantapnya. Setelahnya, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Abraham dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sara tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sara tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sara kemudian menyangkal bila tadi tertawa karena takut. Tidak mudah untuk menerima dan melayani tamu yang tidak kita kenal. Sebab tamu yang masih asing bagi kita bukan tanpa resiko. Tamu yang sudah kita kenal, tidak begitu beresiko karena kita sudah tahu orangnya. Sedangkan tamu asing beresiko karena bukan saja ada kemungkinan bahwa ia adalah tamu yang baik tetapi bisa jadi ia adalah musuh yang berniat buruk. Oleh karena itu, terhadap tamu asing, kita biasanya berhati-hati, was-was dan penuh prasangka. Kewaspadaan seringkali membuat kita enggan untuk melayaninya dengan cepat dan sungguh-sungguh.

Tetapi tidak demikian bagi Abraham. Ketika dikunjungi tamu asing, Abraham memilih untuk menempatkan diri sebagai hamba dan memperlakukan tamu sebagai tuan yang dilayani dengan segenap hati dan pengorbanan tanpa takut disakiti. Tindakan Abraham adalah sebuah keramahtamahan, suatu hospitalitas yang luhur. Gereja mesti membudayakan sikap keramahtamahan itu agar kehadirannya di dunia benar-benar menjadi berkat.

Keramahtamahan merupakan tindakan luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan budaya mana pun. Namun keramahtamahan bukanlah tanpa risiko. Risiko itu melekat dalam arti kata keramahtamahan iu sendiri. Kata keramahtamahan dalam bahasa Inggerisnya adalah hospitality, yang diterjemahkan juga dengan istilah hospitalitas, atau kesanggrahan. Kata hospitality berasal dari bahasa Latin “hospes” yang berarti “tamu” dan sekaligus “tuan rumah”. Kata “hospes” sendiri adalah gabungan dua kata Latin lain, “hostis” dan “pets”. Kata pets berarti “memiliki kuasa”. Sedangkan kata hostis berarti “orang asing”, namun juga memiliki konotasi musuh. Dari kata hostis itu kita mengenal kata Inggris hostile (bermusuhan) dan hostility (permusuhan). Asosiasi makna “orang asing” dan musuh di dalam kata hostis mungkin muncul karena kemenduaan (ambiguitas) dari orang asing itu sendiri, di mana ia dapat menjadi musuh atau tamu. Jadi di dalam hospitalitas sekaligus terdapat risiko bahwa tamu menjadi musuh.     

Dalam bahasa Yunani, untuk kata hospitalitas/keramahtamahan dipakai philoxenia, yang terdiri dari dua kata, philos (kasih) dan xenos (orang asing, yang lain). Maka keramahamahan berarti mengasihi orang lain sebagai sahabat, atau menyahabati orang asing, atau menerima orang asing.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keramahtamaan (hospitalitas) adalah sebuah proses yang melaluinya status orang asing diubah menjadi tamu, bahkan menjadi sahabat. Hal itu terjadi karena dalam keramahtamahan, orang asing, orang lain itu diterima dengan tulus, apa pun suku, agama, atau etnis orang itu. Hospitalitas juga dapat berarti menciptakan ruang bebas di mana orang asing dapat masuk dan menjadi kawan dan bukan lawan.

Lebih  jauh, dalam hospitalitas, terjadi pertukaran posisi: tamu seolah tuan rumah, dan tuan rumah seolah tamu. Tamu diperlakukan layaknya tuan rumah, dan dilayani dengan sungguh-sungguh. Namun perlu diingat bahwa hospitalitas tidak mengubah orang, tetapi hanya menawarkan mereka suatu ruang di mana perubahan dapat terjadi. Hospitalitas menawarkan kebebasan kepada sesama. Secara praktis, hospitalitas berarti kesediaan kita untuk menerima orang lain apapun pun latar belakangnya, menghormatinya sebagai manusia utuh, memberi tumpangan kepadanya, menyediakan makanan untuknya, melayani kebutuhannya, dan menyelamatkannya dari bahaya yang mengancam hidupnya. 

Dalam arti itu, sikap Abraham dalam bacaan hari ini tidak lain adalah sebuah hospitalitas/keramahtamahan. Ada beberapa tindakan Abraham yang dapat diambil sebagai bentuk keramahtamahan.

Pertama, nampak terjadi pertukaran posisi antara tamu dan tuan rumah. Diceritakan bahwa ketika melihat tiga orang asing itu di depannya, Abraham menyongsong mereka, lalu sujud sampai ke tanah serta memohon agar mereka mau singgah (ay.2-3). Mestinya, sebagai tamu, tiga orang asing itu merendahkan diri, bersujud di hadapan Abraham, dan memohon belas kasihan agar bisa diterima dan dilayani kebutuhannya. Tetapi tindakan merendahkan diri itu dilakukan oleh tuan rumah (Abraham), kepada para tamunya, seolah mereka adalah tuan rumah. Tanpa sadar, tindakan keramahtamahan Abraham itu membuat tiga orang asing itu merasa diterima dan merasa at home. Mereka tidak diperlakukan sebagai orang asing atau musuh, melainkan sebagai sahabat oleh Abraham.

Kedua, keramahtamahan Abraham ditunjukan melalui peragaan adat penghormatan kepada tamu. Hal itu nampak dalam tindakan Abraham yang memberikan air kepada tamu untuk mencuci kaki yang panas dan berdebu karena perjalanan yang jauh. Itu adalah adat penghormatan yang pertama untuk seorang tamu.

Ketiga, keramahtamahan Abraham kepada orang asing nampak dalam tindakannya yang mau melayani kebutuhan pokok para tamu. Abraham menyuguhkan makanan kepada mereka. Abaham mengambil tiga sukat tepung untuk dibuatkan roti bagi tamu. Menurut perhitungan, itu sama dengan tiga puluh sembilan liter tepung. Itu adalah suatu jumlah atau ukuran yang luar biasa besarnya, jika hanya diberikan untuk tiga orang. Sesungguhnya tiga sukat tepung adalah ukuran untuk raja. Demikian pula Abraham mengambil seekor lembu tambun untuk dihidangkan pada ketiga tamu itu. Ini adalah ukuran yang sangat besar. Lalu mereka menerima makanan itu, dan itu berarti mereka menerima persahabatan yang ditawarkan Abraham.

Dengan demikian, pihak asing yang berpotensi sebagai lawan/musuh (hostis) telah diubah menjadi kawan (hospes), perseteruan menjadi persahabatan. Yahweh yang bersembunyi dibalik tiga orang itu menerima korban Abraham sambil memakan dan meminum apa yang dihidangkan. Abraham memberi secara total, utuh, tidak setengah-setengah, tanpa hitung-hitungan. Ia memberikan yang terbaik dari apa yang dimilikinya bagi orang asing. Ia membuat tamu merasa nyaman, merasa diterima, dan dijadikan sahabat. Hospitalitas yang dipraktikkan oleh Abraham tidak lepas dari pengalamannya sendiri. Sebagaimana Allah sudah memelihara Abraham, maka saatnya ia juga menunjukan sikap ini kepada sesama. Dengan kata lain, hosptalitas yang dialami Abraham bersama Allah, mau ia praktekan juga kepada orang lain.

V. Apa responku? SDDT (kongkreat,terukur,dan dapat dinikmati)

  • Syukur (mau melakukan sesuatu):
  • Doa (bagi teman, keluarga, gereja dan bangsa)
  • Dosa (sesuatu hal yang salah yang dilakukan)
  • Tekad (jamji untuk melakukan yang terbaik)

VI. Beberapa usul pointer khotbah:

  • Budaya individualisme dan primordialisme merongrong budaya keramahtamahan kita. Di satu sisi, masyarakat manusia saat ini terancam oleh individualisme di mana masing-masing orang hanya berfokus pada kepentingan dirinya, sehingga sulit baginya untuk peduli pada orang lain secara sungguh-sungguh. Di sisi lain, banyak warga pun terpenjara oleh fanatisme primordial suku, etnik, agama, golongan, ideologi, kelompok kepentingan, sehingga tak mampu menerima perbedaan dan tak mau hidup bersama orang lain. Kaum primordial cenderung memusuhi orang lain, misalnya para pendatang di satu daerah, atau mereka yang berbeda suku dan agama. Hal itu nampak misalnya dalam ungkapan yang cenderung memuji suku/agama/kelompoknya sendiri dan menjelekkan suku/agama/kelompok lain.
  • Seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat Roma (bacaan), 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Apa yang dikatakan Paulus memberikan pengajaran bagi kita tenta melayani sesama dengan tidak melihat motivasi atau alasan mengapa mereka dekat dengan kita.
  • Belajar dari sikap Abraham, kita melihat benang merah antara khotbah, bacaan dan invocatio, pentingnya membudayakan keramahtamahan, yakni selalu bersedia menerima orang lain/orang asing, apapun identitasnya, mau menghormatinya, dan melayani kebutuhan-kebutuhannya dengan segenap hati. Kita juga belajar menerima perbedaan dan mau hidup bersama mereka yang berbeda dengan kita. Orang lain, agama lain, suku lain, etnis lain, bukanlah musuh kita, melainkan sahabat kita sesama manusia.
  • Hidup dalam keramahtamahan berarti mau mengubah orang asing menjadi sahabat, musuh menjadi kawan, perseteruan menjadi persahabatan, konflik menjadi perdamaian, kekerasan menjadi kelembutan, kebencian menjadi kasih, dendam menjadi pengampunan.
  • Mau tidak mau, tuntutan keramahtamahan seperti itu harus menjadi cara hidup kita. Sebab sesungguhnya hospitalitas adalah karakter Allah sendiri di dalam Yesus. Allah melalui Yesus Kristus menerima kita apa adanya, mengubah status kita dari musuh/seteru menjadi sahabat-Nya bahkan kita dijadikan sebagai anak-anak-Nya. Maka kita pun mesti belajar untuk menerima sesama dengan hati yang tulus dan gembira, mau bersahabat dengan mereka walaupun kita berbeda suku/agama. Allah telah mengampuni dosa kita dan mengasihi kita secara utuh, maka sudah semestinya kita pun belajar saling mengampuni dan mengasihi. Keramahtamahan Allah di dalam Kristus yang menerima kita dan mau hidup bersama kita, menjadi contoh bagi kita untuk mau menerima sesama dan mau hidup bersama orang lain. Kita terpanggil untuk membudayakan/membiasakan diri mau menerima sesama dan hidup bersama orang lain dengan saling mengasihi agar kehidupan ini menjadi indah.

Pdt. W.Mazmur Ginting-Runggun Karawang

MINGGU 12 NOVEMBER 2023, KHOTBAH JEREMIA 17:14-18

Invocatio :

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang (Amsal 16:24)

Ogen :

3 Johanes 1:1-4      (Tunggal)

Tema      :

Salom Bersama Tuhan (Mejuah-juah ras Tuhan)

 

 

I. Pendahuluan

Ada ungkapan mengatakan bahwa “kesehatan itu bukan segala-galanya tapi tanpa kesehatan segala-galanya tidak berarti”. Namun demikian jika itu hanya sebatas perkataan dan tidak ada penerapan maka perkataan tersebut sia-sia. Padahal manusia adalah satu-satunya makhluk yang selalu mendambakan hidup-nya dalam keadaan sehat secara paripurna baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Salah satu upaya untuk mencapai dambaan itu tiap orang harus berupaya menjaga kesehatannya. Pentingnya kesehatan ini bukan hanya berkaitan terhadap tubuh atau fisik tetapi juga kesehatan batin serta iman, kesehatannya bisa dipengaruhi oleh cara hidup atau pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang dibahas dalam bahan kotbah kita kali ini yang dikritik oleh Nabi Yeremia.

Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (ayat 1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (ayat 5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (ayat 9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

II. Isi

Kotbah: Jeremia 17:14-18, Sebagai Nabi yang langsung dipanggil Tuhan pada masa mudanya (Yer. 1:4-18), selama pelayanannya Yeremia banyak menghadapi pergumulan dalam pelayanan, yaitu dari keluarga (Yer. 11:11-18; 12:6), dari imam dan raja (Yer. 20:1-6; 37:11-21) dan dari nabi palsu ( Yer. 23:18). Saking beratnya pergumulan yang dihadapi, dia kadang-kadang merasa putus asa dan berkeluh kesah (Yer. 20:8-9), bahkan dia sempat menyesali kelahirannya (Yer. 20:14-18). Dia bergumul karena beratnya dosa bangsa Israel yang mau saja menyembah berhala. Begitu banyak disebutkan dalam kitab ini tentang perilaku Israel yang telah mengabaikan Tuhan untuk menyembah berhala (Yer. 2:10-11; 7:31; 10:2; 19:5; 32:35). Yeremia berbeban berat karena ia harus menubuatkan kejatuhan kota Yerusalem (pasal 36-39), maka ia dimasukkan ke dalam sumur dan hendak dibunuh (Yer. 38:6). Tetapi, meskipun pergumulannya berat, sebagai Nabi, ia tetap setia melaksanakan tugas panggilannya dan janji Tuhan untuk menyertainya nyata (Yer. 1:8, 19; 20:11).

Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan; korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini. Ketika gereja dan hamba Tuhan menyuarakan kebenaran, maka harus siap menghadapi resiko yang mungkin datang sebab kedegilan hati manusia akibat dosa akan menganggap kebenaran itu sebagai ‘musuh’ yang harus dihabisi. Inilah sebenarnya yang membuat Nabi Jeremia merasa sakit, karena maksud hati baik, tetapi ditanggapi buruk. Yeremia menderita “sakit”. Yeremia bukan sakit secara fisik, tapi lebih ke sakit batin (Jer 11:18-23 Nyawa Yeremia terancam di Anatot).

Ayat 14 “Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!” Nabi Jeremia berseru kepada Tuhan meminta kesembuhan karena dia tahu benar bahwa di dalam Tuhan ada kesembuhan “Jehovah Rapha” artinya Tuhan menyembuhkan. Sepanjang hidupnya, Yeremia setia menyampaikan Firman Tuhan kepada bangsa Israel yang tersesat, meskipun pesannya ditolak oleh banyak orang dan dicemooh oleh raja. Namun Yeremia percaya pada janji Tuhan. Dia adalah bagian dari sisa kecil orang percaya yang berkomitmen dan berseru memohon kesembuhan dan pembebasan kepada Tuhan.

Ayat 15-17 “Sesungguhnya mereka berkata kepadaku, Dimanakah Firman Tuhan itu? Biarlah ia sampai” Yeremia merasakan penderitaan yang sangat luar biasa dari sebuah bangsa pilihan Tuhan. Mereka tidak menurut dan taat pada perintah Tuhan. Sehingga Yeremia turut menderita atas ulah bangsa itu. Ketika berhadapan dengan penganiayaan dan pertentangan, Yeremia berdoa memohon kasih karunia Allah untuk membantunya tetap setia melakukan pelayanan sebagai nabi. Umat itu dan nabi palsu telah mencela dan mengejek nubuat-nubuatnya karena belum digenapi (ayat 15). Kendatipun menderita, Yeremia menolak untuk meninggalkan pelayanannya, melainkan terus mengharapkan kekuatan dan pertolongan dari Allah. Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa. Begitulah ujian yang sering dihadapi para hamba Tuhan. Dalam bentuk-bentuk yang berbeda, ujian itu pasti datang pada setiap hamba-Nya. Tiap orang mungkin berbeda cobaan yang dihadapinya, yang pasti menjadi hamba Tuhan bukan sebuah jaminan menjalani hidup dengan mulus tanpa goncangan.

Bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (ayat 15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (ayat 17).

Ayat 18 “…Buatlah hari malapetaka menimpa mereka, dan hancurkanlah mereka dengan kehancuran berganda” Yeremia awalnya gak mau meminta untuk datangnya malapetaka ke tengah-tengah Yehuda, tetapi akhirnya Yeremia memang sudah kesel sama seperti Tuhan yang sudah marah kepada Israel di ayat 3-4. Artinya pada awalnya Yeremia mau belain Israel supaya selamat dan mendapatkan salom Allah, tapi ternyata tetap mengeraskan hatinya dan merasa kesal serta kurang menyehatkan terhadap ucapan Nabi Yeremia yang mengkritik cara hidup mereka yang salah serta cara beribadah yang tidak menyehatkan rohani.

Ogen: 3 Johanes 1:1-4, Kata kukasihi adalah ciri khas surat Johanes, kata ini menunjukkan rasa senang atau perasaan yang menyukai yang berasal dari hati dan bukan dibuat-buat. Perkataan yang dilontarkan seperti ini bagi orang yang mendengar dan menerimanya pasti merasa senang dan itu juga pasti memberikan dorongan yang positif banginya yang akan menimbulkan ras senang atau bahagia yang akhirnya akan memberikan kesehatan bagi pendengarnya.

Iman Kristen bukanlah sekadar teori atau ide abstrak, melainkan hidup secara konkret dalam sosok yang dapat disebut namanya. Dalam perikop kita, nama itu adalah Gayus (1). Gayus dilaporkan hidup dalam kebenaran (3). Kata kebenaran dalam surat-surat Yohanes adalah cara unik Yohanes untuk mengacu kepada Yesus. Surat 3 Yohanes menggambarkan iman yang dihidupi pribadi-pribadi yang berelasi. Gayus hidup dalam relasi kasih dengan penatua. "Hidup dalam kebenaran" berpadanan makna dengan "berjalan dalam kebenaran" dalam bahasa aslinya. Istilah tersebut menunjukkan sikap iman yang aktif dan konkret dalam hidup Gayus. Sikap imannya nyata disaksikan oleh para sahabatnya dan membangkitkan sukacita dalam diri penatua. "... hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan" (lih. 2Kor. 3:6). Iman tak boleh hanya menjadi doktrin atau ritual, melainkan harus berdenyut aktif dalam kehidupan. Iman tak bisa hanya menjadi aturan dan larangan, namun harus dihidupi dalam kasih dan kebenaran, menjadi perbuatan nyata yang dihidupkan oleh Roh. Hubungan atau relasi yang baik seperti ini juga akan memberikan atau menyalurkan energi yang positif dan ini akan memberikan kesehatan bagi orang yang memiliki relasi yang baik dan orang yang menjalankan perbuatan yang baik.

Invocatio: Amsal 16:24, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang” kitab Amsal ini memberikan peringatan dan pengajaran Dengan perkataan kita dapat memilih untuk dapat memberkati atau menyakiti hati orang lain ataupun dapat menguatkan diri sendiri atau orang lain. Jadi perkataan itu mempunyai power yang besar sekali, satu sisi dapat memberikan semangat dan pendengaran itu menjadi sehat juga hati sehat (Sebagai Obat), tetapi dalam sisi yang lain perkataan itu bisa menyakiti perasaan bahkan bisa membuat orang lain menjadi putus asa (Sebagai Racun).

 III. Aplikasi

  1. Setidaknya setiap orang mesti memiliki komitmen untuk menjalankan pola hidup sehat, serta hal yang perlu lagi diperhatikan adalah segala aspek kondisi kesehatan mulai dari aspek makanan, minuman, nutrisi yang dikonsumsi, olah raga dan istirahat yang teratur, bebas dari zat adiktif, dan spiritualitas yang sehat serta perilaku hidup sehari-hari, sehat jasmani dan sehat rohani.
  2. Bicara tentang menggenapi rancangan Tuhan, biasanya kita fokus kepada mengembangkan potensi jiwa dan roh tetapi cenderung mengabaikan tanggung jawab untuk merawat dan mengembangkan potensi fisik. Kita tidak mungkin hanya merawat salah satu aspek saja, dan tidak memperdulikan yang lain karena tubuh, jiwa, dan roh saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kita kurang tidur (tubuh), emosi menjadi kurang stabil (jiwa), dan kita seringkali lupa melibatkan Tuhan dalam berkata-kata dan bertindak (roh). Kelalaian dalam menjaga kesehatan tubuh akan mempersulit kita menggenapi rancangan Tuhan.
  3. Besarnya ancaman yang dihadapi, bisa saja membuat para hamba Tuhan melemah kesetiannya dalam melayani Dia. Firman ini mengingatkan kita semua gereja dan para hamba Tuhan agar bersikap seperti Yeremia yang setia dalam pelayanannya sekalipun nyawanya menjadi taruhan. Kita harus percaya bahwa Tuhan Allah tidak akan membiarkan persoalan itu menekan kita juga pelayanan kita asalkan kita mau dengan rendah hati seperti Yeremia, bersimpuh di hadapanNya mengakui kelemahan dan keterbatasan kita serta berharap hanya pada Tuhan Allah yang memberikan tugas pelayanan itu
  4. Hendaklah perkataan kita memberikan motivasi bagi pendengar yang menyehatkan bukan berarti perkataan yang membuat seseorang itu senang walupun ia bersalah (Bdk Nabi Yeremia mengkritik dan menegur bangsa Israel). Buatlah komitmen untuk lebih serius lagi membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan dan terus berjalan dalam kebenaran, agar kita selalu ada dalam lindungan Tuhan dan beroleh kesehatan ilahi yang sempurna (Yesaya 33:15-16,24).
  5. Jagalah kesehatan kita, karena selain keluarga maka kesehatan juga merupakan harta yang paling berharga. Hal ini dapat kita lihat bagaimana sekarang orang mengeluarkan Cost yang tinggi untuk menjaga kesehatan dan cek kesehatan secara rutin. Beberapa hal yang memotivasi kita untuk menjaga kesehatan kita yaitu: Tuhan memang mengharapkan kita menjaga tubuh, Tubuh adalah lahan dan bangunan Tuhan, Roh Kudus bersemayan dalam tubuh, Yesus telah membayar keselamatan tubuh di kayu salib.

Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

MINGGU 05 NOVEMBER 2023, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 3:1-10

Invocatio         :

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya:”Hanya satu lagi kekuranganmu, juallah apa yang kau miliki dan berikan itu kepada orang orang miskin, maka engkau akan beroleh harta sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku” ( Mark 10:21)

Bacaan           :

Imamat 25:35-38 ( T)

Tema               :

Nampati Alu Kiniliten/Menolong Dengan Apa Yang Kita Miliki

 

Pendahuluan

Pada tanggal 2 Juni 2023 ada sebuah berita yang viral baik diberitakan dimedia online juga diberita TV Nasional dan swsata. Berita tersebut mengenai seorang anak laki-laki yang usianya satu tahun ditinggalkan oleh ibunya di Jalan A. Yani Kelurahan Tangga Tangkat Palembang. Saat ditemukan kondisi anak tersebut dikerubungi oleh semut. Anak tersebut ditemukan oleh seorang ibu dan akhirnya diberikan kepada pihak kepolisian (Global Planet News). Ini adalah salah satu kisah pilu yang terjadi disekitar kita. Kalau kita mendata mungkin banyak hal seperti anak tersebut terjadi disekitar kita. Kejadian ini bisa terjadi bukan hanya buat anak anak tetapi bisa juga kepada orang tua yang telah lansia yang tidak ada lagi sanak keluarganya yang peduli sehingga mereka hidup terlunta lunta. Apa penyebab kejandian diatas terjadi kemungkinan besar karena kemiskinan dan kesulitan ekonimi dan juga bisa keluarga yang harus menanggung dan menanggunjawabi tidak mampu lagi. Siapakah yang akan menolong mereka ? siapa yang mau mengasihi mereka? Siapakah yang mau mengulurkan tangan dan mebuka tangan buat mereka?. Apakah anda dan saya bersedia untuk menolongnya dan mengasihinya. Pada sisi lain banyak orang yang hidupnya mungkin berkecukupan tetapi tidak peduli lagi kepada sesamanya. Kita dapat melihat bahwa manusia semakin egois dan sibuk memikirkan dirinya sendiri. Kita mungkin pernah juga mengatakan ngapain mengurusi orang lain sebab mengurus diri sendiri saja sekarang sudah repot. Inilah realita yang mungkin ada ditengah kehidupan kita.

 Pendalaman Nats

Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas. Secara garis besar isi kitab ini adalah mengenai bagaimana tahap awal proses pewartaan Injil dari Yerusalem dan keluar dari Yerusalem setelah murid murid menerima kuasa dari Roh Kudus. Bahan khotbah kita adalah awal dari Pasal 3. Kejadian ini terjadi setelah hari Pentakosta dan Khotbah Petrus di Yerusalem yang dampaknya banyak orang dibabtis dan menerima Yesus. Mereka juga menunjukan cara hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang pada masa itu dan inilah cikal bakal jemaat mula mula. Pasal 3 diberi judul LAI “ Petrus menyembuhkan orang lumpuh” kisah ini dimulai dengan Petrus dan Yohanes mau sembahyang pukul tiga sore. Sembahyang yang mereka lakukan adalah ibadah umum yang biasa dilakukan oleh orang Yahudi ( Daniel 6:11).Pada sat itulah mereka bertemu dengan sorang lumpuh dari lahir yang tiap hari datang ke gerbang Bait Allah untuk meminta sedekah bagi orang yang bersembahyang ke sana. Hal ini umum dilakukan oleh orang yang lumpuh sebab mereka tidak bisa mencukupi kebutuhanya karena lumpuhnya jadi jalan satu satunya supaya bisa bertahan hidup dengan meminta sedekah bagi orang yang beribadah ke bait Allah.Ia melakukanya tiap tiap hari dan tidak dikatakan sudah berapa lama dilakukan yang pasti dari lahir ia sudah menjadi beban bagi orang disekitarnya. Kelumpuhan yang terjadi baginya tidak bisa dihindarinya sebab datang dari lahir. Kalau diberi kesempatan memilih pasti ia tidak akan memilih lumpuh sewaktu lahir. Ketika ia melihat Petrus dan Yohanes mau masuk ia meminta sedekah(1-3). Petrus dan Yohanes menatap dia, ini sebuah respon dari permintaan sedekah tersebut. Kadang dalam kehidupan ini banyak walau kita melihat kondisi orang yang sudah lumpuh atau buta kita tidak melihat walau kita melihatnya. Hal ini bisa terjadi karena kita sama sekali tidak memiliki sikap simpati apa lagi sikap empati. Bahkan tak jarang orang orang yang susah seperti orang yang lumpuh tersebut bukan kita lihat sebagai sesama manusia. Sikap Petrus dan Yohanes tidak demikian. Mereka melihat dan bahakan merespon dengan mengatakan lihat kami tidak tidak memiliki emas dan perak. Orang lumpuh sudah memiliki harapan akan diberi. Tapi Petrus melanjutkan dengan sebuah perkataan yang mungkin orang lain tidak akan mampu memberikanya. Tetapi apa yang kupunya kuberikan padamu Demi nama Yesus. Tentu keberadaan dan situasi Petrus beda dengan situasi banyak orang yang mungkin memiliki Sesutu yang lain yang bisa diberikan seperti apa yang dikatakan didalam Invocatio(Mark 10:22) . Bagaimana Yesus meminta agar orang muda tersebut membantu dan menolong dengan harta dan kekayaan yang dimilikinya. Pada bahan bacaan kita yang pertama di dalam kitab Imamat juga diaturkan bagaiman sikap dari orang Yahudi terhadap orang yang miskin. Jika ada yang jatuh miskin maka harus disokong dan diberlakukan sebagi orang asing yang harus diberi tumpangan dan makan, selain itu memberikan pinjaman tampa bunga. Jadi bangsa Israel memiliki kewajiban untuk mendukung saudara saudaranya dengan apa yang dimilikinya. Pertolongan ini didasarkan atas bagaimana karya Allah yang telah juga membebaskan mereka dari tanah Mesir

( Imamat 25:35-38). Petrus juga pasti tahu dengan aturan tersebut tapi pada saat itu ia tidak memiliki sesuatu untuk diberikan, Ia kemudian memberikan sesuatu yang diluar dugaan dari orang lumpuh. Petrus sebagai Rasul memberikan kesembuhan kepada orang lumpuh tersebut. Petrus dipakai oleh Tuhan mendatangkan pembebasan dengan melakukan mujizat pemyembuhan bagi orang lumpuh. Petrus mengatakan semua itu terjadi didalam nama Yesus. Jadi Yesuslah sebagi sumber mujizat dan kesembuahan itu. Kesembuhan ini merupakan sebuah sarana untuk memperkenalkan kuasa dari Yesus bagi orang lumpuh dan juga orang yang ada disekitar Bait Allah. Berjalanlah, kemudian dituntun dengan tangan kanan dan membantu ia berdiri seketika itu kuatlah kakinya dan ia melonjak dan berjalan kian kesana dan kemari. Ketika terjadi mujizat kita dapat melihat bahwa ada juga bagian yang harus dikerjakan oleh kita manusia. Orang lumpuh mengikuti dan mau dituntun oleh Petrus tampa banyak bertanya. Ia patuh dan melakukan bagian yang harus dilakuknya. Ahirnya ia sembuh dan terbebas dari belenggu yang membelengunya semenjak ia lahir. Ia sangat bersuka cita sehingga melonpat ke kiri dan kekanan(4-6). Setelah sembuh ia berjalan sambil memuji Tuhan. Ia bersaksi memuji dan memulikan Tuhan. Pujian ini adalah sebagai ungkapan syukur sekaligus pengakuan akan bagaimana besarnya kuasa Allah yang telah menyembuhkannya. Pujian ini juga sebagai kesaksian sehingga semua orang banyak menyaksikan bagaimana perubahan lumpuh menjadi sembuh. Semua itu bisa karena kuasa Tuhan didalam Yesus dengan memakaikan rasul Petrus.

Aplikasi

Jackson Brown JR mengatakan "Sambil mendapatkan roti harianmu, pastikan kamu berbagi sepotong dengan mereka yang kurang beruntung.". Dari kata bijak diatas kita dapat melihat bahwa kita hidup dan juga bekerja bukan hanya buat diri kita sendiri. Kita butuh juga menolong orang orang yang ada disekitar kita yang kondisi kehidupanya butuh pertolongan. Dalam Minggu Penjemaatan YPPD Alpa Omega,PPOS, PAK Gelora Kasih ini kita diingatkan akan semua anak anak kita dan juga orang tua kita yang butuh pertolongan dari kita dan bukan itu saja tetapi orang orang yang ada disekitar kita. Dari ketiga bahan alkitab yang kita telah baca maka ada beberapa hal menjadi perenungan buat kita yaitu:

  1. Kondisi keadaan kehidupan seperti apa yang dialami oleh orang lumpuh dalam bahan khotbah kita adalah sebuah gambaran kehidupan yang bisa terjadi bagi semua kita. Tidak peduli mungkin saat ini kita ada dalam kondisi baik sehat dan juga hidup berkecukupan. Banyak hal yang bisa menyebabkan kelumpuhan tersebut terjadi. Kalau bacaan kita mengatakan bahwa kelumpuhan itu dari lahir. Tapi kelumpuhan itu bisa saja datang dengan adanya penyakit, bencana, kecelakaan dll. Kelumpuhan ini bukan hanya secara tubuh tetapi kelumpuhan itu bisa mencakup seluruh keberadaan dan sendi sendi kehidupan yang ada pada kita saat ini seperti ekonomi, pikiran, kesehatan dll.
  1. Ketiga bahan bacaan kita mengingatkan dan juga menyuruh kita untuk menolong orang orang yang lumpuh tersebut dengan apa yang kita miliki dan tindakan yang nyata. Kalau kita perhatikan bahan khotbah jelas ada yang menolong dengan mengangkat yang lumpuh dan meletakanya di depan Bait Allah. Petrus dengan kuasa yang datang dari Allah mendokan sehingga terjadi mujijat kesembuhan. Pada bahan alkitab yang lain ada yang menolong dengan harta dan materinya dan jelas orang yang ditolong juga harus mengambil bagian didalam mewujudkan kebebasan terhadap dirinya sama seperti orang lumpuh tentua ia percaya. Wujud percayanya ia bergerak, dituntun dan berjalan. Hal ini mengajari kita bahwa kita semua bisa menolong sesuai dengan apa yang ada pada kita. Pertolongan yang kita berikan hendaknya bisa memberdayakan dan membebsakanya sehingga ia juga kelak bisa menolong dan membebaskan yang lain.
  2. Kita juga hendaknya menghindari memanfaatkan kesusahan yang ada pada orang orang yang lumpuh. Kadang tampa kita sadari kita menggunakan kelumpuhanya tersebut untuk mendatangkan keuntungan bagi kita seperti keuntungan materi. Kadang kita juga sebagai penyebab orang orang disekitar kita menjadi lumpuh.
  3. Petolongan yang kita lakukan bukan untuk membuat nama kita yang terpuji. Tetapi dari pertolongan dan mujizat yang dilakukan oleh Petrus dengan kuasa yang Tuhan berikan membuat nama Tuhan yang terpuji dan termulia. Sadarilah sebab semua kita hanya alat dipakai oleh Tuhan dengan semua yang kita miliki.

 Kesimpulan

Kita bukan membawa dunia kesurga atau sekedar bercerita mengenai surga didunia ini. Tetapi selama ada kesempatan dan juga kemampuan yang diberikan oleh Tuhan. Kita menghadirkan surga di dunia.

"Tujuan utama kita dalam hidup ini adalah untuk membantu orang lain dan jika kamu tidak dapat membantu mereka, setidaknya jangan menyakiti mereka." - Dalai Lama

Pdt Luther E Tarigan-Rg Depok

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD