MINGGU 12 NOVEMBER 2023, KHOTBAH JEREMIA 17:14-18

Invocatio :

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang (Amsal 16:24)

Ogen :

3 Johanes 1:1-4      (Tunggal)

Tema      :

Salom Bersama Tuhan (Mejuah-juah ras Tuhan)

 

 

I. Pendahuluan

Ada ungkapan mengatakan bahwa “kesehatan itu bukan segala-galanya tapi tanpa kesehatan segala-galanya tidak berarti”. Namun demikian jika itu hanya sebatas perkataan dan tidak ada penerapan maka perkataan tersebut sia-sia. Padahal manusia adalah satu-satunya makhluk yang selalu mendambakan hidup-nya dalam keadaan sehat secara paripurna baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Salah satu upaya untuk mencapai dambaan itu tiap orang harus berupaya menjaga kesehatannya. Pentingnya kesehatan ini bukan hanya berkaitan terhadap tubuh atau fisik tetapi juga kesehatan batin serta iman, kesehatannya bisa dipengaruhi oleh cara hidup atau pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang dibahas dalam bahan kotbah kita kali ini yang dikritik oleh Nabi Yeremia.

Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (ayat 1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (ayat 5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (ayat 9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

II. Isi

Kotbah: Jeremia 17:14-18, Sebagai Nabi yang langsung dipanggil Tuhan pada masa mudanya (Yer. 1:4-18), selama pelayanannya Yeremia banyak menghadapi pergumulan dalam pelayanan, yaitu dari keluarga (Yer. 11:11-18; 12:6), dari imam dan raja (Yer. 20:1-6; 37:11-21) dan dari nabi palsu ( Yer. 23:18). Saking beratnya pergumulan yang dihadapi, dia kadang-kadang merasa putus asa dan berkeluh kesah (Yer. 20:8-9), bahkan dia sempat menyesali kelahirannya (Yer. 20:14-18). Dia bergumul karena beratnya dosa bangsa Israel yang mau saja menyembah berhala. Begitu banyak disebutkan dalam kitab ini tentang perilaku Israel yang telah mengabaikan Tuhan untuk menyembah berhala (Yer. 2:10-11; 7:31; 10:2; 19:5; 32:35). Yeremia berbeban berat karena ia harus menubuatkan kejatuhan kota Yerusalem (pasal 36-39), maka ia dimasukkan ke dalam sumur dan hendak dibunuh (Yer. 38:6). Tetapi, meskipun pergumulannya berat, sebagai Nabi, ia tetap setia melaksanakan tugas panggilannya dan janji Tuhan untuk menyertainya nyata (Yer. 1:8, 19; 20:11).

Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan; korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini. Ketika gereja dan hamba Tuhan menyuarakan kebenaran, maka harus siap menghadapi resiko yang mungkin datang sebab kedegilan hati manusia akibat dosa akan menganggap kebenaran itu sebagai ‘musuh’ yang harus dihabisi. Inilah sebenarnya yang membuat Nabi Jeremia merasa sakit, karena maksud hati baik, tetapi ditanggapi buruk. Yeremia menderita “sakit”. Yeremia bukan sakit secara fisik, tapi lebih ke sakit batin (Jer 11:18-23 Nyawa Yeremia terancam di Anatot).

Ayat 14 “Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!” Nabi Jeremia berseru kepada Tuhan meminta kesembuhan karena dia tahu benar bahwa di dalam Tuhan ada kesembuhan “Jehovah Rapha” artinya Tuhan menyembuhkan. Sepanjang hidupnya, Yeremia setia menyampaikan Firman Tuhan kepada bangsa Israel yang tersesat, meskipun pesannya ditolak oleh banyak orang dan dicemooh oleh raja. Namun Yeremia percaya pada janji Tuhan. Dia adalah bagian dari sisa kecil orang percaya yang berkomitmen dan berseru memohon kesembuhan dan pembebasan kepada Tuhan.

Ayat 15-17 “Sesungguhnya mereka berkata kepadaku, Dimanakah Firman Tuhan itu? Biarlah ia sampai” Yeremia merasakan penderitaan yang sangat luar biasa dari sebuah bangsa pilihan Tuhan. Mereka tidak menurut dan taat pada perintah Tuhan. Sehingga Yeremia turut menderita atas ulah bangsa itu. Ketika berhadapan dengan penganiayaan dan pertentangan, Yeremia berdoa memohon kasih karunia Allah untuk membantunya tetap setia melakukan pelayanan sebagai nabi. Umat itu dan nabi palsu telah mencela dan mengejek nubuat-nubuatnya karena belum digenapi (ayat 15). Kendatipun menderita, Yeremia menolak untuk meninggalkan pelayanannya, melainkan terus mengharapkan kekuatan dan pertolongan dari Allah. Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa. Begitulah ujian yang sering dihadapi para hamba Tuhan. Dalam bentuk-bentuk yang berbeda, ujian itu pasti datang pada setiap hamba-Nya. Tiap orang mungkin berbeda cobaan yang dihadapinya, yang pasti menjadi hamba Tuhan bukan sebuah jaminan menjalani hidup dengan mulus tanpa goncangan.

Bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (ayat 15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (ayat 17).

Ayat 18 “…Buatlah hari malapetaka menimpa mereka, dan hancurkanlah mereka dengan kehancuran berganda” Yeremia awalnya gak mau meminta untuk datangnya malapetaka ke tengah-tengah Yehuda, tetapi akhirnya Yeremia memang sudah kesel sama seperti Tuhan yang sudah marah kepada Israel di ayat 3-4. Artinya pada awalnya Yeremia mau belain Israel supaya selamat dan mendapatkan salom Allah, tapi ternyata tetap mengeraskan hatinya dan merasa kesal serta kurang menyehatkan terhadap ucapan Nabi Yeremia yang mengkritik cara hidup mereka yang salah serta cara beribadah yang tidak menyehatkan rohani.

Ogen: 3 Johanes 1:1-4, Kata kukasihi adalah ciri khas surat Johanes, kata ini menunjukkan rasa senang atau perasaan yang menyukai yang berasal dari hati dan bukan dibuat-buat. Perkataan yang dilontarkan seperti ini bagi orang yang mendengar dan menerimanya pasti merasa senang dan itu juga pasti memberikan dorongan yang positif banginya yang akan menimbulkan ras senang atau bahagia yang akhirnya akan memberikan kesehatan bagi pendengarnya.

Iman Kristen bukanlah sekadar teori atau ide abstrak, melainkan hidup secara konkret dalam sosok yang dapat disebut namanya. Dalam perikop kita, nama itu adalah Gayus (1). Gayus dilaporkan hidup dalam kebenaran (3). Kata kebenaran dalam surat-surat Yohanes adalah cara unik Yohanes untuk mengacu kepada Yesus. Surat 3 Yohanes menggambarkan iman yang dihidupi pribadi-pribadi yang berelasi. Gayus hidup dalam relasi kasih dengan penatua. "Hidup dalam kebenaran" berpadanan makna dengan "berjalan dalam kebenaran" dalam bahasa aslinya. Istilah tersebut menunjukkan sikap iman yang aktif dan konkret dalam hidup Gayus. Sikap imannya nyata disaksikan oleh para sahabatnya dan membangkitkan sukacita dalam diri penatua. "... hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan" (lih. 2Kor. 3:6). Iman tak boleh hanya menjadi doktrin atau ritual, melainkan harus berdenyut aktif dalam kehidupan. Iman tak bisa hanya menjadi aturan dan larangan, namun harus dihidupi dalam kasih dan kebenaran, menjadi perbuatan nyata yang dihidupkan oleh Roh. Hubungan atau relasi yang baik seperti ini juga akan memberikan atau menyalurkan energi yang positif dan ini akan memberikan kesehatan bagi orang yang memiliki relasi yang baik dan orang yang menjalankan perbuatan yang baik.

Invocatio: Amsal 16:24, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang” kitab Amsal ini memberikan peringatan dan pengajaran Dengan perkataan kita dapat memilih untuk dapat memberkati atau menyakiti hati orang lain ataupun dapat menguatkan diri sendiri atau orang lain. Jadi perkataan itu mempunyai power yang besar sekali, satu sisi dapat memberikan semangat dan pendengaran itu menjadi sehat juga hati sehat (Sebagai Obat), tetapi dalam sisi yang lain perkataan itu bisa menyakiti perasaan bahkan bisa membuat orang lain menjadi putus asa (Sebagai Racun).

 III. Aplikasi

  1. Setidaknya setiap orang mesti memiliki komitmen untuk menjalankan pola hidup sehat, serta hal yang perlu lagi diperhatikan adalah segala aspek kondisi kesehatan mulai dari aspek makanan, minuman, nutrisi yang dikonsumsi, olah raga dan istirahat yang teratur, bebas dari zat adiktif, dan spiritualitas yang sehat serta perilaku hidup sehari-hari, sehat jasmani dan sehat rohani.
  2. Bicara tentang menggenapi rancangan Tuhan, biasanya kita fokus kepada mengembangkan potensi jiwa dan roh tetapi cenderung mengabaikan tanggung jawab untuk merawat dan mengembangkan potensi fisik. Kita tidak mungkin hanya merawat salah satu aspek saja, dan tidak memperdulikan yang lain karena tubuh, jiwa, dan roh saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kita kurang tidur (tubuh), emosi menjadi kurang stabil (jiwa), dan kita seringkali lupa melibatkan Tuhan dalam berkata-kata dan bertindak (roh). Kelalaian dalam menjaga kesehatan tubuh akan mempersulit kita menggenapi rancangan Tuhan.
  3. Besarnya ancaman yang dihadapi, bisa saja membuat para hamba Tuhan melemah kesetiannya dalam melayani Dia. Firman ini mengingatkan kita semua gereja dan para hamba Tuhan agar bersikap seperti Yeremia yang setia dalam pelayanannya sekalipun nyawanya menjadi taruhan. Kita harus percaya bahwa Tuhan Allah tidak akan membiarkan persoalan itu menekan kita juga pelayanan kita asalkan kita mau dengan rendah hati seperti Yeremia, bersimpuh di hadapanNya mengakui kelemahan dan keterbatasan kita serta berharap hanya pada Tuhan Allah yang memberikan tugas pelayanan itu
  4. Hendaklah perkataan kita memberikan motivasi bagi pendengar yang menyehatkan bukan berarti perkataan yang membuat seseorang itu senang walupun ia bersalah (Bdk Nabi Yeremia mengkritik dan menegur bangsa Israel). Buatlah komitmen untuk lebih serius lagi membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan dan terus berjalan dalam kebenaran, agar kita selalu ada dalam lindungan Tuhan dan beroleh kesehatan ilahi yang sempurna (Yesaya 33:15-16,24).
  5. Jagalah kesehatan kita, karena selain keluarga maka kesehatan juga merupakan harta yang paling berharga. Hal ini dapat kita lihat bagaimana sekarang orang mengeluarkan Cost yang tinggi untuk menjaga kesehatan dan cek kesehatan secara rutin. Beberapa hal yang memotivasi kita untuk menjaga kesehatan kita yaitu: Tuhan memang mengharapkan kita menjaga tubuh, Tubuh adalah lahan dan bangunan Tuhan, Roh Kudus bersemayan dalam tubuh, Yesus telah membayar keselamatan tubuh di kayu salib.

Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD