Minggu 30 Juni 2019, Khotbah Amsal 10:4-5 (Minggu setelah Trinitatis)

Invocatio :

“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. 2:15)

Bacaan :

Yohanes 5:14-17

Tema :

Berhasil Karena Rajin

I. Pendahuluan
Tuhan menghendaki kita untuk rajin bekerja untuk menata dan mengelola kehidupan kita. Identitas diri kita ada pada pekerjaan yang memberi nilai dan menunjukkan kontribusi kita. Kita hidup dalam dunia milik Allah, kita menghormati Sang Pemilik dengan mengelola dengan penuh tanggungjawab.
Sikap berdiam diri dalam kemalasan, atau juga bekerja tanpa kejujuran atau dengan tipu daya bukan sifat orang yang menghormati Tuhan. Hidup yang baik adalah mengerjakan pekerjaan yang baik yaitu yang bernilai dan bermanfaat.

Bagaimana kita memaknai pekerjaan? Mungkin kita memaknai pekerjaan sebagai bidang profesi yang kita tekuni untuk mencari penghidupan atau berkaitan dengan nilai materi yang kita dapatkan. Padahal pekerjaan bukan semata-mata untuk mendapatkan uang, sebab walaupun mendapatkan uang yang banyak tetapi kehilangan tujuan kehidupan atau membuat hidup menjadi hampa, apa gunanya?

Maka yang menjadi pertanyaan bagi kita, masihkah kita bisa bersenang-senang dengan pekerjaan kita? Atau pekerjaan sudah menjadi beban berat dalam hidup kita? Kebosanan, kelelahan, kejenuhan dalam pekerjaan merupakan tanda dari kehilangan esensi tujuan pekerjaan yang diberikan Tuhan. Kehilangan fokus tujuan kepada Tuhan. Allah yang memberi pekerjaan dan tentunya untuk mempermuliakan Tuhan.

II. Pendalaman Nats
Bagi Yesus pekerjaan dan makananNya adalah mengerjakan kehendak Bapa-Nya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pernyataan ini sangat mendalam maknanya, bahwa bagi Yesus perkerjaan-Nya bukan menguras energi tetapi menambah energi bagi-Nya. Dampak ataupun hasil pekerjaan Yesus sangat besar sekali, khususnya bagi keselamatan manusia. Yang tidak sanggup dikerjakan oleh manusia biasa dikerjakan oleh Yesus dengan kuasa-Nya yang tidak terbatas. Pada saat Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang telah 38 lumpuh, Yesus bertanya "Maukah engkau sembuh?” (5:6) Pertanyaan ini sangat relevan dan sangat menusuk, sebab seorang pengemis bisa kehilangan mata pencahariannya karena ia disembuhkan. Apalagi dia sudah terbiasa mengemis, sudah tidak ada lagi keinginan untuk berganti profesi, padahal Yesus mau meningkatkan “nilai perkerjaannya”. Lalu Yesus memberi perintah "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah (5:8). Untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar telah sembuh dan diberi kemampuan untuk bekerja menopang hidupnya, tidak perlu lagi orang lain yang mengangkat dia diatas tilamnya.

Perintah Yesus untuk mengangkat tilam sebagai bukti nyata akan kesembuhannya, menimbulkan perselisihan dengan para pemimpin Yahudi. Sebab hari penyembuhan itu adalah hari Sabat, mereka menganggap Yesus melanggar hukum Sabat. Para pemimpin Yahudi sama sekali tidak bergembira menyambut kesembuhan yang teramat penting artinya sepanjang sisa hidup orang itu. Mereka juga tidak mau menyimak pada makna kesembuhan orang itu, yang begitu gambling menyingkapkan siapa Yesus sebenarnya.
"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (17) Yesus menyatakan bahwa Allah tidak terikat pada hukum Sabat, dan bahwa Allah senantiasa memelihara ciptaan-Nya, bertindak penuh anugerah menolong mereka yang membutuhkan pertolongan pada hari Sabat. Yesus menandaskan bahwa “pekerjaan” menyembuhkan yang Dia lakukan dan yang bertentangan dengan tradisi lisan mereka, adalah pekerjaan anugerah yang meneladani pekerjaan Allah pada hari Sabat.

Dalam Amsal 10:4 “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”. Mengungkapkan tentang karakter manusia dalam bekerja. “Tangan yang lamban” merupakan ungkapan “bekerja dengan tangan penuh tipu daya”. Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya dirinya dengan jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan dirinya miskin. Penyebab kemiskinannya karena lenyapnya nama baiknya sehingga tidak ada orang yang mau berurusan dengannya. Sebaliknya “tangan orang rajin menjadikan kaya” yaitu mereka yang rajin dan jujur, menghargai pekerjaan dan menghargai teman berbisnis. Tangannya giat bekerja dan tidak curang, disenangi orang karena sifat dan karakter yang baik, memungkinkan dan punya harapan besar untuk mengembangkan usahanya.

Dalam Amsal 10:5 “Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu”. Ayat ini berbicara tentang menghargai kesempatan atau mengabaikan kesempatan. Orang yang mengumpulkan pada musim panas merupakan masa yang tepat untuk mengumpulkan. Bahwa segala sesuatu ada masanya, orang yang berakal budi memanfaatkan masa mengumpulkan untuk persediaan pada masa musim dingin. Sebaliknya, orang yang mengabaikan kesempatan, menyia-nyiakan waktu dan mengabaikan pekerjaannya. Tidur pada waktu panen adalah sikap yang memalukan, karena pada waktu musim dingin tidak ada persediaan, bisa menyebabkan mati kelaparan. Kedua sikap ini bergantung kepada sikap menerima dirikan dan pengajaran. Orang yang menerima dirikan akan cermat menggunakan waktu. Sedangkan orang yang mengabaikan didikan tidak menghargai waktu dan kesempatan. Barang siapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa mudanya, ia mengumpulkan persediaan pada musim panas, dan dia akan memperoleh penghiburan dan kehormatan karena kerajinannya itu. Namun, barang siapa menyia-nyiakan masa mudanya akan menanggung rasa malu karena kemalasannya ketika dia tua nanti.

III. Pointer Aplikasi
Pekerjaan seharusnya meningkatkan nilai diri atau nilai karakter manusia. Orang-orang yang menekuni pekerjaan yang tidak atau kurang bernilai membuat dirinya miskin karakter. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan kemiskinan rohani, tetapi mereka yang rohaninya menyala-nyala dan melayani Tuhan, sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman serta kaya dalam kebajikan.
Sebagaimana Yesus memahami tujuan pekerjaan untuk memenuhi kehendak Allah, kita perlu memahami tujuan pekerjaan kita menurut panggilan dan perintah Allah. Bekerja untuk merospons panggilan Allah; kita melakukan yang terbaik karena alasan sederhana bahwa pekerjaan kita adalah tindakan ibadah kepada Allah yang memanggil kita pada pekerjaan tersebut. Mengerjakan pekerjaan itu menjadi sumber semangat dan sukacita bagi kita. Semakin terpenuhi tugas dan tanggungjawab kita, membuat pribadi kita makin untuh atau berintegritas.

Kesempurnaan (mutu dan integritas produk atau jasa) adalah persoalan integritas panggilan. Kita menghindari pekerjaan ala kadarnya dan menentang pekerjaan yang serampangan. Kita mendapatkan sukacita dan kepuasan dalam pekerjaan yang telah dilakukan dengan maksimal. Kita memandang pekerjaan kita sebagai “seperti untuk Tuhan” sehingga kita mengerjakan dengan sepenuh hati.

Ketika bisnis dikendalikan oleh keuntungan daripada dikendalikan oleh nilai, ketika motif pendorong manusia adalah ketamakan dan cinta akan uang, maka hasil akhirnya selalu sama: hal ini akan menghancurkan dan menggerogoto jiwa serta jalinan masyarakat. Berarti ada orang yang merampok dirinya sendiri dengan pekerjaan yang tidak memandang kepada Allah. Maka kembalikanlah kepada Allah kendali usaha dan motif pendorong pekerjaan pada kehendak Allah. Supaya jiwa kita diperkaya dan relasi kehidupan diperbaharui. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th
GBKP Harapan Indah

Minggu 23 Juni 2019, Khotbah Yohanes 13:31-35

Invocatio :

"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat" Roma13:8

Bacaan :

Yesaya 11:1-9 ( Tunggal)

Tema :

Tanda sebagai Murid-Murid Yesus


I. Pendahuluan
Bahan kita kali ini akan membahas tentang tanda menjadi murid Yesus. Kita akan mencoba memahami arti tanda itu apa?.
Menurut KBBI Tanda artinya yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu : dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah tampak -- nya; 3 bukti: itulah -- bahwa mereka tidak mau bekerja sama; 4 pengenal; lambang: kontingen Indonesia mengenakan -- Garuda Pancasila; 5 petunjuk. Pada tulisan ini akan kita lihat bagaimana tanda/bukti/pengenal sebagai murid-murid Tuhan Yesus. contohnya jika kita mempunyai anak/keluarga, kita akan mengenal orang itu adalah bagian keluarga kita karena ada petunjuk/tanda yang sudah kita kenal (bisa baju yang dipakainya sehari-hari, suaranya, cara dia berjalan, sikap dan tingkah lakunya, kebiasaannya, kemiripan wajah dsb). Kita juga akan menggali bagaimana ciri-ciri/ tanda murid Yesus menurut Injil Yohanes

II. Isi dan aplikasi
Dalam Teks Yohanes 13 ini Bahwa Yesus tahu akan segera ditangkap dan dia menghitung waktu sebelum dia ditangkap dan menderita. Dia mengadakan perjamuan makan dengan murid-muridNya. Kita tahu bahwaYesus adalah Tuhan dan Dia telah mengetahui bahwa salah seorang murid akan menjual Yesus dan ada juga murid (Petrus) yang menyangkal dan meyatakan dia tak mengenal Yesus. Dia Tahu waktuNya akan tiba. Dia akan pergi meninggalkan duniadan kembali ke rumah BapaNYa (Johanes 13:1). Namun dalam ke Maha tahuan Yesus, bagaimana responNya terhadap murid-muridNya? Dia tetap mengasihi mereka. Yesus tidak fokus pada perbuatan yang akan dilakukan Yudas, Petrus, dkk padaNya. Yesus bangkit dari tempat duduknya, menjadi seorang hamba/budak (slave) membasuh kaki mereka satu persatu yang kotor dan berdebu serta mengadakan perjamuan makan malam bersama. Inilah gambaran Yesus Tuhan kita sebagai sumber kasih yang agape. Bagaimana dengan konteks kita saat ini, masih relevankah kasih ditengah banyaknya konflik, fitnah, permusuhan, kebencian, balas dendam, bahkan pembunuhan keji, pemboman gereja? Masihkah KASIH menjadi Tanda Pengikut dan murid- murid Yesus dan terus menerus kita tunjukkan pada dunia?

Justru itu melalui nas ini, Tuhan Yesus memberi teladan dan menunjukkan bagaimana seharusnya kasih yang benar itu dipraktekkan:
1. Kasih itu harus memiliki “daya tahan”. (ay 31,34)
Kebanyakan kasih kita gampang luntur, apabila kita dikecewakan orang lain. Apalagi ketika kita disakiti atau dikhianati (Hos 6:4c). Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana kasihNya yang tidak goyah, walau Ia menyadari betul saat itu, bahwa tiba saatnya Ia akan dikhianati oleh Yudas, disangkali oleh Petrus dan ditinggalkan oleh murid-muridNya. Yesus justru memberi perintah yang baru untuk saling mengasihi. “Sesudah Yudas pergi berkatalah Yesus.....Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi......” (ay 31, 34). Yang menarik di sini kata “baru” berati “segar” artinya, kasih kita harus selalu segar kepada orang lain. Tidak luntur atau goyah karena sikap orang lain yang mengecewakan kita.
Itulah kasih Tuhan Yesus yang selalu segar, memiliki kekuatan dan daya tahan, sehingga walau Ia dikhianati, disangkali, ditinggalkan sendirian. Tetapi kasih Yesus tak pernah berubah. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi besar kesetiaanMu!” (Rat 3:22-23).

2. Kasih itu harus dipraktekkan bukan sekedar teori (ay 34)
Bagi Yesus, kasih memang tidak cukup hanya diajarkan atau teori, dijadikan simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi harus melekat dalam gaya hidup kita, sehingga menjadi ciri khas setiap murid-muridNya. Untuk itu, Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “.....supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.......” (ay 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, “sama seperti Aku telah mengasihimu....” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya.

3. Standard kasih kita harus kasih Agape (ay. 31, 34-35)
Kasih Agape adalah kasih yang rela berkorban tanpa pamrih.Tak berkesudahan kasih itu. Jika hal ini dikaitkan dengan konteks saat itu, berarti adanya kesediaan dari Tuhan untuk mengampuni murid-muridNya, bahkan yang mengkhianatiNya sekalipun. Selain itu juga, adanya kesediaan Tuhan untuk menerima keadaan murid-muridNya apa adanya, sekalipun sangat mengecewakanNya. Adanya kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih. Adanya kesediaan untuk tetap mengasihi walau kasih itu tak terbalas, dll. Itulah model kasih yang juga seharusnya kita terapkan dalam hidup kita sebagai anak-anakNya. Kasih Agape, bukan kasih “karena”..... Saya mengasihinya “karena” ia baik....” Tetapi kasih Agape adalah kasih yang “walaupun” .... Saya mengasihinya “walaupun” ia membenci saya!

4. Kasih Agape harus menjadi identitas/tanda orang percaya (ay 34-35)
Dan akhirnya kasih Agape adalah tanda pengenal atau identitas dari murid Kristus. Orang lain dapat mengenal kita sebagai murid Tuhan, bukan karena warna/model pakaian yang kita pakai, bukan hanya sekedar ibadah minggu yang setia kita hadiri. Bukan hanya sekedar kata-kata yang berbau agama yang kita lontarkan, bukan hanya dari berapa banyak ayat Alkitab yang rajin kita kutip dan hafalkan. Bukan pula dari jabatan yang kita sandang dalam gereja. Identitas seorang murid Kristus diukur dari bagaimana relasi yang penuh kasih mesra dengan Tuhan dan sesama. Apakah kita mau mengulurkan tangan kita kepada yang tersisih? Apakah kita rela memberi dan berbagi dengan mereka yang menderita? Apakah kita mau menyapa dan tersenyum dengan mereka yang tak dipandang dunia ini? Apakah kita mau mengampuni yang bersalah kepada kita? Apakah kita mau bersikap terbuka menerima orang lain apa adanya bahkan mereka yang berbeda dengan kita? Kasih Tuhan Yesus itu terlalu tinggi, dalam dan luas untuk dibicarakan. Tak akan pernah cukup waktu untuk merenungkannya. Sebab itu, ada baiknya jika kita juga mulai mempraktekkannya. Sebab hanya dengan mempraktekkan kasih Agape, kita dapat menjadi saksi Tuhan yang berguna. Kasih Tuhan Yesus itu terlau agung dan mulia untuk direnungkan, tetapi sangat sederhana untuk dapat dipraktekkan. Mengasihi berarti mepraktekkan dan melakukan. Ini adalah kasih yang dilakukan, Kasih yang mendahulukan kepentingan orang lain terlebih dahulu, kasih yang melayani, kasih yang membangun kehidupan bersama oranglain, kasih yang menolong. Yesus mau kita membagikan kasihNya kepada yang lain. Yesus mendesak orang-orang tidakhanya mengasihi teman-teamn tapi juga mengasihi musuh-musuh. Kasih bukan berdasarkan emosi atau perasaan saja. Kasih adalah keputusan, kasih adalahsebuah tindakan/ aksi. Yesus mengatakan Yoh. 13:34 : “A new command I give you: Love one another. As I have loved you, so you must love one another

Kita harus saling mengasihi. Mengutip kata “They will know we are Christians by our Love. They don’t care how much you know until they know how much you care”. Kasih sejati adalah peduli dan empati. Paulus dalam surat I Korintus 13:13: menyatakan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, pengharapan dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah KASIH.

Kasih adalah Tanda Bahwa Kita Murid- Murid Kristus. Selamat mempraktekkan Kasih di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Rosliana br Sinulingga
GBKP Runggun Bumi Anggrek

Minggu 16 Juni 2019, Khotbah II Tesalonika 2:13-17 (Minggu Trinitatis)

Invicatio :

Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan (Yesaya 11:2)

Bacaan :

Kejadian 1:1—5 (Tunggal)

Tema :

“Tuhan Memilih serta Memberi Kekuatan”

I. Pendahuluan
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Menjadi orang percaya atau orang Kristen bukanlah kebetulan terjadi, sebab "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a), dan "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku," (Yohanes 6:44). Artinya kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dipanggil masuk ke dalam kehendak dan rencana-Nya. Ini menunjukkan bahwa kita istimewa dan berharga di mata Tuhan karena dipilih di antara jutaan umat manusia di muka bumi ini. Bukankah banyak yang lebih pandai, lebih kaya, lebih kuat, lebih bertalenta, lebih segala-galanya dibandingkan dengan kita, tapi mengapa Tuhan memilih kita? Inilah yang menjadi renungan kita minggu ini.

II. Pembahasan
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Sebagai umat yang telah dipilih dan diselamatkan, maka layaklah kita untuk menaikkan ucapan syukur itu kepada Allah. Sebab sebaik apapun perbuatan yang kita lakukan atau sekeras apapun usaha yang kita perbuat, namun jika Allah tidak mau memilih kita, maka semuanya itu akan sia-sia belaka.

Dalam kesebelasan tim sepakbola, pemain yang ada merupakan pemain pilihan yang telah lolos seleksi dari sekian banyak orang yang bisa bermain sepakbola. Para pemain ini juga bukan sembarang orang, namun mereka telah teruji dalam pertandingan-pertandingan yang ada. Seleksi pemain ini juga dilakukan secara ketat, supaya bagi mereka yang telah lolos seleksi adalah orang dengan kemampuan bermain yang bagus.

Jikalau untuk sebuah tim sepakbola saja dilakukan seleksi yang sedemikian panjang dan mempunyai standar yang ketat, bagaimana kemudian Allah memilih umat yang akan diselamatkan oleh-Nya? Tentu karya penebusan Allah melalui Kristus adalah bukan hal yang main-main, karena Dia sendiri yang mengutus Putera-Nya untuk melakukan tugas mulia itu bagi kita umat pilihan-Nya.

“Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” ( 2 Tesalonika 2:13 ).

Masing-masing kita adalah umat pilihan Allah yang telah dipilih-Nya sendiri. Jikalau tim sepakbola adalah orang-orang pilihan, terlebih lagi kita yang telah dipilih oleh Allah itu sendiri. Anda dan saya begitu berharga di mata Allah sehingga Dia telah memilih kita. Semua itu bukan karena usaha kita sendiri atau perbuatan yang telah kita lakukan, melainkan oleh karena kemurahan Allah semata.

Titik berat pernyataan syukur Paulus ini terletak pada bagian ketika Tuhan memilih jemaat Tesalonika untuk diselamatkan dari kebinasaan. Pentingnya fakta bahwa jemaat Tesalonika dan juga kita sebagai manusia berdosa dipilih oleh Tuhan untuk dapat mengenalNya yang suci sering sekali kita lupakan. Banyak dari manusia sudah menganggap hal tersebut sesuatu yang lumrah dan bukan hal yang luar biasa. Namun jika kita melihat kebelakang lagi dan mengingat kembali momen dimana kita mengenal Tuhan pertama kalinya, kita harusnya mengerti betapa kita dianugerahi sesuatu yang luar biasa.

Sebagai anak, kita merasa bangga jika kita mendengar orang lain berkata betapa miripnya kita dengan orang tua kita. Namun, pernahkah kita bertanya apakah orang tua kita merasa bangga memiliki anak seperti kita? Ketika Alkitab berbicara tentang memperoleh kemuliaan Kristus, Alkitab mengacu kepada pemahaman tentang kebanggaan yang timbul saat kita menampakkan ciri kemuliaan tersebut.

Allah sebagai pencipta kita adalah Allah yang absolut. Dia berhak memiliki kehendak apapun dan apapun kehendakNya merupakan kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Terlebih lagi, Dia adalah Allah yang adil dan tidak dapat mentolerir sedikitpun pribadi yang bersalah kepadaNya. Adam dan Hawa dapat dikatakan ‘hanya’ memakan sebuah buah yang bahkan mungkin tidak sampai habis memakan buah tersebut, namun Allah menghukum bukan hanya mereka berdua, namun seluruh umat manusia yang lahir ke dunia ini. Hal ini mendemonstrasikan Allah kita yang berhak murka karena ketidaktaatan manusia kepadaNya. Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak memiliki sedikitpun kewajiban untuk menyelamatkan kita. Namun karena kasihNya yang absolut juga kepada manusia ciptaanNya, Dia mengaruniakan AnakNya untuk datang ke dunia ini dan mati untuk menyelamatkan mereka yang dipilihNya untuk percaya kepadaNya sebagai Juru Selamat.

Fakta ini saja seharusnya membuat kita sadar betul bahwa hidup kita yang sudah diselamatkan memiliki tujuan yang pasti. Alhasil kita harus bergerak menuju tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita, yaitu memuliakan diriNya. Jika masih ada diantara kita yang bertanya mengapa? Jawabannya adalah sesederhana bahwa Dia yang absolut sudah memilih untuk mengasihi kita yang telah berdosa kepadaNya. Adakah anugerah ataupun mujizat yang lebih besar dari ini?

Kiranya hidup kita boleh dikaji ulang sekali lagi ketika kita berhubungan dengan Tuhan. Mari kita ingat kasihNya yang begitu besar dengan memilih kita untuk diselamatkan melalui pengorbanan AnakNya. Agar hidup kita boleh kembali ke jalur yang benar yaitu memuliakan Tuhan kita saja.

Pentingnya Ajaran yang benar. Pengalaman rohani dalam iman Kristen bermakna karena pengalaman itu bersumber pada kebenaran. Apabila keteguhan iman Kristen disandarkan pada pengalaman belaka, iman itu akan melemah dan goyah ketika pengalaman buruk seperti aniaya terjadi. Satu-satunya jalan agar iman Kristen kita dapat kokoh teguh dalam keadaan bagaimana pun ialah dengan mengalaskan iman dan pengalaman kita atas ajaran yang benar.

Yesus adalah Firman kebenaran. Kita kenal Dia secara akrab hanya bila kita bersedia menjadikan seluruh kebenaran Alkitab menjadi sumber dan dasar dari sikap, pola pikir, pertimbangan dan kelakuan kita sehari-hari.

Tidak seorangpun yang kebetulan menjadi seorang Kristen, Terlepas dari bagaimana latar belakang kita menjadi kristen, satu hal yang pasti kita adalah orang-orang yang telah dipilih Allah dan yang dipanggil untuk hidup dalam kehendak dan rencana-Nya. Jika kita menjawab “ya” terhadap panggilan Tuhan, maka Tuhan memberikan penghiburan dengan memperbaharui semangat kita dan Tuhan memberikan kekuatan yang baru, untuk kita tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Sebagai orang pilihan Allah, kita harus memahami benar pengertian dari “dipilih Allah” yaitu :
1. Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab (Matius 5:13—16 ; 28:19—20).
Yesus berkata, “kamu adalah garam dunia”, dibagian lain Ia berkata, “pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, dalam ucapan Yesus ini terkandung perintah yang harus kita kerjakan dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

2. Dipilih Allah berarti dibela Allah (Roma 8:33).
Sebagai orang pilihan memiliki jaminan akan pembelaan Tuhan yang akan menuntun kepada kemenangan.

3. Dipilih Tuhan berarti harus hidup memelihara iman (Titus 1:1).
Orang pilihan Tuhan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara imannya agar tetap teguh didalam Tuhan.
Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab, dipisahkan dari kehidupan lama, dan selalu dalam pembelaan Tuhan, juga diberi tugas untuk memelihara iman dirinya sendiri. Dibalik panggilan Allah pasti ada maksud dan rancangan-Nya yang mulia yang hendak dinyatakan didalam kehidupan setiap orang percaya.

III. Penutup – Refleksi
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Menjadi orang pilihan yang ditebus dengan darah Kristus sepatutnyalah membuat kita orang yang percaya senantiasa mewarnai hidup dengan ucapan syukur. Kita yang bernoda dibuatNya berharga karena kasihNya. Kita yang sesat telah dibuatnya selamat karena anugerahNya dan kita yang nista akibat dosa telah diangkat menjadi milikNya. Kenyataan sedemikian membuat Paulus dengan tegas meminta jemaat di Tesalonika untuk terus menerus mengingat dan menghayati penebusan Kristus.

Paulus meminta jemaat Tesalonika dan kita semua untuk mengucap syukur atas keselamatan dan terlebih atas kemuliaan yang mereka terima dalam Kristus Yesus. Tidak ada hal lain yang lebih berharga dari kedua hal tersebut mengingat keadaan manusia yang secara logika sulit pulih (Roma 3:23) tetapi syukur kepada Allah sebab Dia menyelamatkan bukan dengan menggunakan logika/akal ataupun daya upaya manusia tetapi semata-mata hanya karena kasih karuniaNya (Efesus 2:8). Itulah sebabnya Rasul Paulus sangat mengharapkan jemaat Tesalonika dan kita semua sungguh-sungguh menyadari hal itu dan menjalani kehidupan yang berakar/beriman kepada Kristus. Dengan cara apa? Dalam 2 Tesalonika 2:15 Paulus memberikan nasihat agar jemaat Tesalonika beriman melalui hidup yang berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang tidak lain adalah kebenaran Firman Tuhan yang mereka terima baik secara lisan maupun tertulis.

Kita sudah merenungkan betapa berartinya hidup kita jika kita mengizinkan Kristus menjadi raja yang memerintah dalam hati kita. Hari ini, melalui nasihat Rasul Paulus, Firman Tuhan kembali menguatkan kebenaran bahwa kita berdiri teguh dan berpegang pada FirmanNya, maka Kristus akan menjadi sumber pengharapan, penghiburan sejati, dan menjadi sumber datangnya segala hal yang baik bagi kita sehingga kita dimampukan untuk mengarungi kehidupan di dunia ini dengan penuh kemenangan.

“Bersumber pada ALLAH, kita tak mungkin SALAH apalagi KALAH, tetapi bersumber pada ilah (sumber selain ALLAH), kita pasti MUSNAH”. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th
GBKP Runggun Graha Harapan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD