SUPLEMEN PA MORIA TANGGAL 11-17 JUNI 2023, 1 SAMUEL 8:1-18

Ogen  : 1 Samuel 8:1-18

Tema  : Milih Pemimpin

Tujun : Gelah Moria:

                - Meteh Pemnindon Bangsa Israel Guna Ngangkat Sekalak Raja

                - Muat Bagin Ibas Ngalo-ngalo Pemilihen Legislatif ras Presiden Serentak Tahun 2024

 

 

I. Pendauluan

Memilih pemimpin tidak bisa didasarkan pada perawakan, memiliki otoritas yang besar dan kapasitas yang besar saja. Pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang rela menjadi seorang pelayan. Yesus berkata dalam Matius 23:11 bahwa barang siapa ingin menjadi yang terbesar maka dia harus menjadi pelayan. Memang tidak mudah untuk memilih pemimpin yang benar-benar mau melayani masyarakat, oleh karena itu kita harus tetap meminta tuntunan Tuhan agar nantinya kita tidak salah memilih atau bahkan tidak mau mengambil bagian didalam memilih. Memilih legislative dan Presiden adalah tugas dan tanggungjawab kita bersama. Mari kita belajar dari apa yang dilakukan oleh Samuel atas permintaan bangsa Israel agar mereka memiliki seorang raja.

II. Isi

Seiring perjalanan waktu, Samuel menjadi tua. Ia digantikan oleh kedua anaknya, yakni Yoel dan Abia, mereka menjadi hakim di Bersyeba. Namun sayang, keduanya tidak hidup seperti ayah mereka. Keduanya lebih senang mengejar laba, menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan. Terhadap hal ini, bangsa Israel menjadi sangat kecewa. Oleh sebab itu, berkumpullah tua-tua Israel menghadap Samuel. Mereka meminta Samuel mengangkat raja atas mereka. Israel menyadari bahwa tanpa dipimpin seorang raja, sebagaimana yang dimiliki bangsa-bangsa lain, mereka rentan untuk dijadikan bulan-bulanan musuh-musuh mereka. Maka mereka meminta raja untuk menggantikan Samuel menjadi hakim atas mereka. Mereka lupa bahwa kekalahan yang dialami Israel bukan karena tidak ada kepemimpinan politik yang bersistem, melainkan karena dosa-dosa mereka. Mereka lupa bahwa Allah adalah Raja, pemimpin sejati mereka. Sudah berulang kali Allah terbukti dapat diandalkan.

Permintaan tersebut sangat mengesalkan hati Samuel. Meski kecewa, ia membawa hal itu ke hadirat Tuhan; memohon bimbingan dan petunjuk dari-Nya. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan untuk meminta petunjuk. Menolak Tuhan sebagai Raja dan menggantikan Dia dengan manusia, mengandung konsekuensi yang besar. Samuel menguraikan harga mahal yang harus mereka bayar kepada raja,Samuel memberi pertimbangan-pertimbangan kepada bangsa Israel seandainya mereka mempunyai seorang raja adalah sebagai berikut:

  1. Anak-anakmu laki-laki akan diambilnyadan dipekerjakannya  pada keretanya dan pada kudanya, menjadikan mereka kepala  pasukan, mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mere
  2. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan.
  3. Dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun  zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya, dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya sepersepuluh  dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain.
  4. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya.
  5. Dari kambing dombamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya.
  6. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu. 

III. Aplikasi

Memilih pemimpin merupakan tanggungjawab iman orang percaya. Dan dengan memilih, kita bisa menentukan orang yang tepat untuk duduk di kursi legislative, Presiden dan Wakil Presiden lima tahun ke depan. Kriteria pemimpin yang baik. “Alkitab memberikan pengajaran yang jelas tentang pentingnya kepemimpinan dalam sebuah bangsa. Bahkan dalam Alkitab, pemimpin hadir untuk menjalankan mandat Ilahi. Dalam Roma 13:1 dikatakan bahwa “….tidak ada pemerintahan, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.” Karena itu, proses memilih pemimpin bangsa tidaklah lepas dari mandat dan campur tangan Allah. Jadi, ketika kita memilih pemimpin kita harus sadari bahwa kita sedang menjalankan mandat Ilahi untuk melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab.

 Seperti apakah pemimpin yang baik? Kitab Keluaran 18:21 mengatakan bahwa mereka yang layak dipilih sebagai pemimpin haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengajaran suap.” Begitu juga, dalam Kitab Kisah Para Rasul 6:3 dikatakan “…pilihlah tujuh orang di antara kamu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat…”. Dua pesan Alkitab ini kiranya bisa menuntun kita untuk menentukan pilihan dalam pemilihan legislative dan Presiden demi menghasilkan pemimpin bangsa yang baik dan bertanggungjawab bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Menjelang Pemilu, kita diterpa beragam iklan para calon pemimpin negeri. Demi mendongkrak popularitas, mereka menggunakan banyak cara untuk mempromosikan diri. Tidak jarang hal itu membuat kita bingung dalam memilih. Alhasil, orang Kristen bisa jadi keliru memilih karena termakan iklan atau karena ajakan untuk memilih berdasarkan kesamaan suku atau agama. Firman Tuhan memberi tuntunan kepada kita untuk memilih pemimpin yang baik, yakni orang yang mengenal Allah. Namun, mendeteksi karakter tersebut ternyata tak sesederhana menyimak tampilan iklan mereka. Karakter ini juga tidak dapat dikenali dari suku atau agama seseorang. Melalui nabi Yeremia, Tuhan mengajar kita untuk melihat perwujudan karakter “mengenal Allah” dalam tindakan nyata: melakukan keadilan, kebenaran, memperhatikan dan memperlakukan orang sengsara dan miskin dengan adil.

Secara umum—menurut David Freemantle dalam bukunya How to Choose—ada 3 prinsip pokok yang harus kita pelajari sebelum memilih sesuatu, yang dikenal dengan akronim HOW. Prinsip pertama, Hesitate (pertimbangan). Dalam memilih, kita harus melakukan pertimbangan yang matang. Dalam Pemilu, kita harus mampu melihat dengan seksama rekam jejak calon pemimpin yang akan kita pilih, sehingga tidak seperti membeli kucing dalam karung. Kedua, Outcome (hasil), yaitu kita harus siap dengan konsekuensi dari pilihan kita. Oleh karena itu memilih butuh keseriusan dan bukan asal-asalan memilih, karena setiap pemilih ikut menentukan masa depan bangsa yang akan berada di tangan pemimpin yang kita pilih. Ketiga Ways (jalan), yaitu banyak jalan atau cara yang dapat kita peroleh untuk mengetahui calon pemimpin yang akan kita pilih, seperti melalui sumber-sumber terpercaya, dan bukan berita-berita bohong (hoax).

Dalam menghadapi pemilihan legislative dan presiden, orang Kristen tak boleh acuh tak acuh, namun harus bersikap arif. Jangan lagi terjebak pada daya pikat iklan atau mengikuti ajakan untuk menilai calon berdasarkan kulitnya saja. Mengikuti petunjuk Firman Tuhan, marilah kita memilih pemimpin yang baik bagi negeri ini. Seperti yang dilakuakn Samuel yang berdoa untuk meminta petunjuk kepada Tuhan, kita juga sebagai orang Kristen harus tetap berdoa meminta tuntunan Tuhan agar orang-orang yang kita pilih adalah orang yang tepat dan takut akan Tuhan dan kita juga harus berdoa agar Pemilu kita berjalan dengan aman,adil, jujur dan yang terpilih juga adalah orang yang takut akan Tuhan.

Semoga kita dipimpin Tuhan dan berjalan menuju kedewasaan dalam mengambil keputusan. Semoga kita bijak memilih para pemimpin bangsa Indonesia dan tidak menyatakan diri sebagai pemilih Golput.

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD