SUPLEMEN PA MAMRE 16-22 APRIL 2023, ESTER 2:5-11

Ogen   : Ester 2:5-11

Tema   : Mereken Simehulina Man Anak

Tujun   : Gelah Mamre:

1. Ngidah perbahanen Mordekai ras Hagai ibas mpekena-kena Ester.

2. Nehken kesetianna ibas jabu alu mpekena-kena anak guna ndatken masa depanna.

 

I. Kata Penaruh

Kitab Ester merupakan satu dari Kitab Perjanjian Lama dan termasuk dari Kitab-kitab Sejarah, yaitu kitab-kitab yang memberikan gambaran perjalanan bangsa Israel. Kitab ini memang merupakan kitab yang unik dalam seluruh Perjanjian Lama. Keunikan itu ditandai dengan; pertama, kitab yang menggunakan nama perempuan, dan kitab ini tidak menyebutkan kata “Tuhan” satu pun. Tentu, bagi jemaat yang membaca Alkitab akan bertanya mengapa kitab ini menjadi satu bahagian dalam Perjanjian Lama. Meskipun eksistensi nama Allah tidak muncul dalam kitab ini, namun pemeliharaan Allah (Providensia Dei) terlihat jelas di dalamnya, yaitu melalui pembebasan orang Yahudi dari rencana pembunuhan masal Haman. Kitab Ester membuktikan bahwa Allah tetap setia dalam memelihara dan menolong umat-Nya yang berada di dalam kesusahan dan kesulitan. Bahkan Samuel J. Schultz dalam bukunya “Pengantar Perjanjian Lama,”[1] mengatakan bahwa meskipun nama Allah tidak disebutkan, tetapi Allah tetap menyatakan pemeliharaan-Nya dan melindungi umat-Nya. Dalam hal yang sama Charles Swindoll mengatakan,”Walaupun mungkin sekali-kali Allah kelihatan jauh, dan walaupun Ia tidak kelihatan bagi kita, Ia selalu tidak terkalahkan. Ini merupakan pelajaran pokok dari kitab Ester. Walaupun namanya tidak hadir dalam lembaranlembaran kitab yang khusus dari sejarah orang Yahudi ini, Allah tetap hadir dalam setiap adegan dan di dalam gerakan dari setiap peristiwa. Akhirnya, pada puncaknya ia membawa segala sesuatu kepada klimaks yang mengagumkan ketika Ia membuktikan diri-Nya sendiri sebagai Tuhan dari umat-Nya, bangsa Yahudi[2].”

Kitab Ester sebenarnya kitab yang menceritakan tentang perjalanan bangsa Yahudi yang masih dalam pembuangan, pada zaman Kerajaan Persia pada abad ke- 5. Sebagai sebuah kitab, Kitab Ester menjadi satu bahagian dalam kanon Perjanjian Lama karena kitab ini memiliki arti penting bagi bangsa Israel, yaitu pemaknaan akan Perayaan Purim, pesta pembebasan bangsa Yahudi dari Kekaisaran Persia. Nama Ester sendiri adalah nama dari seorang perempuan Israel yang bernama Hadasa (Est 2:7), yang kemudian berganti nama Persia, sebagai Ester. Ester adalah perempuan yang diangkat menjadi anak oleh Mordekhai, seorang Yahudi dari suku Benyamin (bdk. Est 2:5-7). Ketokohan Ester penting kerana ketika Raja Ahasyweros dikecewakan oleh Ratunya, Wasti dan tindakan itu merugikan bagi para lelaki Persia, karena tidak dapat tidak dihormati oleh perempuan, anggota-anggota istana raja mengusulkan agar mengadakan sayembara untuk memilih ratu baru menggantikan Wasti.

II. Uraian Teks

Kitab Ester dapat dibagi menjadi tiga bagian dalam penguraian teks nya begitu juga pemaknaannya. Seorang teolog bernama Gertz membaginya menjadi tiga bagian, yakni eksposisi (1:1 sampai 2:23), isi (3:1 sampai 8:17) dan penutup (9:1 hingga 10:3). Eksposisi menjelaskan bagian pembukaan mengenai konflik yang terjadi di dalam istana Ahasyweros hingga tampilnya tokoh utama yakni Ester dan Mordekhai. Pada bagian isi ini dimulai dengan munculnya tema penghancuran orang Yahudi di dalam seluruh wilayah kekaisaran melalui Haman dan pengikutnya. Pada bagian tengah teks beralih pada upaya Mordekhai dan Ester berjuang baik secara rohani (berdoa dan puasa) maupun fisik (mengambil resiko menghadap raja) untuk membongkar rencana jahat Haman tersebut dan menggagalkannya. Bagi Mordekhai yang seorang Yahudi yang taat, maka Ester juga dididik sebagai anak yang taat terhadap Allah, hal ini ditandai dengan pemahaman secara Rohani dan etika dari Ester terhadap Raja dan orang-orang di kerajaan Persia. Siapa yang menduga dan mengira sebagai orang buangan (Yatim-Piatu) dan menjadi rakyat lapis bawah, karena kemolekan dan kecantikannya serta perilakunya akhirnya Ester, anak angkat Mordekhai yang juga sebagai pamannya yang bekerja sebagai pegawai istana, ikut dipilih Hegai yang seorang pengawas dan penjaga perempuan di istana raja, masuk dalam nominasi pemilihan ratu Persia. Berkat didikan Mordekai, tingkah laku dan tindak tanduk Ester membuat setiap orang suka dan menyayanginya, sehingga Hegai memindahkan Ester ke tempat terbaik di balai perempuan istana raja.  

Pada bagian ini menunjukkan pemahaman yang memuncak pada kemenangan Ester dan orang-orang Yahudi. Namun Ester, sekalipun ia seorang perempuan, ia harus berani memperjuangkan sebuah pembebasan yang besar. Di sini ia menempatkan peran perempuan menjadi sejajar dengan laki-laki[3]. Haman dihukum mati dan Mordekhai menggantikan posisinya. Bagian penutup menceritakan legitimasi dan kemenangan orang-orang Yahudi di dalam kerajaan dan penetapan hari raya Purim[4]

III. Aplikasi

Sekalipun tidak memiliki unsur gramatikal yang merujuk nama Tuhan, tetapi karya Tuhan dapat dibaca dan diungkapkan di dalam kitab Ester. Intervensi Tuhan di dalam sejarah umat-Nya terlihat melalui penempatan para tokoh secara tidak kebetulan, seperti Ester, Mordekhai dan Haman di dalam penyajian narasi[5]. Gambaran karya Tuhan yang tersembunyi dalam kisah Ester ini menunjukkan bahawa Tuhan tidak diam dalam situasi apa pun. Kekacauan-kekacauan yang terjadi, seperti pembunuhan, kekerasan dalam Kitab Ester ini bukan menyatakan “Kematian Tuhan”, atau Tuhan tidak hadir di sana. Sebaliknya kitab Ester memberikan perspektif bahawa Tuhan tetap bekerja dan berkarya dalam kehidupan manusia meskipun situasi hidup dalam kekelaman. Dengan kata lain, Kitab Ester menegaskan bahawa Tuhan selalu bekerja meskipun tidak nampak atau bahkan tidak disebutkan dalam suatu kitab. Jadi di sini kita melihat bahwa keteladanan dan kepatuhan Mordekhai kepada Tuhan yang dilihat Ester. Selaku orangtua atau secara khusus MAMRE bisa belajar dari Mordekhai dalam mendidik Ester. Ketaatan dan kepatuhan Ester untuk mengikuti didikan orangtua angkatnya membawanya kepada pengharapan baru bagi bangsanya.Tanpa campur tangan Tuhan, Ester akan tetap menjadi orang buangan.

Dalam penjelasan bahan PA Mamre ini, bukan semata-mata merujuk kepada anak Perempuan saja karena pembahasan yaitu Ester, tapi secara universal kesemua anak tanpa memilih gendernya. Mereken Simehulina man anak bukan dalam artian memberikan semua yang diminta oleh anak, tapi Mamre dapat mem-Filter yang baik dan tepat guna man anak. Pendidikan moral dengan dasar ketentuan Iman Kristen (Alkitab) dapat menjadi titik dasar membentuk karakter anak. Keluarga Kristen memerlukan pengajaran guna mewujudkan keadaan dan suasana yang harmonis namun tetap dalam lingkup nilai-nilai Alkitabiah. Prinsip kekristenan dalam memandang keluarga berbeda dengan pandangan keluarga dari perspektif keyakinan lainnya. Pandangan kekristenan tentang orang tua dianggap sebagai wakilnya Tuhan dibumi ini sehingga sering ditekankan tentang rasa penghormatan anak kepada orang tua (bdk kel 20:12).

Dari data yang diperoleh melalui Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan kekerasan pada anak sudah masuk dalam tahap darurat dan mengkhawatirkan. Kondisi ini dipicu faktor kompleksitas kekerasan pada anak yang semakin meningkat. Keterlibatan semua pihak semakin krusial perannya dalam upaya penindakan dan pencegahan. Merujuk data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat 4.683 aduan sepanjang tahun 2022. Dari jumlah itu, sebanyak 2.113 aduan terkait perlindungan khusus anak, sebanyak 1.960 aduan terkait lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, 429 aduan terkait sektor pendidikan dan budaya, 120 aduan terkait sektor kesehatan dan kesejahteraan, serta 41 aduan terkait pelanggaran hak kebebasan anak. Sebanyak 65,2 persen aduan berasal dari 10 provinsi. Jawa Barat menempati jumlah pelanggaran terbanyak (929 kasus), diikuti DKI Jakarta (769 kasus), Jawa Timur (345 kasus), Banten (312 kasus), Jawa Tengah (286 kasus), Sumatera Utara (197 kasus), Sumatera Selatan (62 kasus), Sulawesi Selatan (54 kasus), Lampung (53 kasus), dan Bali (49 kasus).

Berdasarkan data diatas, maka anak yang memperoleh penghajaran dan bukan pengajaran akan membentuk karakter yang kurang mendapat bimbingan. Anak-anak perlu bimbingan dalam banyak hal dari belajar sampai menjadi mandiri, dan orang tua berperan penting dalam hal ini. Membimbing adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menuntun, memimpin, memberi petunjuk dan memberikan penjelasan kepada orang lainnya. Orang tua sebagai wakil Allah di bumi ini tentu memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membimbing anak yang telah dipercayakan kepadanya. Orang tua bukan hanya berhenti kepada pendidikan untuk memberitahu bagaimana bersikap dan berperilaku dalam kehidupan ini. Tetapi, orang tua harus membimbing anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, orang tua bukanlah seorang pengambil semua keputusan, tetapi menjadi pembimbing bagi anak dalam menghadapi berbagai keadaan yang ada. Tentunya dengan pengalaman yang begitu minim, seorang anak membutuhkan orang tua dalam pengambilan keputusan sebagai penasihat dalam mempertimbangkan pengambilan suatu keputusan.

Kemudian orang tua juga wajib menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Sehingga anaknya dapat membangun integritas dengan lebih cepat dikarenakan lingkungan sekitarnya yang mendukung untuk anak terus. Sesudah itu, orang tua wajib mengarahkan anaknya untuk melakukan hal-hal kecil yang berkaitan dengan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Mamre sudah saatnya menjadi Teladan, sahabat bagi anak-anaknya. Mamre jangan memberi “tembok penghalang” bagi anak-anaknya, kekelengen ras edukasi jadi gelemen man banta Mamre, eme simehulina siibutuhken anak ibas zaman gundari enda. Sebab adi la sibere nanam kekelengen ras pengajaren, anak gundari banci ndarami kepuasan sideban diluar keluarga si lenga jelas hasil dan kualitasnya.

Pdt. Anton Keliat, S. Th. M.A.P- Runggun Semarang

 

[1] Samuel J. Schult, Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2000.

[2] Charles R. Swindoll, Wanita Yang Kuat dan Mulia ESTER, Bandung: Cipta Olah Pusteka, 2002. Hal.18.

[3] Swindoll, Charler R., Wanita Yang Kuat dan Mulia Ester, Bandung : Cipta Olah Pustaka, 2002, hal 194

[4] Gertz, J. C., Berlejung, A., Schmid, K., & Witte, M. (2012). Purwa Pustaka - Eksplorasi ke Dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama dan Deuterokanonika. BPK Gunung Mulia.

[5] LaSor, W. S., Hubbard, D. A., & Bush, F. W. (1996). Old Testament survey: the message, form, and background of the Old Testament (2nd ed). Eerdmans Publishing Co.

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD