SUPLEMEN PA MAMRE 09-15 APRIL 2023, JESAYA 54:10

Ogen   : Jesaya 54:10

Tema   : Keleng Ate Tuhan La Mundu-Undu

Tujun   : Gelah Mamre:

-Ngangkaikuga belinna kerna keleng ate Tuhan man bangsaNa gia melala kelemahenna ras kiniseran sinihadapina.

-Ngasup erbahan komitmen mperdiateken ras ngkelengi Saitun bagi Dibata engkelengi bangsaNA.

 

I. Kata Penaruh

F.L. Baker membagi kitab Yesaya dalam tiga bagian besar, bagian pertama membicarakan zaman Asyur pasal 1-39, bagian kedua mulai pasal 40-54, memuat perkataan-perkataan penghiburan untuk umat Allah, yang mengeluh di Babel dalam pembuangan, dan bagian ketiga, mulai pasal 55-66 memuat umat Yahudi mengharapkan bahwa dengan pembebasan dari Babel (438 sM) dimana Yerusalem akan diliputi damai sejahtera di hadapan Allah[1]. Sumber lain menyatakan Kitab Yesaya dibagi dalam 3 (tiga) buku utama, yaitu:

  1. Proto-Yesaya(Yesaya 139) berasal dari zaman ketika Yehuda, kerajaan selatan, ketika mereka terancam oleh Asyur, negara tetangga yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Tuhan. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan, Nabi Yesaya mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Tuhan akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan Tuhan. Yesaya juga meramalkan perdamaian dunia dan kedatangan seorang keturunan Daud yang akan menjadi raja yang diidam-idamkan.
  2. Deutero-Yesaya(Yesaya 4055) ditujukan kepada orang-orang Yehuda yang hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru. Tema penting bagian ini ialah bahwa Tuhan itu Tuhan yang menguasai sejarah, dan bahwa Ia merencanakan untuk mengutus umat-Nya ke segala bangsa yang akan diberkati melalui Israel. Ayat-ayat tentang "Hamba Tuhan" merupakan salah satu bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama.
  3. Trito-Yesaya(Yesaya 5666) sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali di Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa itu. Perhatian khusus diberikan kepada cara hidup yang benar dan keadilan; juga kepada cara merayakan hari Sabat, mempersembahkan kurban dan doa. Ayat-ayat penting ialah 61:1-2 yang dipakai Yesus untuk menyatakan panggilan-Nya ketika Ia memulai tugas-Nya di dunia[2]

Yesaya dalam bahasa Ibarani yesya’yahu artinya Yahweh adalah keselamatan. Ia adalah putra dari Amos (tetapi bukan nabi Amos. Ia tinggal di Yerusalem (Yes. 7:1-3; 37:2). Sesuai tradisi ia berasal dari keluarga raja dan keturunan bangsawan. Ia memiliki istri yang disebutnya dalam 8:3. Dua anaknya disebutkan dengan nama simbolis atau disebut “tanda dan alamat” (8:18), Shear Yasyub, artinya “sisa itu akan kembali” (7:3) dan Maher-Syalal Hasy-Bas, artinya “percepatlah merampas, bersegerahlah merampok (8:1-4). Yesaya hidup sezaman dengan Mikha (1:1 dengan Mikha 1:1). Namun aktifitasnya didahului oleh Nabi Amos dan Hoses (Am. 1:1; Hos. 1:1). Amos dan Hosea bernubuat untuk suku-suku di Israel Utara dan Yesaya dan Mikha bernubuat di Yehuda atau Yerusalem (Yes. 1:1). Pada zaman Uzia (791/790-74-/739 sM), Yotam (740/739-732-/731 sM), Ahas (735- 716/715sM), dan Hizkia (716/715-687/686 sM).

II. Uraian Teks

Tulisan ini berupaya untuk menambahkan salah satu aspek pengertian dalam memahami misi Tuhan. Yesaya 54:10 tidak terlepas dari bacaan Yesaya dari ayat yang 1 mengenai pemulihan dan perjanjian damai umat Allah, dan teks ini akan menjadi titik tolak diskusi dalam tulisan ini. Pertanyaan utama yang akan didiskusikan dalam artikel ini adalah bagaimana nubuatan dalam Yesaya 54:10 harus dipahami dalam kaitannya dengan konsep Alkitab mengenai “misi Allah” dalam sejarah umat manusia. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, historical redemptive approach[3] “pendekatan sejarah penebusan (keselamatan)” akan digunakan untuk membaca makna dari nubuatan pemulihan Sion dalam Yesaya 54:2- 3, yang dilihat dari pemahaman Alkitab secara keseluruhan mengenai rancangan pemulihan Allah dalam sejarah manusia dan penggenapannya dalam sejarah gereja. Untuk itu, bagian pertama dari suplemen PA Mamre ini akan membahas mengenai makna dan pesan Yesaya 54:10 dalam konteks historisnya. Setelah itu, pembahasan mengenai konsep “pemulihan manusia” dan pemerintahan Allah akan dibahas dalam bagian kedua. Bagian ketiga akan memuat diskusi mengenai historic traditions “tradisi iman” mengenai pergumulan dan pengalaman gereja dalam memenuhi panggilan mereka dalam misi Allah terkait dengan nubuatan pemulihan umat Allah dan pemerintahan Allah.

Yesaya 54 diawali dengan perintah bahwa Sion harus bersukacita sebab Tuhan akan mengubah dia, dari seorang perempuan malang yang tidak memiliki anak dan ditinggalkan oleh suaminya[4], menjadi perempuan yang berbahagia dengan banyak anak dan keturunan. Dalam PL, ada beberapa perempuan yang walaupun mereka tidak mampu melahirkan anak namun mereka kemudian mengalami pertolongan Tuhan, misalnya saja: Sarah (Kej. 11:30), Ribka (Kej. 25:21), Rahel (Kej. 29:31), dan Hana (1Sam. 2:5). Goldingay percaya bahwa gagasan mengenai Sion yang dilukiskan sebagai perempuan yang tidak memiliki keturunan dalam Yesaya 54:1 bersumber dari tradisi Sarah, yang memiliki pergumulan yang sama.11 Dalam budaya timur kuno, perempuan yang tidak memiliki anak sering kali harus hidup dengan menanggung malu (bdk. Yes. 54:4), dan mereka juga memiliki posisi yang dipandang lemah baik dalam keluarga dan masyarakat (bdk. 1Sam. 1:7).12 Meskipun demikian, tradisi mengenai Sarah dikutip dalam Yesaya 54:1 bukan hanya karena Sion dan Sarah mengalami pergumulan yang serupa, namun karena keduanya mengalami pemulihan yang sama dari Tuhan.

Walaupun bangsa Israel mengalami krisis karena pembuangan, dimana sepuluh suku dibuang ke Asyur dan dua suku yang tersisa dibawa ke Babel, namun Allah tetap memperhatikan Sion. Peristiwa pembuangan memang telah membuat Sion seperti seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya atau seperti perasaan seorang ibu yang tidak mampu memiliki anak, bahkan pemberontakan Israel terhadap Allah membuat mereka seperti seorang istri yang ditinggalkan suaminya. Pergumulan dan perasaan Israel yang demikian diungkapkan melalui teriakan Israel kepada Tuhan dalam Yesaya 49:14: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku." Jeritan ini dijawab Tuhan melalui janji kedatangan “sang hamba Allah” (Yes. 50-53) dan janji pemulihan Sion (Yes. 54) sebagai dampak dari karya “sang hamba.” Dalam anugerahnya, Allah akan kembali kepada Sion walaupun ia pernah berlaku tidak setia kepada Tuhan, dan kepada Yerusalem, yang sudah seperti seorang janda yang tidak punya keturunan, Allah akan memberikan anak-anak kepadanya lebih banyak dari pada apa yang sebelumnya ia miliki.

III. Aplikasi

Yesaya 54:10, “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau”. Jaminan yang Allah sediakan buat kita adalah jaminan berdasarkan “kasih-Nya kepada kita”. Allah mengasihi kita itulah jaminan hidup kita baik hari ini maupun hari esok sampai kepada kekekalan.

Apapun yang terjadi pada kita, digambarkan seperti gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang...melambangkan kondisi dan situasi yang kritis, krisis dan menakutkan! Kita sering kali mengalami keadaan seperti itu. Dalam rumah tangga kita, sakit penyakit yang kita alami, tekanan dari orang-orang di sekitar kita, kondisi keuangan kita yang memburuk, bisnis yang macet, pekerjaan yang tidak mengalami peningkatan dan tagihan-tagihan yang menumpuk. Kita seakan-akan mengalami gempa bumi setiap hari. Dalam semua keadaan seperti itu kasih Tuhan tidak akan beranjak dari hidup kita. Tuhan tetap mengasihi kita. Di dalam kasih-Nya Dia tetap memelihara dan memberkati hidup kita. Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa keunggulan jaminan kekal dari Allah bagi hidup kita?” Berdasarkan ajaran Alkitab, maka ada beberapa keunggulan dari jaminan Allah bagi hidup kita, yaitu:

  1. Jaminan Allah memberi terobosan (breakhtrough).

Berdasarkan Ayat 1, berkata bahwa yang mandul bersorak-sorak sebab ia akan melahirkan dan yang ditinggal suami akan memiliki lebih banyak anak dari pada yang bersuami. Tuhan menjanjikan ada trobosan dalam keadaan yang tidak mungkin. Bahkan Tuhan akan membuat pembuktian yang luar biasa bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.

Saat dalam usia saitun, bisa saja orang akan berkata untuk apa lagi berusaha kalau sudah tua, usahamu tidak akan maju, tidak mungkin ada pelanggan, tidak mungkin ada penjualan, sudah bau tanah, sakitmu tidak akan pulih, anak-anakmu akan gagal. Namun dalam jaminan kasih Tuhan, Dia adalah Allah pencipta langit dan bumi, Dia Allah ElSadday, Dia Mahakuasa dan mampu untuk mendatangkan terobosan dalam hidupmu. Air berubah menjadi anggur, buta melihat, lumpuh dapat jalan, mati dibangkitkan, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Jaminan kasih-Nya memberikan kepastian terobosan di tengah-tengah kemustahilan.

  1.   Jaminan Allah terjadi pelipatgandaan (multiplication).

Jaminan kasih Tuhan, hidup kita tidak akan selalu sama seperti kemarin selalu ada pelipatgandaan dalam setiap aspek hidup kita. Kalau orang lain berkurang kita malah bertambah. Pelayanan kita akan terus diberkati, keluarga, bisnis, study dan sebagainya akan mengalami perkembangan. Mamre juga akan menjadi Saitun, maka Mamre harus menunjukan keteladanan bagi orang tua (saitun) dan Mamre tidak lagi takut dan malu untuk menjalani kehidupan sebab Tuhan membuat kita berbeda dengan masa lalu kita. Rasa takut dan malu kita akan diangkat dan digantikan dengan kebahagiaan. 

  1. Jaminan Allah memberikan kesejahteraan (walfare).

Jaminan kasih Allah memberikan kesejahteraan. Hidup kita penuh sejahtera sekalipun di tengah-tengah kesulitan hidup yang siap menyerang kita. Allah adalah perisai dan kota benteng kita. Ia akan menghalau musuh-musuh kita dan menghacurkan segala rencana dan niat hati mereka yang jahat. Orang yang melawan kita akan rebah. Tuduhan dan fitnahan akan dikembalikan kepada mereka. Itulah keunggulan dari jaminan Allah yang kekal bagi kita. Oleh sebab itu, jangan ragukan jaminan Allah bagi hidup kita. Sekalipun dunia menawarkan segala sesuatu yang menggiurkan, ingatlah bahwa semua tawaran dan jaminan dari dunia hanya bersifat sementara. Dalam rentang waktu sesaat kita bisa nyaman, tetapi setelah itu kita akan mengalami hal yang buruk. Itulah tawaran dan jaminan yang diberikan oleh dunia. Berbeda dengan jaminan yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada kita. Jaminan dari Dia bersifat kekal dan selalu membawa kesejahteraan yang sempurna bagi kita.

            Satu hal yang harus kita ingat, bahwa segala hal akan berlalu. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Semua datang dan pergi. Kebahagiaan dan kegagalan, semuanya akan berlalu. Mari belajar menghargai semua hal yang datang dalam hidup ini, dan belajar merelakan semua, saat waktunya berlalu. Kesulitan-kesulitan yang sedang kita hadapi pun, akan berlalu. Kita hanya perlu menyikapinya dengan benar. Tetapi bagaimana menyikapi kesulitan kita dengan benar? Dengan percaya dan berpegang pada FirmanNya. Mazmur 19:8-11 dengan jelas menyatakan bahwa Firman TUHAN adalah panduan hidup yang absolut. Sangat mendetail dan jelas. Alkitab adalah peta kehidupan, yang penuh dengan petunjuk jalan dalam segala bidang.Dalam rangka HUT Saitun ke-8, mengajak Mamre untuk tidak takut dan khawatir akan masa depan, belajarlah dari orang tua kita di Saitun, pengalaman dan pengamalan Firman Tuhan akan memberikan pencerahan bagi Mamre. Cidahken keleng ateta selaku Mamre erdiate, erpemere man Saitunta.

Pdt. Anton Keliat, S. Th. M.A.P

Runggun Semarang

 

[1] FL. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1990), 669

[2] Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.

[3] Bdk. Richard B. Gaffin Jr., “The Redemptive Historical View,” in Biblical Hermeneutics: Five Views, ed. S. E. Porter and B. M. Stovell (Downers Grove: IVP, 2012), 89-110. Historical Redemptive Approach memiliki setidaknya tiga ciri mendasar, yakni: (i) teks Alkitab dibaca baik secara historis, kanonis dan teologis; teks harus dipahami dalam konteks historisnya, namun juga melampaui konteks historisnya; teks Alkitab harus dibaca secara keseluruhan dan dilihat dalam kaca mata tradisi iman; (ii) teks harus dibaca secara christocentric sebab kitab suci pada dasarnya menyaksikan tentang Kristus; (iii) makna teks tidak dijadikan sebagai akhir dari pembacaan teks sebab pembaca haruslah menerapkan dan mengimprovisasi implikasi dari makna tersebut supaya relevan dengan pergumulan kontemporer dari pembaca. Diskusi lebih lanjut mengenai sejarah Allah dalam sejarah umat manusia yang mendasari historical redemptive approach dapat dilihat dalam tulisan Bartholomew & Goheen, the Drama of Scripture.

[4] Ada tiga istilah yang digunakan untuk mengambarkan keadaan “Sion” dalam Yesaya 54.1, yakni, (i) ʿăqārâ “mandul,” (ii) lōʾ yālādâ “tidak melahirkan,” (iii) lōʾ-ḥālâ (terminology ini sepertinya digunakan untuk memperlihatkan kondisi Sion sebagai perempuan yang “belum pernah melahirkan”; bdk. Lessing, Isaiah, 626). Ketiga gagasan ini digunakan untuk memperlihatkan kemalangan dari Sion, yang seperti halnya Sarah, ia mengalami pergumulan antara menerima janji Tuhan dan kenyataan pahit yang dihadapi. Pelukisan Sion sebagai perempuan yang belum pernah melahirkan sepertinya agak janggal sebab dalam konteks pelukisan ini, ia seharusnya digambarkan sebagai ibu yang memiliki banyak anak; dua belas suku Israel adalah anak-anak dari Sion, namun peristiwa pembuangan memang membuatnya kehilangan semua anak-anaknya. Penggunaan metafora perempuan dalam Yesaya 54:1 nampaknya dimaksudkan untuk menolong pembaca kitab Yesaya bukan hanya untuk menggambarkan kondisi Sion, namun terutama untuk mengingatkan pembacanya dengan tokoh Sarah dan mengarahkan pembaca untuk melihat kaitan antara Sion dan Sarah yang sama-sama mengalami pemulihan dari Tuhan.

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD