SUPLEMEN PA MAMRE 02-08 APRIL 2023, LUKAS 16:10-12

Teks     : Lukas 16:10-12

Tema   : TUTUSLAH IBAS SIKITIK

Tujun   : Gelah Mamre 

-Ngangkai uga erti ketutusen ibas perkara si kitik

-Tutus ibas ndalanken hal-hal si kitik ibas geluhna

(Umpamana: Gerakan Rp. 2.000, Rp. 10.000 ras sidebanna)

 

I. Kata Penaruh

Small Is Beautiful: A Study of Economics As If People Mattered adalah kumpulan esai yang diterbitkan pada tahun 1973 oleh ekonom Inggris kelahiran Jerman E. F. Schumacher. Judul "Kecil Itu Indah" berasal dari prinsip yang dianut oleh guru Schumacher yaitu, Leopold Kohr (1909–1994) yang memajukan teknologi, kebijakan, dan politik kecil yang sesuai sebagai alternatif yang lebih unggul dari etos arus utama "lebih besar lebih baik". Sama halnya dengan quote dari Mother Theresa, “Not all of us can do great things. But we can do small things with great love.” Ya, dunia mungkin menggaungkan, yang besar lebih baik, lebih hebat, lebih mempesona, “bigger is better.” Boleh dan dapat saja. Namun, logis dan rasional, menuju ke puncak tangga, bukan melompat. Tapi, mulai dari anak tangga satu, berjenjang meningkat, sampai ke puncak tangga. Seribu langkah, mestilah, dimulai dari langkah pertama, lalu langkah demi langkah, hingga langkah ke seribu. Perbuatan besar, tidak terjadi secara instan, dengan mudah dan cepat. Ia, dapat diawali dengan kesulitan, tantangan, bahkan kegagalan. Temuan-temuan besar, karya-karya besar, mungkin dimulai kegagalan demi kegagalan. Sebab itu, benarlah, “Small is beautiful,” kecil itu indah. Kecil mengawali yang besar. Yang besar, dimulai dari yang kecil-kecil. Yang besar, rentetan dan kumpulan yang kecil-kecil. Dalam yang kecil, ada tersimpan kekuatan besar. Kebesaran seseorang, buah karakter-karakter yang baik. Lakukan, hal-hal kecil, yang baik, benar, dan berguna. Setia dan bertanggung jawab atas yang kecil dan sederhana. Dikerjakan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Melakukan yang terbaik. Memberikan yang terbaik.

II. Uraian Teks/Tafsiran

Perikop atau Nats bahan PA hari ini dari (Lukas 16:10-12) merupakan sebuah rangkaian panjang yang biasa disebut dengan tema “perjalanan ke Yerusalem” (Lukas 9:51-19:10). Namun D.A. Carson melihat konteks perikop ini secara khusus di dalam Injil Lukas 16:1-31 diberi tema “peringatan terhadap kekayaan”[1]. Bagian nats PA Mamre ini tidak terlepas dari ayat sebelumnya. Dalam TB-LAI di ayat sebelumnya disampaikan: Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. Sebelum mengatakan hal ini, Yesus berbicara mengenai perumpaan tentang bendahara yang tidak jujur (16:1-8).

Menurut O.C. Edwards[2], bendahara tersebut cerdik karena tahu persis apa yang sedang terjadi dan permainan seperti apa yang sedang berlangsung sehingga ia berupaya mempersiapkan masa depannya. Penafsiran mengenai cerita ini disandingkan dengan cerita mengenai seorang raja yang harus mempertimbangkan pasukannya sebelum berperang (14:28-32) namun dikontraskan dengan cerita tentang tamu undangan yang tidak datang ke perjamuan dan yang tidak juga menyadari bahwa mereka hanya memiliki kesempatan sekali saja (14:15-24). Setelah cerita tentang bendahara yang tidak jujur, penulis Injil Lukas bukan tanpa maksud apapun menambahkan kata “ikatlah” yang sebenarnya berasal dari kata poiesate yang berbentuk imperatif aorist aktif berarti “buatlah”. Dalam konteks kalimatnya, kata yang tepat mengarah kepada “jalinlah” atau dalam bahasa karo, pakelah. Kata Mamona atau Kata Mamon berasal dari bahasa Aram dengan terjemahan dari 'kekayaan' mamona Latin post-klasik, yang paling penting digunakan dalam Vulgate Bible (bersama dengan mammona Tertullian dan mammon pseudo-Jerome). Ini pada gilirannya dipinjam dari bahasa Yunani Helenistik μαμ Hellνᾶς, yang muncul dalam Perjanjian Baru, dipinjam dari bahasa Aram מָמוֹנָא māmōnā, bentuk empatik dari kata māmōn 'kekayaan, untung', mungkin khusus dari dialek bahasa Syria[3] .

Menarik bahwa menurut John Barton dan John Muddiman, Mamon adalah kotor/bernoda (12:13-34). Kepemilikan terhadapnya merupakan hambatan untuk merespon panggilan Allah[4]. Dengan kata lain kakayaan bukanlah segala-galanya, tidak meyelamatkan secara Iman Percaya. Kemudian didalam Perjanjian Baru, Paulus berkata di dalam Galatia 2:20 bahwa orang benar hidup dengan iman kepada Allah. Paulus juga berkata di dalam Roma 14:23 “segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa”. Karena itu, segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan di dalam iman, sebagai respon terhadap mandat Allah untuk melakukan suatu hal tertentu, iman adalah sebuah pemberian atau janji Allah kepada umatNya, kerena iman menghasilkan jawaban bagi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka sesungguhnya Tuhan Yesus-lah yang menyediakan iman bagi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tuhan adalah penyedia, pencukup bagi keperluan umat-Nya. Karena itu, iman yang diperlukan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan itupun dinyatakan melalui nama Tuhan. Pengalaman religius adalah suatu hubungan pribadi antara manusia dan Tuhan. Hubungan itu menggoncangkan, tetapi juga memberi kedamaian.

R.Otto mengatakan bahwa hubungan manusia dengan yang kudus membuat manusia gemetar, segan dan takut. Ungakapan Otto yang terkenal adalah mysterium tremendum et Fascinosum yang berarti: Yang kudus yang membuat manusia gemetar, segan dan takut itu juga yang membuat manusia tertarik dan terdorong untuk menyatu dengan diri-Nya (Tuhan Allah)[5] yang paling harus dipahami oleh Mamre adalah seperti yang diperingatkan oleh Tuhan Yesus: Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Luk. 12:15, 34 – TB-LAI)

Melalui argumentasi ini pendapat saya, penulis Injil Lukas nampaknya memperingatkan akan pemakaian harta secara tepat (bdk. dengan perkataan Yohanes Pembaptis di dalam Lukas 3:10-14). Menarik bahwa perikop 3:10-14 merupakan perikop pertama yang menceritakan tentang Yohanes yang memberikan peringatan terhadap apa yang harus dilakukan mengenai harta/kepemilikan yang berlebih. Inilah yang menjadi landasan utama sebelum memasuki perikop-perikop lain yang berkaitan dengan harta/Mamon maupun kepemilikan. Tuhan Yesus memperingatkan hal ini tentu karena kesenjangan kaya- miskin yang terjadi di zaman-Nya. Harta/kekayaan digunakan bukan untuk ‘menjalin persahabatan’ dengan sesama melainkan digunakan untuk ‘menguasai’ sesama karena konteks sosial saat itu tidak mengenal sistem amal dalam perekonomian mereka. Tuhan Yesus secara radikal mendefinisikan harta yang digunakan dalam sistem ‘penguasaan’ tadi dengan sebutan tou mamona tes adikias atau harta yang tidak benar. Oleh karena itu, yang ditolak Tuhan Yesus tentu saja bukan Mamon (baca: harta) melainkan Mamon yang digunakan untuk menguasai, serta ketergantungan mutlak seseorang terhadap Mamon tersebut!

Menurut Drewes, orang Kristen tidak terikat lagi oleh harta milik, tetapi mereka mempunyai kebebasan dan keberanian untuk memakainya demi saudara-saudara mereka sehingga tidak ada yang berkekurangan di antara mereka (lih. Kis. 2:41-47; 4:32-37)[6]. Pertanyaan retorik terakhir Tuhan Yesus (ayat 12) memiliki kerangka besar yang senada dengan amanat-amanat Tuhan Yesus perihal mengasihi musuh (Lukas 6:27-36). Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian terhadap mereka (6:31). Di dalam ayat ini, tidak ada kata Mamon yang disebut, saya lebih setuju dengan terjemahan BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) yang menerjemahkan kata allotrio dengan frasa ‘barang yang dimiliki orang lain’ dan kata to humeteron dengan kata ‘milikmu’. Hal ini menandakan bahwa milik tidak selalu identik dengan Mamon, termasuk pekerjaan maupun bisnis tapi dapat dipakaikan apa yang ada pada kita untuk membantu atau menolong orang lain.

III. Aplikasi

  1. Dalam Teks Lukas 16:10-12 Tuhan Yesus memperingatkan mengenai harta yang berlebih tapi tidak memperingatkan agar orang-orang tersebut keluar dari pekerjaannya! Di sini memang perhatian terhadap orang miskin atau yang membutuhkan pertolongan menjadikan orang yang miskin sebagai objek penebusan Allah (1:46-55; 4:18-19; 6:20-21). Dalam hal ini, diingatkan agar tiap Mamre mampu menjadi berkat bagi banyak orang.
  2. Allah tidak mengutus manusia untuk menjadi kaya atau miskin melainkan untuk menjadi solider terhadap sesama. Solidaritas inilah yang membangun semangat manusia dalam menghayati Allah di dalam kehidupan ekonomi mereka. Kesadaran akan solidaritas inilah yang pada akhirnya juga melahirkan sebuah perhatian terhadap konteks kesenjangan ekonomi yang ada.
  3. GBKP secara sinodal telah menetapkan kebijakan agar setiap jemaat GBKP mampu menjadi berkat bagi yang membutuhkan dengan adanya gerakan Rp. 2.000. Mamre sebagai Imam di tengah keluarga mampu menjadi pelaku aktif baik bagi dirinya, keluarga, sektor, runggun dan tingkatan diatasnya.
  4. Kesetiaan Mamre sebagai aplikasi dari selogan “Mamre erdiate-Mamre Erpemere” mampu memperlihatkan ketekunan/Ketutusen sebagai anak-anak Terang Allah.
  5. Megati hal sikitik terlupaken, hal si galang tempa la ngasup ndalankenca. Kiniersadaan Mamre alu komitmen pribadi bagepe secara lembaga banci jadi pelopor ras ncidahken simparNa Pasu-Pasu Dibata man keluarga Mamre.

Pdt. Anton Keliat, S. Th., M.A.P

GBKP Runggun Semarang

 

[1] Carson, D. A. (Ed.), New Bible Commentary: (The New Bible Set, 2) Hardcover-special Edition, April 27, 1994

[2] O. C. Edwards Jr, Injil Lukas Sebagai Cerita: Berkenalan dengan Narasi Salah Satu Injil, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 67.

[3] Wikipedia dengan situs https://id.wikipedia.org/wiki/Mamon

[4] John Barton dan John Muddiman (Eds.), The Oxford Bible Commentary, (New York: Oxford University Press, 2007), 925.

[5] Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Pres, 1980), 65

[6] B. F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar: Terjadinya dan Amanat Injil-injil Matius, Markus dan Lukas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 320

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD