SUPLEMEN PJJ TANGGAL 25 JUNI-01 JULI 2023, JEREMIA 29:4-7

THEMA :

ERTOTO RAS ERDAHIN GUNA SINTEREM

BAHAN OGEN :

JEREMIA 29:4-7

 

PENGANTAR

Menurut kita, apakah kira-kira hal yang membuat kita bangga akan Negara kita Indonesia? Mungkin akan ada diantara kita yang mengatakan kita bangga akan keragaman suku dan budaya di Negara kita. Adapula yang mengatakan bangga dengan keindahan alam Indonesia, dan mungkin pula ada yang menyatakan kebanggaan akan Indonesia karena pembangunan-pembangunan yang terus berjalan. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang membuat kita bangga akan bangsa dan Negara kita, tetapi kita pun dapat melihat ada banyak hal yang masih perlu diperbaiki dan menjadi catatan bagi bangsa kita yang membuat kita perlu terus bergumul dan mendoakan bangsa-negara kita. Misalnya saja di bulan Oktober 2022 yang lalu terjadi insiden penghimpitan kerumunan yang fatal di Stadion Kanjuruhan, daerah Jawa Timur; dimana hal ini sampai mengundang perhatian dan kritik dunia internasional karena kejadian tersebut diberi predikat “bencana paling mematikan kedua dalam sejarah sepakbola di seluruh dunia.” Kemudian kita juga mendapat catatan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Microsoft dimana mereka menyajikan sebuah data yang menyatakan netizen Indonesia adalah netizen yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Walaupun bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah tetapi ternyata ketika masuk dalam media sosial bangsa kita ternyata belum memberikan kesan yang cukup baik. Dalam konteks yang demikian sangat penting bagi kita menghayati rasa bangga dan cinta akan bangsa dan Negara kita dalam bingkai firmanTuhan yang akan mengajar kita untuk mampu memberikan diri kita bagi kebaikan kehidupan bersama.

LATAR BELAKANG & PENDALAMAN TEKS

Tentu kita memahami ayat ini konteksnya adalah surat dari Nabi Yeremia kepada orang-orang Israel yang saat itu ada di dalam pembuangan Babel. Surat ini ditulis oleh Nabi Yeremia, tetapi ini adalah perkataan Tuhan sendiri, atau kehendak Tuhan bagi orang-orang Yehuda pada waktu itu. Kita bisa menggambarkan situasi orang-orang Yehuda pada waktu itu penuh dengan keputusasaan oleh karena meraka sudah tercabut dari tanah kelahiran mereka Yerusalem dan dibawa ke negeri Babel yang notabene adalah negeri asing, bahkan negeri musuh. Oleh karena itu mereka ada di sekitar lingkungan orang-orang yang tidak mengenal Allah, hidup dengan menyembah dewa-dewa asing. Ketika berada dalam pembuangan jelas mereka tidak menjadi tuan atas kehidupan mereka sendiri, sehingga bangsa Israel mengalami banyak ketidaknyamanan. Di tengah situasi sulit dan tidak nyaman tersebut, firman Tuhan datang kepada bangsaNya untuk mengusahakan kesejahteraan di tempat mereka tinggal. Dengan demikian jelas dorongan untuk “mensejahterakan kota” di sini adalah untuk kota Babel, kota sang penjajah. Mengapa perintah Tuhan berbunyi demikian? Untuk apa bersusah-susah mensejahterakan kota musuh yang mengungkung mereka?

Dalam ayat 10 disebutkan bahwa bangsa Israel baru akan diperhatikan oleh Tuhan dan dikembalikan ke Yerusalem 70 tahun mendatang. Jadi dari pada berpikir terus untuk kembali pulang dan meratapi nasibnya, orang Israel saat itu diharapkan untuk melakukan sesuatu yang berguna. Dengan kata lain generasi bangsa Israel saat itu mau tidak mau memang harus tinggal di Babel. Daripada bermimpi seperti nubuatan nabi palsu bahwa mereka akan segera bebas dan pulang, Tuhan mengarahkan bangsaNya untuk menjalani kehidupan sebaik-baiknya di Babel, di tanah perantauan. Mereka bahkan diminta untuk mengusahakan kesejahteraan kota Babel dan mendoakannya. Mereka tidak perlu lagi memikirkan kapan pembuangan berakhir, sebab di tanah pembuangan itu pun, Tuhan hadir dan menolong mereka. Pada saatnya IA akan membebaskan dan membawa mereka kembali.

Dengan jelas lewat firmanNya Tuhan menyampaikan bahwa jika kota Babel sejahtera maka mereka sebagai penduduk juga akan mengalami sejahtera. Dengan cara apa orang-orang Yehuda diminta mengupayakan kesejahteraan (ay. 5-6) ?

  • Dirikanlah rumah untuk kamu diami
  • Buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya,
  • Ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan.

Ini adalah 3 hal berbeda tetapi memiliki kesamaan, yakni ketiga-tiganya bersifat permanen. Rumah berbicara mengenai sebuah tempat yang permanen, berbeda dengan tenda yang mudah dibongkar pasang. Demikian pula kebun berbicara mengenai berbagai jenis tanaman yang membutuhkan tempat / lahan tertentu, sedangkan keluarga adalah institusi yang akan terus berlangsung . Demikian pula ketiga hal ini berbicara mengenai proses / waktu. Untuk mendirikan rumah tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar, untuk membuat kebun perlu waktu tanaman itu bertumbuh dari sebuah benih sampai memberi hasil yang bisa kita nikmati. Demikian pula ketika kita membangun sebuah keluarga, kita tahu persis untuk menghasilkan keturunan tentu tidak hanya dalam tempo sehari- dua hari.  

APLIKASI/PENUTUP

Dalam sebuah tulisan yang berjudul Populorum Progresio karya Paus Paul ke-VI, dia menyebutkan penyakit dunia yang paling rentan saat ini bukanlah penyakit secara fisik, melainkan kurangnya kepedulian personal-sosial dan persaudaraan diantara individu masyarakat. Penyakit fisik lambat laun dapat diketemukan penanganan medisnya, tetapi bila penyakitnya adalah kurang peduli dan kurang rasa persaudaraan bila tidak ada perubahan sikap maka akan menjadi masalah besar di kemudian hari. Dari hal ini kita belajar saat kita tahu panggilan kita adalah untuk mengusahakan kesejahteraan, maka pertama-tama yang perlu kita kerjakan adalah perubahan dalam diri kita sendiri. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan keinginan dari mengusahakan kesejahteraan sendiri (apatis) menjadi keinginan untuk mengusahakan kesejahteraan kota/lingkungan tempat kita tinggal. Kesejahteraan berbicara mengenai ‘syalom’ atau damai sejahtera. Damai sejahtera tidak sekedar berbicara mengenai kondisi dimana tidak ada konflik, tetapi kondisi dimana berkat Tuhan dapat dirasakan. Seperti bangsa Israel harus mengupayakan kota/negara musuh mereka menjadi negara yang mengalami damai sejahtera Tuhan, demikian juga realita yang kita jumpai dalam hidup setiap hari. Kita bisa saja berada dalam situasi yang kurang kondusif seperti pemerintahan yang korup, lingkungan masyarakat yang membenci Kekristenan, dll. Bukankah justru kita berharap Tuhan menghukum mereka? Atau bila kita ada di lingkungan yang nampaknya rasis, bukankah kita berharap bahwa kita akan secepatnya saja meninggalkan tempat itu? Tetapi justru melalui ayat ini kita belajar bahwa di manapun Tuhan menempatkan kita, meskipun tidak ideal dan tidak nyaman bahkan sekeliling kita dipenuhi orang-orang yang melawan Tuhan, hidupnya jahat, maka seharusnya kita tidak hanya berdiam diri atau mengutuk kota itu. Tetapi apa yang perlu kita lakukan? Tetap berupaya mengupayakan kesejahteraan!

Ketika Tuhan meminta kita mengupayakan sesuatu, maka kita perlu melakukannya dengan konsisten, sabar dalam waktu dan proses yang tidak sebentar. Meskipun nampaknya apa yang kita upayakan untuk kesejahteraan kota dimana kita berada nampaknya hasilnya sangat minim, tetapi yakinlah bahwa ketika kita mengupayakan hal itu, maka Tuhan yang akan memberkati tempat dimana kita berada. Tuhan yang akan menghadirkan sejahtera itu di keluarga, di lingkungan kerja, bahkan kota dimana kita berada. Tuhan punya maksud dengan menghadirkan kita di negeri ini, meskipun kita terkadang merasa seperti orang terbuang. Namun, apa pun kondisi yang sedang kita alami, mari saling memberi semangat, tetap bersatu sembari berkarya, bersama pemerintah dan masyarakat, menghasilkan karya-karya nyata yang ikut mensejahterakan kota, tempat kita hadir. Mari terus dan tekunlah berdoa kepada Tuhan untuk kesejahteraan negeri ini maka hidup kita pun akan sejahtera.                                                                                                              

                                                                                                                            Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.si (Teol)-Perpulungen Kupang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD