MINGGU 21 JULI 2024, KHOTBAH PILIPI 4:14-20

Invocatio :

Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya (Kis 28:30)

Bacaan :

Yosua 4:19-24 (Antiphonal)

Khotbah :

Pilipi 4:14-20 (Tunggal)

Tema :

Jemaat yang mau menolong/ perpulungen si nggit nampati

 

PENDAHULUAN

Beberapa anggota komisi sebuah jemaat kecil menghadapi tantangan untuk dapat membantu sebuah gereja yang kena musibah kebakaran . Pengeluaran gereja untuk biaya perawatan tahun itu sangat besar dan saldo keuangan sangat mengkwatirkan. Anggota jemaat gereja tersebut adalah pensiun pedagang, pegawai bank, guru, ibu rumah tangga, pemilik usaha kecil dan agen asuransi. Selama lebih empat puluh lima menit mereka mendiskusikan berbagai pilihan. Haruskah mereka meminjam uang, menunda pembayaran-pembayaran, mengadakan persembahan ekstra pada hari minggu. Atau menjual barang bekas, menjual kue mengadakan acara makan malam untuk mengumpulkan uang tetapi tetap tidak ada jalan keluar. Setelah itu mereka meminta agar berdoa bersama-sama serta melihat apakah Allah menyiapkan jalan yang lain. Setelah hening beberapa saat, seorang dari antara mereka berkata”kita semua sadar bahwa setiap kita dapat menulis cek untuk membantu saudara kita yang kebakaran dan hal tersebut tidak akan membuat perbedaan besar dalam gaya hidup, kenyamanan atau keamanan finansial kita”. Setelah itu dia menulis cek sebagai bagiannya setelah itu ada beberapa orang lagi yang ikut menulis cek juga sehingga terkumpul $2695. Jemaat yang bersemangat, berbuah, dan tumbuh pesat karena kesediaan untuk berbagi, kerelaaan untuk berkorban, dan kesukaan jemaat dalam memberi lahir dari kasih kepada Allah dan sesama.

PEMBAHASAN TEKS

FILIPI 4:14-20

Surat Paulus kepada Jemaat Filipi merupakan salah satu surat yang dikirimkan Rasul Paulus kepada gereja Kristen di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan bersama dengan surat Paulus kepada jemaat Efesus, Kolose, dan Filemon sebagai Surat Penjara. Pendahuluan mengatakan bahwa Paulus membantu rekannya Timotius mengirimkan surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi bersama para penilik. Meski surat ini ditulis di penjara, Paulus bersyukur dan berdoa bagi gereja di Filipi karena ia tetap teguh pada iman gereja di sana. Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus

Surat Filipi ditulis oleh Paulus dan yang menjadi salah satu tujuannya adalah karena ia hendak berterimakasih atas perhatian dan dukungan jemaat Filipi saat ia dipenjarakan di Roma. Jemaat.Filipi mengutus Epafroditus untuk melayani Paulus di penjara dan juga mengirimkan bantuan dana mereka bagi Paulus. Ucapan trima kasih tersebut dijelaskan oleh Paulus dalam Fil 4:10-20,1 dan Paulus bahkan merasa perlu untuk melakukan dua hal: pertama, ia perlu berterimakasih atas pemberian dari jemaat Filipi. Kedua, ia juga merasa perlu untuk menekankan prinsip-prinsip rohani untuk menghadapi tantangan hidup dengan penekanan agar orang percaya bersandar kepada Tuhan lebih dari pada pertolongan manusia.

Sebelum Paulus berbicara tentang ucapan terima kasihnya kepada jemaat Filipi (14-20). Paulus lebih dahulu berbicara tentang kekuatan yang dia dapatkan dalam menghadapi kesulitan. Paulus kemudian menegaskan rahasia kemampuannya dalam mencukupkan diri dengan menyatakan”segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ay 13) yang secara literal diterjemahkan Aku mampu melakukan segala sesuatu didalam Dia yang menguatkan aku (I can do all things in Him who give me stragth). Dalam konteks ini tidak berarti segala sesuatu atau all things. Kata ini harus dipahami sebagai semua situasi atau all situation yang disebutkan terdahulu yaitu kekurangan dan kelimpahan‖ yang memang dihadapi oleh Paulus dan setiap orang percaya dalam kehidupan mereka.

Dalam semuanya itu, Paulus mengatakan yang artinya aku dapat atau mampu melakukan dalam arti bahwa ia mampu menghadapi atau mengatasi segala keadaan. Kata secara literal berarti memiliki kuasa atau kekuatan (to have power‖) dan dengan memakai kata ini Paulus hendak mengatakan bahwa aku memiliki kuasa atau kemampuan untuk menghadapi semua kondisi kehidupan. Paulus tidak menyebutkan secara langsung siapa yang menguatkan dia, tetapi dari bagian terdahulu tentu kita dapat menyimpulkan bahwa hidupnya telah dimiliki oleh Kristus dan ia telah rela memberikan segala sesuatu bagi Kristus (Fil 1:21-22).

Sekalipun Paulus sangat menekankan prinsip-prinsip dasar dalam bersandar kepada Tuhan, Paulus juga ingin menegaskan bahwa dia menghargai kebaikan jemaat Filipi yang telah mendukung dia ditengah kesulitan yang dia hadapi. Paulus kemudian mengatakan bahwa pada saat pertama kali Paulus memberitakan Injil kepada jemaat Filipi dan kemudian Paulus melanjutkan perjalanannya dari Makedonia ke Tesalonika, jemaat Filipi adalah satu-satunya jemaat yang terus memberikan dukungan bagi pelayanan Paulus. Paulus melihat dukungan tersebut sebagai sebuah kerjasama (partnership) dimana Paulus memberitakan Injil bagi jemaat Filipi dan kini ia menerima dukungan finansial dari mereka.

Persembahan bagi orang percaya akan membawa berkat bukan hanya bagi yang menerimanya, tetapi juga bagi orang yang memberinya. Dalam menjelaskan hal ini, Paulus mengatakan bahwa persembahan mereka akan menambah barang milikmu atau menaikkan perbendaharaanmu (may be credited to their account). Semua yang kita miliki adalah anugerah Allah dan apa yang kita persembahkan kepada Tuhan dan yang kita berikan kepada sesama adalah wujud nyata dari kasih kita dan ucapan syukur kita kepada Allah.

Jemaat Filipi, dalam keterbatasannya telah berbagi dengan Paulus dan sebagai gantinya, Paulus memberikan janji dan jaminan bahwa Allah yang akan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka (ay 19). Dalam ayat ini dipakai kata “Allah-ku” yang merupakan kesaksian pribadi dan pengalaman iman Paulus, dimana ia mengalami bagaimana kuasa Allah telah memenuhi kebutuhan pribadi dia melalui Yesus Kristus.(14) “Allah-ku” yang telah memakai jemaat Filipi sebagai instrument dalam memenuhi kebutuhan Paulus, akan memenuhi semua kebutuhan jemaat Filipi. Dengan demikian Paulus hendak menegaskan bahwa bukan dia yang akan membalas kebaikan orang Filipi, tetapi Allah yang jadi sumber kekuatan Paulus dalam menghadapi segala situasi tersebut yang akan memenuhi keperluan mereka. Lebih lanjut, dengan memberikan bantuan atau berbagi dengan Paulus dalam keterbatasan mereka, maka jemaat Filipi pada akhirnya memiliki kebutuhan atau kekurangan. Paulus kemudian memberikan jaminan bahwa Allah yang menjadi sumber kekuatannya dalam menghadapi segala situasi dan Allah yang selama ini menyediakan kebutuhannya yang juga akan memperhatikan dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mau berbagi dengan orang lain karena kasih Allah dan khususnya dalam mengembangkan pekerjaan Allah, maka Allah akan memenuhi kekurangan mereka karena kemurahan hati mereka (Prov 11:25;19:17; Matt 5:7).

Penyediaan Allah atas kebutuhan jemaat Filipi bukan semata-mata mencukupi apa yang menjadi kebutuhan mereka tetapi juga kebutuhan dan keiinginan berdasarkan kekayaan dan kemuliaan Kristus. Dimana kita bukan hanya membutuhkan hal-hal yang bersifat materi saja. Di tengah kehidupan yang sulit ini, kita juga membutuhkan penghiburan, kekuatan dan damai sejahtera yang akan memampukan kita melewati masa-masa sulit ini. Allah tahu apa yang terbaik buat kita dan Ia akan berikan yang terbaik bagi kita. Pernyataan ini mengajak kita untuk berpikir tentang kemuliaan dan kekayaan yang saat ini dinikmati Kristus di Surga dan hal itulah yang menjadi sumber bagi segala berkat kita.

YOSUA 4:19-24

Yosua 4:1-24, Dalam kisah ini ketika Bangsa Israel akan memasuki tanah perjanjian dan merebutnya ada rintangan besar yang harus mereka jalani karena mereka harus menyeberangi Sungai Yordan. Setelah seluruh bangsa Israel menyebrangi sungai Yordan, Tuhan berfirman kepada Yosua agar memilih 12 orang dari umat Israel yang mewakili dari 12 suku dan memerintahkan mereka untuk mengambil 12 batu. Batu-batu itu dibawa bersama mereka dan akan diletakkan ditempat dimana mereka bermalam. Dan setelah mereka keluar dari sungai Yordan, mereka berkemah di Gilgal, sebelah timur Yerikho, dan mereka mendirikan 12 batu itu seperti yang diperintahkan Tuhan.benda-benda itu ditumpukkan disana sebagai sebuah tanda dimana Allah telah menunjukka kuasaNya untuk mengatasi hambatan apapun terhadap kehendakNya. Yosua berkata dalam 4:21 “Jika anak-anakmu bertanya kepada ayah mereka di masa yang akan datang, dengan mengatakan, 'Apakah arti batu-batu ini?', maka kamu harus memberitahukan kepada anak-anakmu, dengan mengatakan, 'Israel menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering.' Sebab TUHAN, Allahmu, mengeringkan air sungai Yordan di depanmu sampai kamu menyeberanginya… Supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa tangan TUHAN itu perkasa…”.

KISAH PARA RASUL 28:30

Kisah para rasul 28:30 Paulus sebagai tahanan menjadikan rumah tahanannya untuk menerima orang-orang yang datang kepadanya. Rasul Paulus dalam penderitaannya tetap semangat untuk terus memberitakan injil. Dua tahun menjalani tahanan rumah di Roma justru semakin membuat rasul Paulus menemukan kesempatan mengajar dengan leluasa.  

REFLEKSI

Praktek kesediaan untuk berbagi kepada sesama terkadang tidaklah mudah. Apalagi ketika kita punya prinsip hidup untuk diri sendiri dan kurang peduli dengan kemajuan Injil. Berhala harta telah menguasai hati kita sehingga kita tidak peka terhadap kemajuan injil. Pada hal pemberian bantuan untuk pelayanan merupakan bentuk partisipasi kita bagi kemajuan Injil (ayat 15-16). Tetapi bagi kita yang mau belajar berbagi dengan saudara-saudara kita, Allah memberikan janji dan jaminan-Nya bahwa Ia akan memenuhi keperluan kita sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Rasul Paulus mengatakan kemampuan untuk berbagi karena anugerah Allah. Dalam segala keadaan hidup kita kiranya tidak menghalangi kita untuk berbagi seperti yang dilakukan rasul Paulus dalam invocatio kita.

Mengambil bagian untuk berbagi dan menolong orang lain adalah kasih yang diwujudkan dalam kehidupan setiap orang. Cinta tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga diungkapkan menjadi isu mendasar dalam hubungan interpersonal. Kasih Tuhan bekerja dan dapat dilihat serta dirasakan dalam kehidupan seseorang berbentuk kabar baik dan tercermin dalam setiap kegiatan pengabdian. Lebih dari itu, kepedulian jemaat yang dinyatakan melalui aksi yang nyata. Hakikat belarasa dalam kehidupan orang percaya bukan hanya sebatas rasa simpati atau empati. Kehidupan iman perlu dinampakkan melalui kerelaan melakukan sesuatu yang dapat kita lakukan guna menolong gereja dan sesama tanpa memperhitungkan untung rugi. Berkat pemberian Tuhan untuk menyatakan kasih kepada sesama.Yang dipentingkan di sini adalah rasa empati yang diwujudkan melalui partisipasi sesuai porsi kita. Keikutsertaan kita sebagai jemaat dalam memberi diri dan berbagi akan membantu gereja menjadi mandiri. Gereja akan mandiri secara dana, daya dan teologia. Perbuatan-perbuatan kita ini akan menjadi suatu ingatan bagi generasi berikutnya bahwa Tuhan telah luar biasa membantu gerejanya (bdn bacaan firman pertama)

Tetapi ketika kita atau gereja kita di tengah situasi yang sulit ini, marilah kita belajar seperti Paulus yang melihat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dengan segala situasi baik itu kekurangan atau kelimpahan, kenyang atau lapar dan mudah atau sukar. Kalau kita bersedia belajar menghadapi hidup ini apa adanya, maka kita akan mampu menghadapi segala situasi tersebut. Dalam keadaan yang sulit kita terus belajar untuk hidup mandiri tidak bergantung kepada orang lain.

Pdt. Kristaloni br Sinulingga-Runggun Semarang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD