MINGGU 16 JUNI 2024, KHOTBAH 1 PETRUS 2:11-17

Invocatio  :

Nehemia 5:5

Ogen  :

Amos 5:18-24

Kotbah  :

1 Petrus 2:11-17

Tema :

Mehamat Man Pemerentah

 

Minggu ini kita memasuki minggu gereja dan negara, minggu ini membawa kita supaya bisa melihat bagaimana Allah memilih seseorang penjadi pemimpin di dalam suatu negara sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan juga bagaimana peran dan tanggungjawab kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum Bersama undang-undang serta kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Pemerintah juga adalah sebuah aktivitas pelayanan yang menjamin bekerjanya Lembaga-lembaga pemerintahana umum dan berfungsinya unit-unit pemerintahan baik internal maupun eksternal, terhadap para warganya.[1]

Sebagai orang Kristen kita memiliki dua kewarganegaraan yang pertama kita sebagai warga Kerajaan Allah, dan yang kedua kita sebagai warga negara yang masih hidup dunia ini. Dari konsep ini rasul Petrus menempatkan orang-orang Kristen sebagai seorang pendatang dan seorang perantau di dunia ini (ayat 11), oleh karena itu kita harus perilaku baik di Tengah-tengah kehidupannya, jadi bagaimana kita menjalani kehidupan ini? Yang pertama, orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging atau dengan kata lain orang Kristen harus menjaga dirinya supaya tidak dicemarkan oleh dunia. Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik yaitu menjadi garam dan terang dunia (Lih Mat. 5:13-16).

Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan menghormati pejabat pemerintah. Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka dikatakan penghianat terhadap pemerintah Romawi. Mereka di tuduh menolak menyembah Kaisar, karena mereka menyembah Yesus sebagai Raja. Karena itulah orang-orang Kristen abad pertama dianggap sebagai penghianat (Lih. Yoh 19:12 dan Kisah 25:8). Untuk membungkam fitnahan itu rasul Petrus melalui suratnya mengatakan yang harus dilakukan orang Kristen adalah menaati dan mematuhi lembaga pemerintahan. Berikut beberapa alasan yang sangat mendasar dalam nats kotbah 1 Petrus 2:13-14 mengapa ketaatan kepada pemerintah begitu penting bagi orang percaya.

  1. Takut akan Allah sebagai dasar ketaatan kepada pemerintah

Rasul Petrus memberikan nasihat kepada orang Kristen yang hidup ditengah-tengah bangsa kafir, ia berkata: Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik (1Ptr. 2:13-14). Schultz menyampaikan bahwa, tunduk kepada otoritas pemerintahan manusia “demi Tuhan” menunjukkan iman yang besar kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan tertinggi. Orang percaya hanya dapat tunduk pada batasan penyerahan tersebut sebab kita percaya bahwaTuhan yang memegang kendali atas hidup kita.[2] Frasa “karena Allah”, Inggris: for the Lord’s sake; Yunani: διὰ τὸν κύριον (diá tón kýrion) oleh Expositor’s Greek Testamen menjelaskan artinya, ialah (1) retrospektif—yaitu, karena Yesus berkata, serahkan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar, atau (2) perspektif demi Allah; kesetiaan Anda sebab penghargaan Anda terhadap Dia yang bertahta di surga. Dari perspektif lain, sebagai orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan melalui para penulis seperti rasul Petrus, maka ketaatan pada firman Tuhan tersebut merupakan suatu kemutlakan. Menurut Rita Wahyu menjelaskan bahwa ketaatan atau kepatuhan memiliki nuansa makna: mendengar, memperhatikan, merespons. Ini adalah sikap ketaatan dalam ungkapan lain “takut/hormat”, misalnya “takut akan Allah” sehingga gagasan dalam ketaatan artinya selalu mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan Allah.[3] Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa iman, serta rasa takut dan hormat kepada Allah yang memiliki orotitas tertinggi menjadi landasan ketaatan kepada lembaga pemerintahan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari perspektif rasul Petrus orang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin.

  1. Pemerintah di tetapkan oleh Allah

Orang Kristen dinasihati agar tunduk pada otoritas pemerintah duniawi yang Allah tentukan selama mereka menantikan hari pemerintahan Allah atas dunia mencapai puncaknya. Oleh karena itu, ketaatan ini adalah penundukan kepada tatanan yang Allah tetapkan. Ridderbos menyampaikan bahwa pemerintah adalah institusi sementara yang Allah kehendaki selama umat-Nya hidup di dalamnya. Kita percaya bahwa semua kekuasaan ada karena rencana Allah, termasuk pemerintahan (Roma 13:1), oleh sebab itu menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2). Apa tujuan Allah itu?? pemerintah adalah wakil Allah/hamba-hamba Allah agar kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan, (Roma 13:3-4), yaitu Tindakan yang jahat dihukum, perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman serta kebaikan dikembangkan dan didorong. Dengan kata lain para penguasa adalah hamba-hamba Allah, wakil Allah untuk melaksanakan tujuan-Nya bagi dunia, maka setiap orang termasuk orang Kristen tunduk kepada pemerintah. Ketidaktundukan kepada pemerintah ialah perlawanan terhadap Allah.

 

  1. Kasih Sebagai Dasar Ketaatan kepada Pemerintah ayat 15-17

Ada dua kata yang menjadi dasar dari ketaatan yaitu mengasihi dan melakukan. Ketaatan yang sejati haruslah berdasarkan kasih. Karena itulah Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Jika seseorang benar-benar mengasihi Tuhan, ia akan melakukan perintah Tuhan tersebut dan terasa ringan atau tidak berat (1 Yoh. 5:3). Ketaatan juga berkaitan erat dengan penundukan diri, yaitu Tindakan sukarela dari seseorang untuk menempatkan dirinya di bawah kuasa orang lain, sehingga Petrus katakan di ayat 16 hiduplah sebagai orang yang Merdeka, yang manaati pemerintah bukan karena keterpaksaan tetapi memang dari hati. Sebagai pengikut Kristus yang baik, orang Kristen diminta untuk menunjukkan sikap yang baik kepada pemerintah yaitu tunduk dan taat. Rasul Petrus tidak menyingkirkan tanggungjawab orang Kristen sebagai warga negara, tetapi justru mengajarkan kita supaya menjadi teladan dan terang termasuk dalam hal ketaatan.

Lalu yang menjadi pertanyaan ketika pemerintah tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalam pemerintahannya, apakah orang Kristen tetap taat dan tunduk kepada pemerintah?? Allah memang menetapkan pemerintah, namun tidak menyetujui kejahatannya, sehingga orang Kristen tidak perlu menaati kejahatan dan hukum yang tidak alkitabiah yang di tetapkan pemerintah. Pemerintah berada di bawah hukum Allah, dan pemerintah bukanlah hukum Allah. Orang Kristen harus tetap mampu memperdengarkan suara kenabian ketika pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan kehendak Allah, orang Kristen tidak boleh terkurung di dalam jona nyamannya, kerena Tuhan kita tidak akan menerima persembahan yang kita berikan, tidak akan menyukai nyanyian pujian yang kita lantunkan di ibadah-ibadah kita (bnd Amos 5:18-22), Ketika kita tidak peduli dengan sekitar kita yang membiarkan ketidakadilan terjadi di mana-mana, penindasan terjadi, kemiskinan dan kelaparan ada di depan mata tetapi kita hanya berdiam diri saja. Gereja memang tidak berpolitik, namun gereja (orang Kristen) bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa dan negara. Sebagai orang Kristen yang taat kepada Allah harus meneladani sikap Yesus yang amat tegas menyatakan kebenaran saat menghadapi Sanhedrin dan Pontius Pilatus (Mat.26:26; Luk 22:66-71; Yoh. 18:33-38; 19:10-11). Orang-orang Kristen sebagai gereja yang hidup harus berfungsi sebagai pagar politik bagi negara, kita memiliki tugas untuk mengingatkan negara tentang Batasan-batasan kekuasaan yang dimiliki negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan. negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan, dengan kata lain dapat dikatakan orang-orang Kristen dalam menyuarakan kebenaran harus sesuai Aturan dan hukum yang berlaku.

Sebagaimana yang telah dinasehatkan Petrus, kita harus siap untuk melakukan setiap perbuatan baik. Jangan hanya menyalahkan pemerintah. Apa lagi sampai membuat luntur sememangat kewarganegaraan kita. Bertanyalah kepada diri sendiri apa yang mampu kita lakukan untuk mendukung kekurangan yang sudah pasti ada di setiap pemerintahan. Mari kita mulai dari aktivitas-aktivitas dan lingkungan sehari-hari. Jika tiba saatnya membayar pajak, bayarlah tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan peraturan. Saat lampu merah mulai menyala, berhentilah, jangan malah tancap gas, berpikirlah apa yang bis akitabisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita yang lemah ekonominya. Beberapa waktu belakangan ini, saya mengamati banyak postingan media sosial yang viral dan berdampak positif. Jalan yang rusak diperbaiki. Orang kesusahan mendapat bantuan. Hanya bermodal jari dan smartphone, mereka bisa melakukan perubahan. Gampang, bukan? Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi mitra pemerintah. Tentu saja, selama tidak melanggar perintah Allah (Kis. 5:29), penguasa kita yang utama.

Vic. Randa

 

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah,

[2] John Schultz, “Commantary First Peter” (www.Bible-Commantaries.Com, 2006), 13, https://www.bible-commentaries.com/source/johnschultz/BC_1Peter.pdfa, diakses pada 28 April 2024

[3] Rita Wahyu, “Shema: Dengar, Respon & Tanggung-Jawab,” Sarapan Pagi Biblika Ministry, last modified 2009, https://www.sarapanpagi.org/shema-dengar-respon-tanggung-jawab-vt3119.html, diakses 28 April 2024

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD