MINGGU 07 APRIL 2024, KHOTBAH JOHANES 3:1-8 (MINGGU SETELAH PASKAH)

Invoactio  :

Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.1 Samuel 2:26

Baca Pertama :

Pengkhotbah 12:1-8

Tema  :

Tubuh Secara Pertendin / Lahir Dalam Roh.

 

Pendahuluan

Minggu ini tepat 1 minggu setelah perayan Paskah, Kebangkitan dan kemenangan Yesus Kristus dari kematian di kayu salib. Maut telah dikalahkan dengan kebangkitan Yesus Kristus, naik ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah yang Maha Tinggi untuk Memerintah dan Menghakimi umat manusia dan menyediakan tempat di sorga kelak bagi setiap orang percaya dan mengikuti Dia. Yesus Kristus sudah bangkit, kita manusia pun telah dimenangkan-Nya. Kita umatnya dilahirkan menjadi manusia yang baru. Manusia yang baru itu disebut pada minggu ini: QUASIMODOGENITI artinya seperti bayi yang baru lahir. Istilah ini diambil dari I Petrus 2 ayat 2,3 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, Jika kamu benar- benar telah mengecap kebaikan Tuhan.”

Uraian Teks

  • - Invocatio (1 Samuel 2:26)

Samuel kecil melayani dengan baik. Empat kali, di tempat yang terpisah, dia disebut dalam perikop ini, dan kita diceritakan tentang dua hal:

  1. Pelayanan yang dilakukannya bagi TUHAN. Ia sungguh melayani dengan baik, sebab ia menjadi pelayan di hadapan TUHAN (ay. 11, 18) sesuai dengan kemampuannya pada waktu itu. Ia mempelajari katekisasi dan senantiasa beribadah, segera belajar untuk membaca, dan meluangkan waktu untuk membaca kitab hukum, sehingga dia menjadi pelayan di hadapan TUHAN. Ia melayani di hadapan imam Eli, yaitu di bawah pengawasannya dan sesuai perintahnya, jadi tidak di bawah pengawasan anak-anak Eli. Semua pihak sepakat bahwa anak-anak Eli tidaklah cocok untuk menjadi pembimbingnya. Mungkin dia melayani langsung imam Eli secara pribadi, mengerjakan ini itu sesuai perintah, dan itulah yang disebut melayani di hadapan TUHAN.
  2. Berkat yang diterimanya dari TUHAN: Ia bertumbuh di hadapan TUHAN (KJV), seperti sebuah tunas yang halus (ay. 21), yang terus bertumbuh (ay. 26) dalam kekuatan dan perawakan, dan terutama dalam hikmat dan pengertian serta kelayakan bagi pelayanan. Perhatikanlah, orang-orang muda yang melayani Tuhan semampu mereka, mereka akan memperoleh anugerah untuk berkembang sehingga dapat melayani-Nya dengan lebih baik. Orang-orang yang ditanam di dalam rumah TUHAN akan tumbuh subur (Mzm. 92:13). Ia semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu dorongan yang besar bagi anak-anak untuk menjadi penurut dan berbudi luhur serta baik sejak dini, sehingga mereka akan disukai oleh Allah dan manusia. Anak-anak yang demikian adalah yang dikasihi oleh langit dan bumi. Apa yang dikatakan di sini tentang Samuel dikatakan juga tentang Juruselamat kita yang terberkati, Sang Teladan Agung itu (Luk. 2:52).
  • - Bacaan Pertama (Pengkotbah 12:1-8)

Bacaan Pertama menyuguhkan kepada kita untuk memakai usia produktif ini, atau secara gamblang disebut usia muda untuk merenungkan Tuhan dan mengingat tanggung jawab mereka kepada-Nya selagi muda: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu. Ini adalah,

  1. Penerapan sang pengkhotbah rajawi ini terhadap pengajarannya tentang kesia-siaan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. "Engkau yang muda membuai dirimu sendiri dengan harapan-harapan besar yang bisa engkau dapatkan dari dunia ini, tetapi percayalah kepada mereka yang sudah melakukan hal ini sebelumnya, bahwa hal itu tidak membawa kepuasan penuh bagi jiwa. Oleh karena itu, supaya engkau tidak terperdaya oleh kesia-siaan ini, atau terlalu terganggu olehnya, ingatlah akan Penciptamu, dan jagalah dirimu dari kesusahan yang timbul dari kesia-siaan makhluk ciptaan.
  2. Kewajiban agung yang ditekankan kepada kita, untuk mengingat Allah sebagai Pencipta kita. Dan tidak hanya kita harus mengingat Allah sebagai Pencipta kita, bahwa Dialah yang menjadikan kita (KJV: dan bukan kita yang menjadikan diri kita sendiri), sehingga dengan demikian membuat-Nya layak menjadi Tuhan dan yang empunya kita, melainkan juga bahwa kita pun harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dengan senantiasa mengingat diri bahwa dengan keberadaan-Nya sebagai Pencipta, maka kita harus tunduk kepada-Nya, dan memberi hormat serta melakukan kewajiban kita kepada-Nya sebagai Pencipta kita.
  • - Bahan Khotbah (Yohanes 3:1-8)

Bahan khotbah ini menceritakan bagaimana pengajaran Yesus terhadap Nikodemus mengenai lahir kembali atau yang kita sering sebut sebagai pertobatan. Yesus berbicara mengenai kodrat dan pentingnya pembaharuan jiwa atau kelahiran kembali. IA dengan tegas mengatakan bahwa Nikodemus tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa pun dengan perubahan dan perkembangan lahiriah saja. Tetapi juga harus ada perubahan roh yang terlihat dari perubahan prinsip dan kehendak yang berpusat pada kasih serta kemuliaan Tuhan. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik denuo -- lagi, maupun desuper -- dari atas.

Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan (Gal. 4:9), dan ab initio -- dari asal mulanya (Luk. 1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar, kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi baru.

Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:11), dan saya melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimaksudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang lain, karena dilahirkan dari atas mengandaikan dilahirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan Allah dan dengan dunia atas, dan untuk melakukannya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai rupa dari yang sorgawi.

Refleksi

Kita hidup di tengah zaman yang tidak menganggap dosa sebagai sebuah persoalan yang sangat serius. Benar atau salah ditentukan oleh masing-masing orang, bukan oleh Allah. Beberapa orang memandang istilah “dosa” terlalu negatif untuk dialamatkan pada orang lain. “Adalah berdosa untuk mengatakan orang lain berdosa,” begitu kira-kira pendapat mereka.

Mereka yang gagal melihat keseriusan dosa tentu saja menolak untuk mencari solusi yang radikal terhadap persoalan ini. Dosa bukan persoalan yang perlu dirisaukan. Solusinya pun ada di tangan manusia. Yang penting adalah berbuat baik. Yang penting adalah mengikuti ritual keagamaan. Yang penting memiliki model spiritualitas tertentu. Padahal bila kita menelisik kembali bahan Invocatio, perbuatan benar itu sangatlah menguntungkan Samuel hidup dan bertumbuh dalam berkat Tuhan. Bahkan dalam pembacaan Firman kita yang pertama juga menyampaikan kebenaran yang sama tentang pentingnya hidup benar dalam Tuhan, agar tidak terjerumus dalam kesia-siaan.

Jadi bagaimana? Marilah kita mengkaji ulang pemikiran di atas berdasarkan percakapan antara Yesus Kristus dengan Nikodemus dalam teks hari ini. Kita akan melihat bahwa kesalehan yang dibangun oleh manusia merupakan sebuah kesalahan, karena tidak dibangun dan dilahirkan dalam Roh. Kesalahan yang sangat menipu diri sendiri. Kesalahan yang bisa memberi kepuasan rohani yang semu. Kesalehan semacam ini justru seringkali lebih berbahaya daripada kesalahan yang kasad mata.

Kebaikan Nikodemus Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam kehidupan kekal yang berbahagia, Nikodemus pasti berada di antrian deretan depan. Jika segala jenis kebaikan relijius memadai untuk menghantar seseorang ke surga, Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pamtas untuk menerimanya. Para pembaca Injil Yohanes yang teliti dengan mudah akan menemukan keistimewaan Nikodemus.

Di kalangan bangsa Yahudi yang terkenal sangat relijius, Nikodemus menempati posisi yang istimewa. Dia adalah pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi. Pada zaman itu bangsa Yahudi mendapatkan perlakuan agak khusus dari pemerintah Romawi dalam hal otonomi. Untuk hal-hal tertentu, mereka bisa memutuskan sendiri perkara-perkara mereka melalui sebuah mahkamah konstitusi yang disebut Sanhedrin. Nah, salah satu elemen penting dalam kelembagaan ini berasal dari golongan Farisi. Tentu saja tidak semua orang Farisi secara otomatis menjadi anggota Sanhedrin. Hanya mereka yang terpilih saja untuk mewakili.

Dari kacamata kultural dan relijius pada zaman itu, semua ini jelas memberi keuntungan bagi Nikodemus. Dia dipandang sebagai seorang yang rohani. Bahkan di antara berbagai kelompok relijius waktu itu, golongan Farisi terkenal sangat militan dan detil dalam menaati Hukum Taurat. Mereka secara sengaja membedakan diri dari rakyat biasa yang dinilai tidak mengenal Taurat (7:49; bdk. Luk. 18:10-14; Flp. 3:5-6). Mereka terlihat lebih taat daripada golongan Saduki yang hanya berkutat pada ritual di bait Allah dan dipandang dekat dengan para penguasa asing. Jika setiap agama menawarkan jalan yang valid kepada kehidupan kekal yang berbahagia, bukankah Nikodemus pantas mendapatkan akses khusus untuk ke jalan tersebut?

Bukan hanya itu. Bahkan di antara sesama golongan Farisi, Nikodemus tetap terlihat menonjol. Dalam Injil Yohanes dia menjadi satu-satunya orang Farisi yang disebutkan namanya secara eksplisit. Dia menunjukkan sikap kepada Yesus yang jauh lebih positif daripada orang-orang Farisi yang lain.

Walaupun Yesus termasuk orang yang tidak belajar Taurat (7:15), Nikodemus tidak segan-segan untuk mengakui-Nya sebagai sebagai seorang rabi (3:1) sama seperti dirinya (3:10). Dia pun mendatangi Yesus untuk mendengarkan sesuatu dari Dia (bdk. 7:51).

Walaupun Yesus berasal daerah yang tidak tersohor, hal itu tidak menghalangi Nikodemus untuk mengakui Yesus sebagai seorang utusan dari Allah. Hal ini perlu digarisbawahi. Natanael, salah seorang pengikut mula-mula, sempat meragukan Yesus hanya gara-gara Dia berasal dari Nazaret di daerah Galilea (1:45-46). Begitu pula dengan orang-orang Farisi lain yang sok tahu kitab suci dan menegur Nikodemus dengan mengatakan bahwa tidak ada nabi yang berasal dari Galilea (7:52).

Kedatangan Nikodemus pada waktu malam bukan hanya sekadar untuk memperoleh informasi tertentu dari Yesus. Dia bukan seorang yang tidak tahu apa-apa dan membutuhkan informasi tambahan. Dia datang dengan kepekaan dan sebuah pengetahuan relijius yang benar tentang Yesus. Semua mujizat yang dilakukan oleh Yesus ditangkap oleh Nikodemus sebagai petunjuk bahwa Yesus berasal dari Allah (3:2). Hal ini tentu saja tidak salah. Yesus memang berasal dari Allah (3:31; 6:46; 7:29). Apa yang dilakukan-Nya merupakan bukti bahwa Dia diutus oleh Allah (10:25, 37-38; 14:11).

Sayangnya, apa yang benar belum tentu memadai. Kebenaran yang tidak utuh seringkali justru berbahaya. Bisa menipu diri sendiri. Bisa memberi kepuasan dan keamanan yang palsu. Yesus lebih dari sekadar utusan Allah. Dia bukan sekadar rabi. Tidak cukup mengakui Dia sebagai rabi atau nabi. Tidak memadai untuk mengakui Dia sebagai pembuat berbagai mujizat.

Kesalahan Nikodemus

Kesalahan fatal yang dilakukan Nikodemus adalah kegagalannya untuk melihat keseriusan dosa. Dosa merupakan sebuah persoalan fundamental yang membutuhkan solusi radikal. Nikodemus tampaknya gagal mencerna kebenaran ini.

Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang perlunya perubahan natur manusia yang berdosa. Dalam ungkapan Yesus, hal ini disebut kelahiran kembali (3:3-8). Siapa saja yang ingin masuk dam melihat Kerajaan Allah patut menjalani proses transformasi radikal ini.

Kegagalan Nikodemus untuk mengerti perkataan Yesus memang sangat konyol, bahkan nyaris sukar untuk diterima dengan akal sehat. Namun, hal itu bukan sumber persoalan. Itu justru merupakan sebuah gejala yang mengarahkan pada persoalan lain yang lebih fundamental: natur yang berdosa.

Natur yang berdosa tidak dapat diatasi dengan ritual relijius. Tidak pula dengan ketaatan atau kebaikan. Bahkan karakter yang baik pun tidak memadai. Persoalan dalam diri manusia ini berada di luar kemampuan manusia untuk menyelesaikannya.

Puji Tuhan! Allah tidak pernah meninggalkan manusia dalam keputusasaan dan tanpa harapan. Tuntutan Yesus kepada Nikodemus memang mustahil dipenuhi oleh Nikodemus, tetapi tidak demikian halnya oleh Allah. Bentuk pasif “dilahirkan kembali” menyiratkan Allah sebagai subjek. Berdasarkan 1:12-13 para pembaca langsung mengetahui bahwa kelahiran ini dilakukan oleh Allah. Ini adalah kelahiran dari atas. Bukan melalui kehendak manusia. Bukan melibatkan upaya manusia. Semua adalah murni pekerjaan Allah.

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus di 3:3 dan 3:5 bukanlah sebuah perintah yang harus dilakukan. Ini lebih ke arah pernyataan tentang keadaan manusia. Menyadari keadaan yang sebenarnya seringkali lebih penting daripada melakukan sesuatu untuk menyelesaikan keadaan itu. Kesadaran ini seyogyanya mendorong manusia untuk menyadari kepapaan dan kelemahan dirinya, sehingga dengan demikian mengondisikan dia untuk mencari pertolongan dari Allah saja.

Apa yang menyenangkan Allah seringkali bukanlah pencapaian-pencapaian yang kita lakukan bagi Dia melainkan pengakuan terdalam terhadap ketidakmampuan kita. Terkesan dengan kebaikan Allah pada kita jauh lebih penting daripada membuat Dia terkesan dengan kebaikan kita. Tanpa kekaguman terhadap anugerah-Nya yang menopang kita, tidak ada satupun upaya kita yang menyenangkan hati-Nya. Pendeknya, menyadari dan mengakui ketidakmampuan diri merupakan korban yang berharga di hadapan Allah daripada memamaerkan kemampuan dan segudang keberhasilan kita di hadapan-Nya.

Pdt Maria E. br Sitepu, S.Th GBKP Surabaya

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD