MINGGU 24 MARET 2024, KHOTBAH MARKUS 11:1-11 (MINGGU PASSION VII)

Invocatio :

“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka” (Wahyu 7 : 9).

Bacaan :

Yehezkiel 44 : 1 – 3 (Responsoria)

Tema :

“Sorak-Sorak Meriah Menyambut Yesus” (Surak-surak si Meriah Ngalo-ngalo Jesus)

 

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, kerap dan acap bagi kita melihat serta mendengar sorak-sorai gembira, tempik sorak membahana orang banyak. Hal itu kita dapati dan temui saat ada kunjungan pejabat, orang terhormat, atlit hebat, para artis, selebritis, influencer dan yang lainnya. Atau saat ada pesta meriah seperti kerja tahun, konser musik, pertandingan olahraga, kampanye PEMILU baru-baru ini, sosialisasi, seminar dll. Tuhan Yesus pernah mendapatkan sambutan hebat dan sorak-sorak gembira yang luar biasa. Hal itu terjadi dalam perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Orang banyak menyambutNya dengan sorak-sorai bergembira terlepas apakah motivasi mereka tepat atau keliru. Di Minggu Passion VII/ terakhir ini, mari kita menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai gembira yang benar. Bagaimanakah menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai gembira yang benar?

ISI

Yesus memasuki Yerusalem dan orang banyak mengikuti dan menyambut-Nya dengan sangat meriah (Markus 11:1-11)

Dalam ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya di sorga, Yesus pergi menuju Yerusalem tempat Dia akan ditangkap, divonis mati lalu disalipkan. Dia tetap pergi kesana sekalipun maut menanti. Yesus datang kesana dengan mengendarai keledai muda yang adalah lambang kerendahan hati. Ia datang dengan kesederhaan dengan menunggang keledai. Ia tidak menunggang kuda lambang kekuatan dan kekuasaan. Orang banyak mengikuti Yesus menuju Yerusalem. Mereka menyambut Yesus yang datang dengan sorak-sorai dan sangat meriah. Hal itu terlihat dengan membuka pakaian mereka dan meletakkannya di jalan yang dilalui Yesus. Ada juga yang meletakkan ranting-ranting hijau di jalanan. Ada banyak orang di belakang Yesus dan di depan-Nya. Mereka berseru dan berkata, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosanna di tempat yang maha tinggi!” Ucapan dan seruan ‘hosana’ ini diambil dari Mazmur 118:25, 26 yang isinya meminta TUHAN agar menyelamatkan mereka dan memberikan kemenangan. Kita tahu saat itu orang atau bangsa Yahudi sedang dijajah kerajaan Romawi. Mereka sangat mengharapkan agar bisa bebas dan lepas dari Romawi. Terlebih lagi kedatangan Yesus ke Yerusalem menjelang hari raya Paskah Yahudi. Saat-saat peringatan dan perayaan Paskah, kerinduan orang Yahudi mendapatkan kelepasan dan kemerdekaan dari penjajah lebih terasa dan menggelora. Ternyata motivasi mereka menyambut dan mengikut Yesus mau menjadikan mereka sebagai mesias politik. Supaya Yesus melepaskan mereka dari penjajahan kerajaan Romawi. Mereka tidak bisa menangkap simbol yang dipakai Yesus dengan menunggang keledai.        

Mengikut Yesus haruslah dengan motivasi yang benar. Motivasi kita perlu dimurnikan dalam mengikut Yesus. Bukan untuk hidup duniawi saja tetapi terlebih untuk jiwani dan rohani kita. Bukan untuk hidup sekarang saja, tetapi terlebih untuk hidup yang akan datang, setelah meniggalkan dunia ini. Mengikut Yesus untuk mengubah hati dan pikiran kita. Mengikut Yesus supaya hidup kita berkenan bagi Allah dan sesama.

Penglihatan nabi Yehezkiel dan rasul Yohanes (Yehezkiel 44:1-3; Wahyu 7:9)

Dalam bacaan dan invocation kita menjumpai 2 penglihatan. Pertama, penglihatan Yehezkiel. Yehezkiel 44:1-3 ada dalam bagian Yehezkiel 40-48 prihal penglihatan tentang akhir zaman. Nabi Yehezkiel menerima penglihatan pertamanya pada usia 30 tahun, ketika ia akan memulai pelayanan keimamannya sebelum pembuangan (1:1). Sekarang 20 tahun kemudian atau pada usia ke 50 tahun di pembuangan Babel, Yehezkiel mendapatkan penglihatan terakhirnya prihal kembalinya bangsa Israel dari pembuangen serta pemulihan mereka secara penuh. Dalam penglihatannya, Yehezkiel melihat pintu-pintu gerbang dan pelataran-pelataran Bait Suci yang baru. Khusus Yeh. 44:1-3, dia melihat pintu gerbang timur yang tertutup. Dalam penglihatannya, penuntun Yehezkiel membawanya kembali ke pintu gerbang luar Bait yang menghadap ke timur. Pintu gerbang timur ini ditutup setelah kemuliaan YHWH masuk ke Bait Allah melalui pintu timur ini. Pintu ini harus tetap tertutup oleh karena TUHAN sudah masuk. Tidak boleh seorangpun masuk setelah TUHAN, Allah Israel masuk melaluinya (ayat 1-2). Sebuah tempat yang telah dijamah oleh YHWH menjadi teramat suci bagi kaki manusia biasa. Hanya raja saja yang boleh datang mendekat ke pintu gerbang timur tetapi tidak boleh melaluinya sebab raja disebut TUHAN sebagai “hambaKu Daud (34:23-24). Raja boleh duduk dan makan di depan pintu gerbang itu pada hari-hari raya (ayat 3). Kedua, penglihatan Rasul Yohanes yang dibuang ke pulau Patmos. Yohanes melihat kumpulan besar orang yang tidak dapat terhitung banyaknya. Mereka itu datang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa. Orang-orang dari seluruh pelosok dan penjuru dunia datang menyembah, memuja serta memuji Allah dan Tuhan Yesus. Walau tidak terhitung banyaknya, tetapi Yohanes dapat mengenali keberagaman mereka. Ini mengatakan bahwa di dalam Kerajaan Allah, manusia tidaklah kehilangan kualitas khas/ tertentu mereka. Gereja universal memelihara kesatuan, saat yang bersamaan juga memelihara keanekaragaman yang besar yang ada. Kumpulan persekutuan gereja itu berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Yesus, Sang Anak Domba. Ini mengingatkan bahwa Gereja harus fokus kepada Allah dan kepada Yesus Juruselamat. Orang percaya yang setia itu memakai jubah putih artinya hidup kudus, mereka memegang daun-daun palm. Melambaikan daun palm artinya menyatakan kemenangan dan sukacita baik di budaya Romawi, Yunani juga Yahudi (Im. 2340; Maz. 92:12; Yoh. 12:13). Orang Kristen secara bersama-sama juga bersorak pujian kepada Allah dan Yesus Kristus, bersyukur atas keselamatan yang telah dianugerahkan. Allah yang berkehendak agar manusia diselamatkan lalu mengadakan keselamatan itu; dan Kristus sebagai Anak Domba sang korban adalah keselamatan itu sendiri. Kristus yang melepaskan manusia dari dosa, bahaya, penganiayaan dan kematian.      

Penglihatan Yezehkiel dan Yohanes sudah jelas dan terang benderang bagi kita Gerja saat ini. Kemuliaan Allah yang juga disebut sebagai kehadiranNya telah nyata di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus sudah datang dan membawa kita memasuki persekutuanbaru denganNya. Segala bangsa, suku, ras dan bahasa di muka bumi ini telah datang ke tahta kasih karunia dengan mengaku serta menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Milyaran manusia dari semua mata angin telah berdiri dan mengikut Tuhan Yesus. Biarlah Gereja yang kudus, satu dan Am ini tetap hidup murni dan suci, hidup berkenan di hadapan Allah dan Kristus. Biarlah semua orang percaya tetap dan terus bersorak-sorak dengan gembira sambil memegang dan melambaikan daun palm menyatakan kemenangan iman serta sukacitanya di dalam kasih dan anugerah Allah dan Tuhan Yesus.  

Tema: “Sorak-Sorai Meriah Menyambut Yesus”

Sudah sepatutnya kita semua orang percaya bersukacita, bergembira dan bersorak-sorai meriah di Minggu passion terakhir atau Minggu Palmarum ini. Minggu Passion bukanlah harus dimaknai dengan kesedihan. Merenungkan penderitaan Kristus serta memaknainya bagi kita ya; bersedih dan meratapinya, tentu tidak. Sekalipun kita mengenang penderitaan Kristus tetapi kita bisa bersukacita. Kita bersukacita bukan karena Yesus menderita. Kita bukan bersukacita di atas derita Kristus, tetapi kita bersukacita karena penderitaanNya dalam rangka kasihNya, penebusanNya dan penyelamatanNya bagi kita manusia yang berdosa. Karenanya tidak aneh dan heran bila gereja dihias dengan daun-daun palm dan hal lainnya dalam rangka memeriahkan Minggu Palmarum.        

Kita menyambut Yesus dengan sorak-sorai meriah dengan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan, Mesias Juruselamat rohani kita. Kita menyambut Dia dengan sorak-sorai meriah bukan karena hal-hal duniawi saja. “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang paling malang dari semua manusia” (1 Kor. 15:19). Kita menyambut dan menempatkan Kristus sebagaimana mestinya, bahwa Dialah empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan kekal selama-lamanya. Dia yang adalah Tuhan, Allah yang perkasa dan maha kuasa, tetapi Dia telah datang dengan keserhanaan dan kerendahan hati. Karena itulah sudah seyogianya kita menyambut Dia dengan sorak-sorai meriah.    

Penutup/ kesimpulan

  • Kita telah sampai ke Minggu Passion VII terakhir disebut juga Minggu Palmarum. Selanjutnya kita akan memasuki rangkaian ibadah pra Paskah yang dimulai dengan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Pengharapan dan Paskah. Seperti Tuhan Yesus taat dan setia sampai akhir marilah kita tetap taat dan setia mengikut Tuhan Yesus.
  • Marilah kita menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai meriah dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita yang benar dan tulus (yang dilambangkan dengan pakaian putih). Sorak-sorai meriah kita bukan rutinitas saja, bukan formalitas belaka, juga bukan seremonial saja. Sorak-sorai meriah kita melebihi tim sorak. Sorak-sorai meriah kita lahir dan timbul dari dalam hati yang percaya dan mengasihi Yesus.
  • Kita sorak-sorai meriah menyambut Yesus Kristus juga dengan hidup sederhana/ ugahari serta rendah hati. Sorak sorai meriah tidak harus dengan wah, hah yang justru menunjukkan tinggi hati dan sombong. Sorak-sorai meriah terutama dengan hati tulus dan motivasi yang benar. Sorak-sorai meriah yang salah terlihat pada orang Yahudi pada umumnya. Mereka yang bersorak, “hosanna”, tetapi kemudian mereka juga yang kemudian berseru, “Salibkan Dia.” Sorak-sorai meriah yang benar ditujukkan oleh orang-orang yang beriman dan setia dalam penglihatan Yohanes (Why. 7:10).

Pdt. Juris Tarigan, MTh; GBKP RG Bogor

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD