MINGGU 26 NOVEMBER 2023, KHOTBAH 2 TIMOTIUS 4:6-8

Tema   :

“Lit Paksana Nadingken Kegeluhen” (Ada Waktunya Meninggalkan Kehidupan)

Invocatio   :

“Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (Kel 3:14)

Tema :

“Lit Paksana Nadingken Kegeluhen” (Ada Waktunya Meninggalkan Kehidupan)

 

Pengantar :

Dalam hidup ini ada begitu banyak hal yang tak pasti, tapi ada satu hal yang pasti, bahwa kita semua akan mati. Berpikir tentang hari kematian bisa membantu mendorong kita memakai waktu yang kita punya sekarang sebaik mungkin sehingga hidup kita menjadi lebih berkesan dan berarti. Coba bayangkan, jika minggu ini adalah minggu terakhir kita hidup, apa yang akan kita lakukan? Kita pasti tidak akan menyia-nyiakan waktu. Kita tidak akan lagi mempermasalahkan hal-hal remeh yang sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan.

 Memento mori ! Demikianlah bunyi sebuah peribahasa Latin, yang artinya: Ingatlah, Anda akan mati. Filsuf Seneca dan Marcus Aurelius berkata: “Hiduplah seakan hari ini hari terakhir kita bernafas,” dan “Jadikanlah ini penentu apa yang kita lakukan, utarakan dan pikirkan.”

Kesadaran akan kematian dan bahwa hidup kita terbatas, dapat menuntun kita untuk menjalani hidup lebih mendalam.

Minggu ini adalah Minggu Akhir Tahun Gerejawi. Inilah Minggu terakhir bagi kita berdasarkan perhitungan tahun gerejawi, sekaligus minggu ini kita pakai sebagai moment untuk memperingati saudara-saudara kita yang telah meninggal mendahului kita dari dunia ini. Memasuki minggu seperti ini terbersit dalam benak kita bahwa segalanya akan berakhir. Dunia akan berakhir, dan dengan sendirinya aktifitasnya akan berhenti. Manusia tidak ada yang abadi, tidak ada yang kebal menghadapi masa akhir itu. Kehidupannya akan terhenti, perbuatan dan ucapannya akan berakhir. Di saat kita memperingati saudara-saudara kita yang telah meninggal, yang sudah lebih dulu mengalami masa perhentian dari dunia ini, kita disadarkan bahwa kita pun akan berhenti dari kehidupan dunia ini. Untuk itu Tema Firman Tuhan di Minggu ini mengajak kita untuk mengisi hidup kita sebijaksana mungkin, melakukan yang terbaik selagi kita hidup, melayani Tuhan sang pemberi kehidupan. Minggu khusus ini mengingatkan kita akan beberapa hal, bahwa: Hidup ini sementara dan hanya sekejap, maka kita diajak untuk tidak menyia-nyiakannya, mengisinya dengan berjalan bersama Tuhan. Mengingat masa akhir kita di dunia ini, sekaligus menghantarkan kita mempersiapkan diri kita memasuki awal tahun gerejawi yang baru.

PENJELASAN TEKS

Teks Khotbah 2 Timotius pasal 4 adalah bagian terakhir dari Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius. Paulus menulis suratnya ini kepada Timotius pada saat ia dipenjarakan untuk kedua kalinya di Roma, tidak lama sebelum kematiannya. Pemenjaraan ini dicatat dalam Kisah Para Rasul 28. Pada saat menulis surat ini, Kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya. Paulus sekali lagi menjadi tahanan di Roma (1:16), dia menderita sebagai seorang penjahat biasa (2:9, ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (lihat: Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, 2003, hlm. 2031).

Paulus menulis pesan terakhir ini kepada Timotius sebelum pelaksanaan eksekusi hukuman mati atasnya oleh kaisar Nero. Melalui suratnya ini Paulus menasehati Timotius untuk berpegang teguh pada iman, memenuhi panggilan pelayanan, melakukan tugas pemberitaan Injil yang benar serta menentang pengajar-pengajar palsu yang menyesatkan (4:2-5). Kesaksian terakhir Paulus adalah sebuah contoh mengharukan dari keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah menantinya di depan mata (4:6-8)

Ayat 6-7 : Bagian teks ini berbicara tentang akhir hidup Paulus, ia sungguh menyadari kematiannya sudah dekat. Paulus sedang diadili di Roma dan sudah menjalani pemeriksaan pertama (2 Tim. 4:16-17). Ia diadili karena pemberitaan Injil dan tahu bahwa ia akan dihukum mati. Tapi Paulus menghadapi kematiannya dengan cara yang luar biasa, dan dengan kalimat yang penuh kesiapan mengahadapi kematiannya ia mengungkapkan: ”.... darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Sejak diselamatkan & ditangkap oleh Kristus, ia sudah mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup untuk melayani Tuhan & memberitakan Injil bagi banyak orang. Sekarang ia akan menyempurnakan persembahan itu dengan mengorbankan hidupnya bagi Tuhan. Paulus melihat realita dan menghadapi kematiannya dengan hati yang lapang, dia tidak takut menghadapi kematian karena baginya “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Paulus menggambarkan hidup ini ibarat sebuah pertandingan, dan meyakini bahwa ia telah menyelesaikan pertandingannya dengan baik, karena di tengah pencobaan dan pergumulan, ia telah berjuang tetap setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup (bdk. 2 Tim 2: 11-12). Sungguh membuat kita kagum, betapa Paulus menghadapi kematiannya dengan berani dan tulus ikhlas, sebab ia sungguh yakin bahwa ia sudah mengakhiri pertandingannya dengan baik. Bisa dibayangkan bagaimana Paulus berada dalam penjara yang gelap, lembab, pengap dan dingin sedang menghadapi saat-saat terakhirnya, dia menulis dengan ketenangan yang sempurna. Tidak dipenuhi ketakutan, sebaliknya justru memandang ke belakang dengan hati yang bersyukur karena telah menjalani kehidupannya dengan baik dan akan mengakhirinya juga dengan baik. Ada tiga hal yang diungkapkan Paulus yang membuatnya menghadapi kematiaannya dengan rasa syukur dan optimis : “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, aku telah memelihara iman”.

Ay. 8 : Paulus tetap setia kepada Tuhan dan Injil yang dipercayakan kepadanya, inilah yang membuatnya sanggup memandang ke depan & menjelang kematiannya dengan penuh sukacita sambil dengan penuh keyakinan ia berkata: “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil,...bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Tim 4:8).

Mahkota kebenaran adalah upah kekal yang disediakan bagi umat Tuhan yang tetap hidup di dalam jalan kebenaran. Ada banyak jalan yang dapat kita pilih di sepanjang kehidupan kita di dunia ini. Akan tetapi, memilih jalan kebenaran, taat dan setia kepadaNya, adalah komitmen yang harus kita buat hari demi hari bahkan langkah demi langkah. Memang tidak selalu mudah namun Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita!

Ogen : Kejadian 5:1-32 menjelaskan silsilah Adam, termasuk nama sepuluh orang, dari Adam sampai Nuh; Silsilah keluarga ini juga tercatat dalam silsilah keluarga orang Israel dalam 1 Taw. pasal 1-4. Di dalam silsilah ini juga tercatat dua orang dalam daftar orang beriman di Surat Ibrani 11 dalam Perjanjian Baru, yaitu Henokh (5:21-24) dan Nuh (5:32). Henokh, dicatat sebagai keturunan dari Set, yang mempunyai kualitas hidup yang sangat istimewa. Bukan hanya tentang nama, lamanya dia hidup, generasi yang diturunkan, tetapi juga mengenai cara dia mengisi hidupnya. Henokh hidup bersama Allah. Alkitab terjemahan baru menyebut “bergaul dengan Allah”. Henokh mengisi umur panjangnya dengan mentaati sedemikian rupa, apa yang Allah kehendaki. Dia terus mencari suara Allah untuk menuntunnya dan menjadi peka. Di kitab Kejadian pasal 4 dan 6 dicatat, bagaimana manusia di zaman Henokh, semakin melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, tetapi Henokh didapati setia karena ia bergaul dengan Allah. Henokh hidup bersama Allah, dalam iman,kesetiaan, dan ketaatan. Dan Alkitab mencatat, Henokh menerima upah yang mulia. Dia tidak mengalami kematian, karena Allah mengangkatnya.

Invocatio: Bagian teks ini menceritakan kisah pemanggilan Allah atas Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir (Kel. 3:1-10), Musa awalnya menolak dengan alasan ia tidak cukup baik untuk melakukan tugas itu. Ia bahkan berdebat panjang dengan Allah dan bertanya kepada-Nya: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun?“ (Kel. 3:11), Allah meyakinkannya akan hadirat-Nya. “Aku akan menyertai engkau” (ay.12) sesuai dengan pernyataan “AKU ADALAH AKU” (ay.14), dalam bahasa Ibrani: ehyeh-ahsher-ehyeh (yhwh). Nama ini menunjukkan identitas diri Allah dan otoritas yang Allah kerjakan: bahwa: Allah adalah satu- satunya Allah, tidak ada allah lain; Allah ada dari diri-Nya sendiri, tidak bergantung pada hal lain apapun; Allah adalah kekal dan tidak dapat berubah, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang. Allah satu-satunya yang memegang otoritas atas seluruh alam semesta.

Dari jawaban Allah ini seharusnya membuat Musa memahami perbedaan antara Allah dengan dewa-dewi lainnya dan membuatnya semakin mengenal Allah & yakin untuk menerima panggilan Allah tersebut.

Jika kita mengenal Allah sebagai satu-satunya pemegang otoritas atas kehidupan di alam semesta ini maka kita tidak akan pernah ragu lagi untuk menerima panggilanNya dan mengandalkanNya di sepanjang hidup kita.

Aplikasi/Kesimpulan

Melalui ketiga bagian Firman Tuhan di Minggu Akhir Tahun Gereja ini kita menemukan beberapa point penting yang menjadi perenungan kita bersama, yaitu :

  1. Hidup Kita Ada Batasnya, Pakai Kesempatan Yang Terbatas Itu Untuk Melakukan Yang Terbaik !

Bagaimana kita diingatkan bahwa hidup kita terbatas & begitu singkat. Namun, dalam waktu yang singkat tersebut, Tuhan memberikan kesempatan kepada kita menjalaninya sesuai dengan kehendak kita atau kehendakNya. Jika Hidup ini hanya sekejap, maka kita diajak mengisi setiap detik kehidupan ini dengan melakukan yang terbaik & menjalaninya dengan baik, sehingga kita tidak “asal hidup” atau “sekedar hidup”, tapi menjadikan hidup kita berarti & bermakna bagi orang lain, terlebih bagi Tuhan, sang pemberi kehidupan. Marilah kita mengevaluasi diri, seberapa sungguh kita sudah memakai kehidupan & kesempatan yang Tuhan beri, mengabdi & melayani Tuhan melalui gerejaNya. Sebagaimana kata Pemazmur : “ajarlah kami menghitung hari-hari kami..., hingga kami beroleh hati yang bijaksana”(Mzm. 90:12) . Kita perlu memiliki kewaspadaan untuk memahami bahwa waktu hidup kita sangat terbatas dan ada saatnya akan hilang. Mari renungkan "sejauh mana hidup yang kita miliki sudah sesuai dengan tujuan Tuhan, sang pemilik hidup kita". Perjalanan hidup kita suatu hari akan berakhir, maka mari berjuang menjalaninya dengan baik sampai kelak kita dapat mengakhirinya juga dengan baik, sehingga kita dapat berkata seperti Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah melihara iman.”

  1. Setia Berjuang Sampai Garis Akhir, Dengan Tetap Memelihara & Memegang Teguh Iman

Paulus menggambarkan kehidupan sebagai suatu pertandingan iman, dimulai dari titik awal yaitu garis START dan berakhir pada titik akhir yaitu garis FINISH.

Menarik untuk melihat kisah hidup Paulus , bagaimana ia menjalani sisa hidup sebagai kesempatan untuk melayani. Paulus berkata "aku telah mencapai garis akhir", artinya ia telah bertekun menjalani hidup, dan mengabdikan diri kepada Tuhan sampai akhir hayatnya, sekalipun untuk itu dia harus menjadi martyr. Perlombaannya sudah berakhir dan ia menjadi pemenang. Masing-masing kita saat ini, sedang menuju garis akhir kehidupan kita. Bagaimana kita menjalaninya saat ini merupakan persiapan menuju garis akhir dalam hidup kita. Maka marilah berjuang dan mengupayakan agar kita dapat juga seperti Paulus meng-akhiri pertandingan kita dengan baik (finishing well). Kunci dari sukses mengakhiri dengan baik adalah menjalani hidup dalam takut akan Tuhan, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan (bandingkan Paulus, Henokh dan Nuh ---Ogen)

  1. Siap mengerjakan panggilan Tuhan sebagai satu-satunya pemegang otoritas atas seluruh perjalanan kehidupan kita.

Penting bagi kita untuk peka terhadap panggilanNya & setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk memberitakan kebenaran-Nya. Meskipun dalam keadaan yang tidak baik dan waktu yang tidak tepat, selama Sang pemberi kehidupan masih memberi kesempatan & mempercayakan nafas kehidupan, kita harus menunaikan tugas panggilanNya. Marilah kita meningkatkan kesungguhan hati & pelayanan kita sebagai pengikut Kristus, dengan sukacita melayani dan ambil bagian dalam semua pelayanan di gerejaNya, menjadi pelaku aktif pelayanan (sesuai sasaran GBKP 2023) sekaligus menguji diri dan melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan (Ef. 5:10).

  1. Meraih Mahkota Kekal atau Hukuman Kekal ? Pilihannya ada pada kita !

Bagi kita semua yang menyelesaikan pertandingan dengan baik, ada janji mahkota kebenaran sebagai upah kekal yang Tuhan karuniakan pada hari-Nya. Paulus dengan optimis telah melihat dengan mata iman bahwa ia akan meraih hadiah kemenangannya yang telah tersedia baginya, sekalipun dia belum mati. Sebaliknya yang tidak setia dan konsisten hidup dalam ketaatan dan komitmen iman, serta gagal mengakhiri pertandingan iman dengan baik maka jangankan mahkota kemenangan akan diperoleh, sebaliknya hukuman kekal akan menanti.

Masa akhir kita di dunia ini, sekaligus menghantarkan kita memasuki awal yang baru bersama Tuhan. Kita akan mengakhiri tahun gerejawi ini, namun sekaligus juga mempersiapkan diri memasuki awal tahun gerejawi yang baru. Minggu Akhir Tahun Gerejawi hendaknya menjadi sebuah dorongan bagi kita, bahwa kita harus berkarya dan melayani selagi masih ada waktu & kesempatan. Selagi hidup kita belum berakhir, masih ada waktu menjadi pribadi yang berdampak, bermakna & menjadi berkat bagi sesama. Perlakukan waktu yang kita punya sekarang sebagai hadiah. Ingatlah hari kematianmu ! Hadapi kematianmu dengan cara menjalani hidup ini dengan bijak, sehingga kelak kita mengakhirinya juga dengan bijak ! Tuhan memampukan.

Pdt. Jenny Eva Karosekali-GBKP Rg. Harapan Indah

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD