SABTU 24 DESEMBER 2022, MIKHA 5:2-4

Invocatio          : hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan,kota Daud ( Luk 2 :11)

Ogen                : Kisah Para Rasul 13 : 21-25 (Tunggal)

Tema                : RAJA DARI BETLEHEM


Pendahuluan

Jika ada pemilihan Kepala Daerah, yang di soroti selain pribadi calon Bupati atau calon wakil Bupati, dari mana asalnya pun diperbincangkan, mulai pemilihan sampai terpilih jadi kepala daerah, jika desa itu lebih baik mulai terpilihnya beliau jadi kepala daerah maka dikatakan peminpin yang mulai bergerak dari kampungnya sendiri. Tapi jika desa nya sendiri tidak mengalami perubahan maka dianggap pemimpin itu tidak peduli.

- Apa yang di alami Betlehem ketika Yesus lahir di kota ini?

- Dari betlehem sampai ke hati

Kisah Para Rasul 13: 21-25 21 Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka Saul bin Kish dari suku Benyamin, empat puluh tahun lamanya. 22 Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. 23 Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. 24 Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. 25 Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.’

dari ayat 17- 25 empat belas kata kerja yang dipakai untuk menggambarkan tentang karya Allah. Anda mungkin memahami bahwa sejarah Perjanjian Lama tidaklah dibangun di atas dasar takhayul manusia atau penelitian teologis, tetapi atas dasar serangkaian karya Allah yang sungguh-sungguh nyata. Anda tidak akan bisa memahami Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kalau anda tidak secara mendasar memahami bahwa Allah itu berdaulat penuh, Mahatahu, dan Pemilik atas segala sesuatu. Kehidupan manusia tidak digerakkan oleh nasib, kecelakaan atau kebetulan belaka, tetapi oleh Allah saja. Ia memilih pribadi-pribadi bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena anugerah-Nya semata-mata. Pelajarilah makna yang berbeda dari semua kata kerja yang menjelaskan karya Allah itu, sehingga anda akan bisa mendapatkan hikmat yang melimpah.

Dalam pemilihan-Nya terhadap para bapa leluhur, Allah memulai sejarah keselamatan manusia dan juga menyempurnakan rencana dari rancangan-Nya, yaitu kedatangan sang Mesias. Dalam penggenapan dari sejarah Ilahi ini, Tuhan melepaskan umat Perjanjian Lama dari belenggu. Ia bersabar atas pemberontakan umat-Nya di padang gurun, menawarkan kepada mereka tempat kediaman di Kanaan, memilih hakim-hakim yang adil untuk memerintah atas mereka, dan menetapkan seorang raja atas permintaan mereka sendiri. Ia mengurapi Saul sebagai raja pertama mereka, yang menjadi teladan yang sangat luar biasa di awal masa pemerintahannya, dan nama raja itu yang dipakai oleh rasul bagi orang-orang bukan Yahudi itu. Sebagai seorang muda ia sangat bangga dengan nama kebesaran itu, Saul,” tetapi ketika ia bertemu dengan Sang Raja, Yesus, ia meneladani kerendahan hati sang Raja itu. Ia mengganti namanya “Saulus” dan menyebut dirinya “Paulus”, yang berarti “yang kecil.”

Sejarah Allah mengkristal di dalam diri Daud, sang raja, yang didapati sebagai kekasih Tuhan sendiri. Ia bertobat dari dosa-dosanya dan mencari kehendak Allah. Melalui dirinya mengalir mazmur-mazmur Roh Kudus dan doa-doa, dimana manusia sudah menjadikannya doa pribadi mereka, selama lebih dari 3000 tahun. Kristus sendiri menegaskan beberapa nubuat yang diucapkan oleh Daud. Namun, orang-orang Yahudi berpikir bahwa janji-janji Allah itu belum digenapi. Mereka selalu bertanya-tanya, “Dimanakah Anak yang dijanjikan akan datang dari keturunan Daud, siapakah sebenarnya Anak Allah yang kekal itu?” Semua orang Yahudi mengenal nubuat yang sangat penting mengenai Mesias yang akan datang ini, yang akan membawa bangsa itu ke dalam kedamaian kekal. Paulus berbicara dalam khotbah singkatnya, menyatakan bahwa Anak Daud, yang juga adalah Anak Allah, sudah datang, dan bahwa Dia adalah Yesus dari Nazaret, Juruselamat dunia. Ia lebih hebat dibandingkan dengan semua Kaisar di Roma, karena Ia adalah Manusia sejati dan Allah sejati, kekal, kudus, dan mulia

Tidak semua kerusakan dapat diperbaiki secara keseluruhan. Tambal-sulam bukan sebuah pilihan. Kesalahan yang muncul sangat fatal sehingga dibutuhkan perubahan radikal. Yang diperlukan bukan hanya koreksi, modifikasi, atau renovasi, melainkan peletakan pondasi. Sebuah awal yang baru sangat dinanti.

Itulah situasi yang dihadapi oleh bangsa Yehuda pada zaman Mikha. Sang nabi melayani sekitar abad ke-8 SM pada zaman Yotam, Ahaz, dan Hizkia (1:1). Pada masa itu kemerosotan moral dan kompromi relijius terjadi di mana-mana. Agama dijadikan alat untuk kepentingan material. Orang-orang kaya dan para penguasa menindas orang-orang miskin. Keadaan hanya sempat membaik sedikit pada zaman Hizkia.

Tidak heran, Mikha berkali-kali menyerukan pertobatan dan penghukuman, baik atas Samaria (1:5-7) maupu Yehuda (1:9-16). Apa yang diberitakan sebagian sudah terjadi. Kedua negara ini sempat dikalahkan oleh bangsa Asyur. Bahkan satu ayat sebelum teks kita hari ini berbicara tentang penghukuman bagi Yehuda: “Sekarang, engkau harus mendirikan tembok bagimu; pagar pengepungan telah mereka dirikan melawan kita; dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel” (4:14). Bangsa Yehuda sedang terdesak da tersudut. Tongkat yang biasanya menjadi simbol kekuasaan, sekarang justru menjadi alat pukulan di tangan musuh.

Pembacaan yang seksama menunjukkan bahwa janji ini sangat berkaitan dengan Daud. Apa yang Allah sudah janjikan kepada Daud – yaitu bahwa keturunannya akan menjadi raja atas umat Allah untuk selamanya (2Sam. 7:12-13) – sedang ditegaskan ulang melalui Mikha. Mazmur 89:35-37 berkata: “Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud:  Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku, seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan”.

Ada beragam keterkaitan dengan Daud yang ditunjukkan dalam teks khotbah malam Natal ini. Pertama, kelahiran sang penguasa (5:1a). Pusat pemerintahan Yehuda (dan Israel) adalah Yerusalem. Sejak jaman Daud sampai pembuangan ke Babel kota ini telah menjadi kebanggaan mereka. Namun, Mikha justru menyinggung tentang Betlehem-Efrata di daerah Yehuda. Mengapa? Karena Betlehem adalah daerah asal Daud (1Sam. 16:1, 4). Betlehem di kemudian hari dikenal sebagai kota Daud (1Sam. 20:6; Luk. 2:4; Yoh. 7:42). Betlehem Efrata sebuah kota kecil di Yehuda, jaraknya kurang lebih 9 km dari Yerusalem ibu kota kerajaan Yehuda. Betlehem memang sebuah kota kecil diantara kota-kota lain di Yehuda pada waktu itu. Karenanya kota ini kurang diperhatikan dan tidak diperhitungkan secara politik, sosial-ekonomi, bahkan Agama.

Kedua, permulaan sang penguasa (5:1b). Frasa “permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” sebaiknya tidak disamakan dengan kekekalan (kontra KJV). Dalam kitab Mikha, frasa seperti ini merujuk pada suatu masa lampau di dalam waktu. Sebagai contoh, Mikha 7:14b berbunyi: “Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala”. Rujukan waktu ini jelas tidak mungkin menunjuk pada kekekalan. Berdasarkan hal ini, frasa “permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” di 5:1 seharusnya ditafsirkan sebagai rujukan pada zaman Daud dahulu. Mikha sedang memikirkan tentang masa keemasan Israel pada sekitar tiga abad sebelumnya.

Ketiga, cakupan kekuasaan (5:1b-2). Sang penguasa yang dijanjikan akan memerintah atas Israel (5:1b). Pemunculan istilah “Israel” di sini cukup menarik. Mikha diutus untuk bangsa Yehuda, bukan Israel. Jadi, istilah “Israel” di ayat ini tidak merujuk pada kerajaan utara, tetapi pada seluruh daerah kekuasaan Daud sebelum kerajaannya pecah menjadi dua pasca kematian Salomo. 

Bukan hanya cakupan kekuasaannya, pemulihan yang dijanjikan juga tidak hanya meliputi bangsa Yehuda. Janji ini juga mencakup bangsa Israel, sebagaimana dikatakan: “lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel”. Dua kerajaan disatukan sekaligus.

Siapakah raja Israel yang berkuasa atas dua negara ini? Daud dan Salomo. Nama terakhir ini tidak diperhitungkan sebab justru karena dia kerajaan terpecah menjadi dua. Jadi, ayat 1-2 jelas mengarah pada Daud.

Keempat, penggembalaan sang penguasa (5:1, 4). Mikha tampaknya sengaja menghindari istilah “raja”. Dia memilih “penguasa” (môšēl, 5:1); suatu istilah yang sangat populer pada masa awal pemerintahan Daud. Pemerintahannya disamakan dengan penggembalaan (5:4). Walaupun raja-raja lain juga digambarkan sebagai gembala umat, gambaran ini paling melekat pada figur Daud. Sebelum dia menjadi raja, dia adalah seorang gembala domba (1Sam. 16:11-13).

Kita tidak tahu secara pasti bagaimana bangsa Yehuda pada waktu itu memahami janji yang diucapkan oleh Mikha. Awalnya mereka pasti tidak langsung mengaitkan janji ini dengan Sang Mesias yang akan datang beberapa abad sesudahnya. Sebagai contoh, rujukan tentang seorang perempuan yang akan melahirkan (5:2a) sangat mungkin dikaitkan dengan nubuat yang diucapkan 30 tahun sebelumnya oleh Yesaya tentang kelahiran seorang anak yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Yes. 7:14).

Situasi konkrit mendorong orang-orang Israel untuk melihat jauh ke depan melampaui raja-raja yang sudah ada. Cakupan kekuasaan dari sang penguasa yang dijanjikan bukan hanya kerajaan Israel + Yehuda, melainkan seluruh bumi (5:3b). Bukan hanya itu. Kekuasaannya akan diwarnai dengan kekuatan, keluhuran, dan kedamaian (5:3-4a).

Siapa raja Israel atau Yehuda yang pantas menggenapi janji ini? Tidak ada sama sekali! Dua kerajaan ini bahkan pada akhirnya dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Umat Allah tidak lagi memilik seorang raja.

Lantas, apakah janji Allah terbengkalai? Jelas tidak! Janji ilahi melalui Mikha memang dimaksudkan untuk sebuah masa yang jauh di depan. Melalui berbagai kemelut politik dan keamanan bangsa Yahudi didorong untuk memahami teks ini secara mesianik (bdk. Mat. 2:1-6). TUHAN akan mengutus seorang raja dari keturunan Daud yang akan mengembalikan kejayaan Israel seperti dahulu kala. Sayangnya, tatkala Kristus Yesus datang ke dunia untuk menggenapi janji ini, hati mereka terlalu gelap untuk memandang kepada Kristus. Mereka memilih untuk menantikan seorang mesias secara politik; mesias yang akan meruntuhkan belenggu penjajahan bangsa Romawi. Mereka tidak sadar bahwa Mesias sudah datang. Kristus sudah mematahkan belenggu terberat manusia, yaitu dosa. Kristus sudah mengalahkan musuh terkuat manusia, yaitu maut.

Firman TUHAN di malam Natal Tahun ini memberikan pengharapan yang teguh bagi kita. Apapun keadaan kita sekarang, masih ada harapan di dalam TUHAN. Tidak peduli seberapa kecil kekuatan yang masih tersisa, TUHAN bisa memulai dari sana. Betlehem bukan kota besar, tapi Allah bisa memulai pemulihan dari sana. Nabi Mikha juga berasal dari desa kecil Moresyet di daerah Gat (1:1, 14), tetapi TUHAN bisa menggunakan dia untuk menghiburkan umat-Nya. Daud dahulu juga bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang gembala domba. Namun, TUHAN justru memakai dia untuk membawa bangsa Israel pada kejayaan. Sungguh, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Biarlah di momen-momen penantian Natal ini (minggu-minggu Advent), pengharapan kita kembali disegarkan dan penantian kita dikuatkan.

“Natal menjadi sebuah bukti ada nya pemulihan kehidupan di dalam Yesus Kristus”, hendaknya di malam Natal ini mengantarkan kita untuk memaknai kelahiran Yesus di kota Betlehem memberikan kehidupan umatNya yang dibaharui.

  Pdt Sastrami Tarigan-Rg Jampind

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD