SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2025, HARI KE 4

Invocatio :

Mazmur 34:4

Renungan :

Titus 3:1-8

Tema :

“Bersungguh-sungguh di dalam Melakukan Kebaikan”

 

Pendahuluan

Belakangan ini kita sering disuguhkan dengan akun-akun media social di mana pemiliknya melakukan bebabagai kebaikan seperti berbagi sembako, memandikan ODGJ, membantu orang jalanan dan lain sebagainya. Dalam dunia politik kita juga melihat beberapa aktor politik meliput kegiatan hariannya, mulai dari turun ke jalan, memperhatikan pelayanan publik di jajarannya, mengevaluasi kinerja perangkat pelayan masyarakat bahkan ada yang sampai turun tangan dalam melakukan kegiatan lapangan seperti masuk ke sungai, menegur perusahaan yang dipandang illegal karena belum memiliki izin resmi dan seterusnya.

Kenyataan tersebut tentu sangat baik jika di dasari atas kebaikan ketulusan. Artinya kesadaran masyarakat untuk melakukan kebaikan semakin tinggi, kepedulian pemerintah dalam menata dan memperbaiki system pemerintahan semakin baik. Namun yang memprihatinkan adalah kebaikan-kebaikan yang dipertontonkan adalah kepalsuan. Beberapa oknum justru memanfaatkan kebaikan untuk dijadikan konten dan beroleh keuntungan pribadi. Misalnya ada orang yang membuat video singkat melakukan kebaikan untuk meningkatkan viewer dan mendulang rezeki dari hasil monetisasi. Ada juga yang membangun personal branding yang tujuannya untuk mengamankan jabatan politiknya di masa yang akan datang.

Hal itu tentu sangat mengganggu dan merusak citra kebaikan. Kebaikan yang seharusnya tulus dilakukan guna mewujudkan hal-hal mulia, berubah menjadi sarana untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Kebaikan yang seharusnya memperbaiki system pemerintahan demi kesejahteraan rakyat ternyata dimanfaatkan untuk memenuhi birahi politik dan menutupi kebusukan politiknya.

Hari ini, dalam ibadah pekan doa yang ke tujuh Gereja GBKP mengingatkan jemaat untuk bersungungguh-sunguh melakukan kebaikan. Pertanyaannya, kebaikan seperti apa yang dimaksud? Apa yang menjadi landasaan di dalam melakukan kebaikan? Mengapa jemaat perlu melakukan kebaikan dengan sungguh-sungguh? Kesungguh-sungguhan memiliki arti tidak main-main, dengan segenap hati, dengan tekun dan benar-benar.

Penjelasan Teks

Surat Titus ditulis oleh Paulus sekitar tahun 61M hingga 63M. Surat ini merupakan surat penggembalaan yang ditulis oleh Paulus kepada Titus dalam melakukan pelayanannya kepada jemaat Kristen yang ada di pulau Kreta. Khusus dalam bacaan ini Paulus menyampaikan pesan-pesan moral yang perlu senantiasa di ingatkan oleh Titus ke pada jemaat sebagai wujud tanggung jawabnya selaku pemimpin rohani, ada empat sikap yang harus dimiliki jemaat:

  1. Jemaat harus memiliki sikap tunduk pada pemerintah yang berkuasa dan taat pada pekerjaan yang baik.
  2. Jemaat juga perlu diingatkan untuk tidak memfitnah
  3. Menjaga hubungan dengan tidak bertengkar
  4. Jemaat juga harus senantiasa ramah dan bersikap lemah lembut kepada semua orang.

Nasihat tersebut diungkapkan Paulus berdasarkan dua pemikiran:

  1. Sebagai orang percaya, mereka juga pernah hidup dalam kejahilan, tidak taat, sesat, hidup menjadi hamba nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji serta saling membenci (ay. 33).
  2. Kemurahan dan kasih karunia Tuhanlah yang mememberikan keselamatan pada manusia, ini merupakan karya yang dikerjakan Roh Kudus dan keselamatan yang dianugerahkan Kristus Yesus, bukan karena kebaikan yang dilakukan. Sehingga sebagai orang yang telah diselamatkan, selayaknya mereka juga berbuat baik (ay. 34-35).

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa,

  1. sudah sepatutnya kebaikan menjadi gaya hidup yang tertanam pada diri setiap orang percaya. Ini merupakan wujud tanggung jawab dan rasa syukur atas kasih karunia dan keselamatan yang diberikan Allah pada kita.
  2. Setiap orang percaya hendaknya mendahulukan diri dalam melakukan kebaikan bukan menunggu. Setiap orang percaya menjadi inisiator dalam mewujudkan kebaikan. Untuk itu dibutuhkan Gerakan-gerakan kecil dalam memulai kebaikan. Pertama di mulai dari lingkungan terdekat, seperti di dalam keluarga dengan menerapkan empat kata ajaib dalam melakukan interaksi sosial, MAAF saat ada salah, TERIMA KASIH saat menerima bantuan, TOLONG jika membutuhkan bantuan dan PERMISI sebelum melakukan tindakan atau lewat di depan orang lain.
  3. Selanjutnya, cobalah untuk tidak mempablis setiap kita hendak melakukan kebaikan atau menolong orang. Tidak semua orang mau di publis, beberapa orang merasa risih jika dipublish di media social. Perlu di ingat, tanpa di sadari tindakan mempublis saat memberikan bantuan terkadang membuat orang yang di tolong merasa di rendahkan.
  4. Terakhir, jadikanlah kebaikan menjadi karakter diri kita sebaia orang percaya, bukan untuk membangun branding, bukan juga untuk mencari simpati apa lagi membangun konten demi keuntungan pribadi.

Pdt. Jery Brahmana