MINGGU 30 MARET 2025, KHOTBAH JOHANES 12:27-36

INVOCATIO :

LUKAS 1:49

OGEN :

JEREMIA 20:14-18

KHOTBAH :

JOHANES 12: 27-36

TEMA   :

NGENANAMI KINISERAN GUNA MPERMULIAKEN DIBATA (MENDERITA UNTUK MEMULIAKAN ALLAH)

 

1. Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Terang Dunia, yang telah memberikan kasih dan pengorbanan-Nya bagi umat manusia.

Kita hidup di dunia yang terobsesi dengan kepuasan instan. Kita menginginkan semuanya sekarang, dan kita menginginkannya dengan mudah. Penderitaan, pengorbanan, dan menunggu adalah konsep yang sering kita coba hindari. Namun, perikop di hadapan kita hari ini, Yohanes 12:27-36, menghadapkan kita pada kenyataan bahwa kemuliaan sejati, kepuasan sejati, seringkali datang melalui perjuangan, melalui pengorbanan, dan melalui merangkul waktu yang ditentukan.

Yohanes 12:27-36 membawa kita pada momen penting dalam pelayanan Yesus, di mana Ia berbicara tentang saat yang akan datang, yaitu saat pengorbanan-Nya. Yesus, menghadapi kenyataan yang akan segera terjadi dari penderitaan dan kematian-Nya, menyatakan, "Saatnya telah tiba." Apa arti jam ini bagi Yesus, dan apa artinya bagi kita?

Perikop bacaan kita mengungkapkan ketegangan antara kehendak manusiawi Yesus dan kehendak ilahi Bapa. Yesus mengakui bahwa jiwa-Nya terharu, namun Ia memilih untuk taat pada rencana keselamatan Allah. Ia tidak meminta untuk diselamatkan dari penderitaan itu, melainkan menyerahkan diri-Nya demi menggenapi rencana keselamatan. Kemuliaan Allah dinyatakan melalui ketaatan Kristus, dan suara dari surga pun mengonfirmasi rencana ilahi yang harus digenapi.

Dalam bagian ini, kita juga melihat pentingnya terang. Yesus adalah terang dunia, dan kita dipanggil untuk percaya kepada-Nya. Percaya kepada terang berarti berjalan dalam jalan yang benar dan tidak tersesat dalam kegelapan dosa.

2. Pesan Teks Invocatio: Lukas 1:49

"sebab Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus."

Teks ini adalah bagian dari nyanyian Magnificat yang diucapkan oleh Maria setelah menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus.

  • Ø Maria menunjukkan pemahaman yang mendalam akan sifat Allah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa, yang memiliki kekuatan dan kuasa yang tak terbatas.
  • Ø Maria menghormati dan memuliakan Tuhan. Nama Tuhan adalah kudus. Kekudusan Tuhan adalah sifat-Nya yang sempurna dan tidak bercela.
  • Ø Maria menyadari bahwa Tuhan telah melakukan perbuatan-perbuatan besar dalam hidupnya (untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Juruselamat).
  • Ø Maria tetap rendah hati dan mengakui bahwa segala sesuatu yang ada padanya adalah karena anugerah Tuhan.

3. Pesan Teks Ogen: Yeremia 20:14-18

Teks ini adalah bagian dari "Ratapan Yeremia," di mana nabi mengungkapkan kepedihan dan keputusasaannya akibat penganiayaan dan penolakan yang ia alami karena menyampaikan firman Tuhan. Ia mengutuk hari kelahirannya (ay. 14-15), sebuah ungkapan keputusasaan yang ekstrem. Ia merasa hidupnya penuh dengan kesusahan dan dukacita (ay. 18). Perasaan ini muncul karena penderitaan yang ia alami akibat kesetiaannya pada Tuhan. Ia dipenjara, diolok-olok, dan ditolak oleh bangsanya sendiri.

Meskipun diliputi keputusasaan, Yeremia tidak sepenuhnya kehilangan imannya. Ratapannya adalah bukti bahwa ia masih mencari Tuhan dalam kesusahannya.

Ia membawa keluhannya kepada Tuhan, mencari kekuatan dan penghiburan. Ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak berarti tidak pernah merasakan keraguan atau keputusasaan. Iman yang sejati adalah tetap berpaling kepada Tuhan bahkan di tengah penderitaan yang paling berat.

 Ø Latar belakang Nats

Kitab Yohanes 12:27-36 terjadi pada minggu terakhir pelayanan Yesus sebelum Ia disalibkan.

Bagian ini menceritakan tentang kotbah terakhir Yesus di depan umum.

Ø Konteks Historis dan Teologis

Pasal ini terjadi setelah Perayaan Paskah Yahudi semakin dekat (Yohanes 12:1).

Yesus baru saja dihormati di Betania oleh Maria yang mengurapi kaki-Nya dengan minyak narwastu (Yohanes 12:1-8).

Yesus juga melakukan "Perarakan Mesianis" memasuki Yerusalem (Yohanes 12:12-19), di mana orang-orang menyambut-Nya dengan sorakan "Hosana!"

Di tengah popularitas-Nya, Yesus menyadari bahwa saat-Nya telah tiba untuk menderita dan mati demi menyelamatkan dunia.

Dalam ayat 27-36, Yesus berbicara tentang penderitaan-Nya yang akan datang, tetapi juga menegaskan bahwa melalui salib, Dia akan menarik banyak orang kepada-Nya.

Ø Konteks Sejarah

Pada saat itu, Yesus sudah berada di Yerusalem untuk merayakan Hari Raya Paskah. Orang-orang Yahudi sudah mulai mencari cara untuk menangkap dan membunuh Yesus karena mereka merasa terancam oleh ajaran-Nya. Yesus sendiri sudah tahu bahwa saatnya telah tiba bagi-Nya untuk menderita dan mati.

Ø Konteks Ayat

Dalam ayat 27-36, Yesus berbicara tentang kematian dan kebangkitan-Nya yang akan datang.

Ia menggunakan perumpamaan biji gandum yang harus mati untuk menghasilkan banyak buah.

Perumpamaan ini menggambarkan bahwa Yesus harus mati terlebih dahulu sebelum Ia dapat bangkit dan memberikan hidup yang kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

4. Pointer-pointer khotbah

  • Ø Muliakanlah Nama-Mu (12:27-30)

Ayat 27: Yesus berkata, “Sekarang jiwaku terharu (gelisah).” Ini baik untuk kita dengar. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk “tidak usah kuatir tentang apa pun” (Matius 6:25). Tetapi Yesus sendiri terharu/gelisah dan tertekan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa “tidak kuatir akan sesuatu” bukan berarti hidup tanpa rasa takut, khawatir, gentar, atau gelisah. Yesus tidak mengajarkan agar kita menjadi kebal dan tidak terpengaruh oleh situasi apa pun yang muncul. Yesus tidak bertindak seperti itu. Tetapi, apa tanggapan kita terhadap kesusahan ini? Apa respons kita terhadap rasa takut, khawatir, gentar, atau gelisah? Haruskah responsnya adalah panik, mengandalkan diri sendiri, atau yang sejenisnya? Tidak, respons Yesus adalah membiarkan kemuliaan Allah dinyatakan. Biarkanlah tujuan-tujuan Allah digenapi.

Yesus mengatakan bahwa Dia sedang terharu/gelisah. Tetapi apa yang akan Dia katakan? Menyelamatkan saya dari saat ini? Tentu saja tidak. Yesus telah datang untuk saat ini juga. Jalan bagi Yesus tidaklah mudah. Tetapi tidak ada jawaban “keluarkan saya dari ini”!

Yesus tahu mengapa Ia telah datang. Yesus tahu apa yang harus Ia lakukan. Tujuan-Nya dengan jelas dinyatakan dalam ayat 28, “Bapa, muliakanlah nama-Mu.” Ini adalah jawaban atas masalah dan kesulitan. Yesus ingin nama Bapa dipermuliakan, berapa pun harganya.

Kita harus mengingat hal ini ketika kita sampai pada adegan di taman Getsemani dan Yesus meminta, “Biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku.” Kedagingan tidak selalu menginginkan apa yang diinginkan oleh ketaatan.  

Kita dapat menjadi jengkel tetapi tidak panik. Kita dapat merasa tertekan tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Menangani masalah dan kecemasan membutuhkan pencarian kemuliaan Tuhan untuk ditampilkan dalam hidup kita melalui keadaan kita (bdk. Yohanes 9:3; 11:4).

Inilah yang dinyatakan oleh Yesus. Yesus tidak akan meminta pembebasan karena Dia datang untuk tujuan ini: untuk memuliakan Allah melalui pengorbanan hidup-Nya. Ketaatan pada kehendak Allah adalah bagaimana Allah dimuliakan.

Sekarang sesuatu yang luar biasa terjadi. Sebuah suara dari surga berbicara: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Setelah suara dari surga itu berbicara, orang banyak yang mendengarnya berkata bahwa suara itu bergemuruh. Guntur adalah suara dari suara Allah.

Di Sinai ketika Tuhan datang dengan perjanjian kepada umat, perhatikan apa yang digambarkan. “Dan ketika bunyi sangkakala itu makin lama makin nyaring, berkatalah Musa, dan Allah menjawabnya dengan guntur.” (Keluaran 19:19)

Inilah seluruh keinginan kita dalam hidup ini. Yesus berkata bahwa Ia ingin Bapa dimuliakan. Tanggapan Bapa adalah bahwa Dia telah dimuliakan melalui Yesus dalam kehidupan-Nya di dunia. Selanjutnya, Bapa akan dimuliakan lagi ketika Yesus pergi ke kayu salib untuk mengorbankan diri-Nya.

Orang yang memuliakan Allah adalah hamba yang tidak melakukan kehendaknya sendiri, tetapi kehendak Bapa. Inilah cara Bapa dimuliakan. Sekarang beberapa orang mengaitkan suara ini dengan malaikat yang berbicara kepada Yesus. Apa pun itu, hal ini seharusnya menunjukkan kepada orang banyak tentang kemurahan Tuhan kepada Yesus.

Tuhan baru saja berbicara kepada-Nya dan orang banyak harus tahu itu karena guntur adalah suara Tuhan. Ada juga yang berpikir bahwa itu adalah malaikat, yang sama menakjubkannya bahwa Allah akan mengirim utusan-Nya untuk berbicara kepada Yesus. Orang-orang harus memperhatikan apa yang sedang terjadi dan apa yang dikatakan Yesus. Inilah sebabnya mengapa Yesus mengatakan bahwa suara itu datang demi mereka, bukan demi Dia. Yesus tahu siapa diri-Nya dan apa yang sedang Ia lakukan. Mereka perlu memahami apa yang sedang terjadi ketika Yesus berjalan menuju kematian-Nya.

  • Ø Kuasa Salib (12:31-33)

Yesus mengalihkan perhatian-Nya pada saat ini, yaitu saat di kayu salib. Yesus ingin agar orang-orang yang ingin melihat-Nya memandang kepada salib (12:23). Tetapi Yesus ingin kita melihat beberapa hal lagi ketika kita memandang ke salib. Perhatikan pengulangan kata “sekarang” dalam ayat 32.

Kemuliaan spektakuler dari pengorbanan diri Yesus terlihat di kayu salib dan kayu salib menunjukkan kuasa yang luar biasa.

  • Ø Pertama, salib adalah waktu penghakiman atas dunia ini. Dunia mengira bahwa mereka sedang menghakimi Yesus. Pada kenyataannya, saliblah yang menghakimi mereka. Salib menjadi penghakiman bagi dunia. Dosa-dosa kitalah yang menyebabkan Yesus naik ke kayu salib. Penolakan kita terhadap Tuhanlah yang mengharuskan Yesus melakukan tindakan dramatis pengorbanan diri bagi kita. Salib adalah tanda permanen dari penolakan kita terhadap Bapa. Menolak Yesus berarti menolak Bapa.

Tetapi penolakan Bapa itulah yang mengharuskan Yesus pergi ke kayu salib untuk kita. Salib berdiri sebagai penghakiman bagi setiap manusia.

  • Ø Kedua, salib adalah saat penguasa dunia ini diusir. Salib menjadi kekalahan Iblis, bukan kemenangannya. Kuasa Iblis sekarang dinetralkan oleh salib. Sekarang kuasa Setan telah dilucuti. Sekarang Iblis tidak dapat menuduhkan dosa kepada kita yang memiliki Yesus sebagai Pembela dan Juruselamat kita (bdk. 1 Yohanes 2:2). Yesus telah memikul dosa-dosa kita ke kayu salib (lih. Kolose 2:12). Salib adalah peristiwa yang menentukan dalam sejarah bagi jiwa kita. Kuasa Iblis atas kita melalui dosa dan maut dipatahkan.
  • Ø Ketiga, salib adalah pengangkatan dan peninggian Kristus. Yesus ditinggikan dalam ayat 32 memiliki makna ganda. Yesus akan ditinggikan dengan cara ditinggikan di atas kayu salib. Yesaya menubuatkan pemikiran ganda ini. “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan (Yesaya 52:13) Hebatnya, kematian Yesus yang menebus dosa juga merupakan peninggian-Nya. Sifat alamiah dari kematian-Nya adalah jalan menuju kemuliaan.
  • Ø Keempat, salib akan menarik semua orang kepada Yesus. Salib adalah satu-satunya cara agar keterpisahan kita dengan Allah karena dosa-dosa kita dapat diatasi. Pengangkatan Yesus memberikan kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya. “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:14-15 ESV) Yesus berkata bahwa tidak ada seorang pun yang datang kepada-Nya kecuali Bapa yang menariknya (Yohanes 6:44). Salib adalah sarana yang digunakan Bapa untuk menarik orang-orang kepada Yesus. Salib adalah panggilan bagi dunia untuk diperdamaikan dengan Allah Bapa melalui pengorbanan penebusan Yesus.

Singkatnya, salib membalikkan segalanya. Yesus telah mengalahkan penguasa dunia ini. Yesus tidak akan mengalahkan Iblis. Di kayu salib Yesus telah mengalahkan Iblis. Peperangan telah berakhir dan kemenangan telah diraih. Salib telah membuka jalan kepada Bapa. Sekarang ada sarana bagi Bapa untuk menarik kita kembali kepada-Nya. Salib adalah kuasa yang dengannya Dia menarik semua orang yang percaya kepada-Nya dan membawa mereka ke dalam kerajaan-Nya. Salib bukanlah kematian seorang korban yang tidak berdaya. Salib adalah sarana untuk mencapai kemenangan dan kemenangan-Nya.

  • Ø Menanggapi Salib (12:34-36)

Sekarang orang banyak memiliki masalah. Mereka mengatakan bahwa Hukum Taurat mengajarkan bahwa Kristus akan tinggal selamanya. Jadi, bagaimana Anda dapat mengatakan bahwa Ia akan ditinggikan, yaitu disalibkan? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang bagus karena Kitab Suci memang mengajarkan bahwa Mesias akan menjadi pemimpin Israel selamanya (bdk. Yehezkiel 37:25). Jadi, bagaimana mungkin Mesias mati tetapi hidup dan memerintah selamanya? Tetapi mengajukan pertanyaan ini berarti menjawab pertanyaan tersebut. Tidaklah sulit untuk memahami bagaimana kedua konsep ini berdamai. Yesus adalah Allah. Inilah bagaimana seseorang dapat mati dan hidup selamanya. Dengan cara inilah Yesus dapat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengambil nyawa-Nya, melainkan Ia menyerahkan nyawa-Nya dan mengambilnya kembali (bdk. Yohanes 10:18). Hanya Allah yang dapat melakukan hal itu.

Inilah jawaban Yesus dalam ayat 35. “Terang itu ada di tengah-tengah kamu, tinggal sedikit lagi.” Siapakah terang dalam kitab suci? Allah adalah terang. Tidak ada yang lain yang merupakan terang. Allah adalah terang (Mazmur 27:1; Yesaya 60:19; 1 Yohanes 1:5). Yesus menyebut diri-Nya sebagai terang dan mengatakan bahwa Ia menyertai mereka untuk sementara waktu. Allah berjalan di antara umat-Nya, memanggil manusia untuk melihat salib sebagai pemuliaan tertinggi bagi Yesus sebagai Hamba Allah dan Juruselamat dunia.

Jadi inilah panggilannya: “Selama kamu masih mempunyai terang, percayalah kepada terang itu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.” Yesus telah datang dan menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Dia adalah terang di dalam kegelapan. Kita buta dan tidak dapat melihat ke mana kita harus pergi (Yohanes 9). Tetapi Yesus telah menunjukkan jalan kepada kita. Selagi Anda masih memiliki kesempatan, datanglah kepada terang Kristus. Percayalah kepada terang sehingga Anda dapat menjadi anak-anak terang. “Barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu, ke mana ia pergi” (12:35). Anda dan saya tersesat dalam dosa-dosa kita sampai kita datang ke kayu salib.

Salib adalah panggilan terakhir Yesus untuk percaya. Ini adalah undangan terakhir untuk keselamatan. Percaya kepada terang sama dengan berjalan di dalam terang. Berjalan di dalam kegelapan berarti tersesat. Berjalan di dalam terang berarti percaya dan diselamatkan. Mengapa Yesus berkata, “Terang itu ada di tengah-tengah kamu, tinggal sebentar lagi?” Ya, Yesus akan pergi, tetapi kita tahu bahwa banyak orang akan diselamatkan dari dosa-dosa mereka setelah kematian dan kebangkitan Yesus.

Mengapa Yesus mendesak mereka untuk percaya kepada terang itu sekarang?

Mengapa Yesus meminta orang-orang untuk datang kepada terang sekarang?

Jawabannya adalah semakin banyak waktu yang kita luangkan, semakin kita mengeraskan hati kita kepada salib. Salib berdiri sebagai penghakiman atas dunia. Salib adalah pengingat akan datangnya penghukuman bagi setiap orang yang telah menolak tarikan Allah kepada diri-Nya.

Yesus telah mati untuk kita dan penolakan kita layak untuk dihakimi.

Bagaimana mungkin Yesus memberikan nyawanya di kayu salib dan sama sekali tidak ada yang berubah dalam hidup kita?

Salib berdiri sebagai sesuatu yang mulia bagi mereka yang mau percaya kepada terang.

Salib adalah sarana bagi kita untuk kembali kepada Bapa yang mengasihi kita.

Salib adalah jawaban yang mulia untuk masalah dosa. Yesus mengusir penguasa dunia. Yesus memberikan kemenangan atasnya sehingga kita dapat sepenuhnya bersih dari dosa.

Allah melakukan sesuatu yang luar biasa di kayu salib. Dia memberikan hak kepada kita untuk menjadi anak-anak Allah. Allah menarik orang-orang kepada diri-Nya sehingga  dapat menjadi milik-Nya, pewaris janji-janji Allah. Yesus memuliakan Allah lagi melalui salib. Oh, betapa kita harus menghargai salib! Kita harus mengasihi salib Kristus!

5. Ilustrasi khotbah

Tanggal 28 Oktober 2009, berita paling hangat di dunia hiburan adalah penayangan perdana film konser mendiang Michael Jackson di seluruh dunia.

Di usianya yang ke 50, Michael Jackson bermaksud melakukan 50 pertunjukan besar/konser yang direncanakan di London. Selama 4 bulan, Michael Jackson telah berlatih untuk 50 pertunjukan besar itu. Jika konser itu berlangsung sesuai rencana, konser ini akan dihadiri oleh jutaan penggemar, menghasilkan lebih dari S$230 juta untuk Jackson, sekitar 1 miliar poundsterling untuk perekonomian Inggris, dan memecahkan rekor dunia untuk penjualan tiket tercepat dalam sejarah, jumlah pertunjukan terbanyak oleh seorang artis di satu tempat, serta penonton terbanyak yang menyaksikan seorang artis di satu kota. Konser ini diberi nama 'This Is It' (Ini Dia), karena Jackson berencana menjadikannya sebagai momen terakhirnya di atas panggung sebelum pensiun. Pada bulan Maret tahun itu, ia mengatakan di konferensi pers, 'Ini akan menjadi pertunjukan terakhir saya - ketika saya berkata 'this is it', itu benar-benar maksud saya.' Kita semua tahu apa yang terjadi - ia tidak pernah mencapai konsernya. Ia meninggal pada 25 Juni 2009, 18 hari sebelum pertunjukan pertamanya dimulai.

Michael Jackson akan dikenang sebagai seseorang yang kematiannya mencegahnya mencapai saat kemuliaan terakhirnya. Tetapi ada Seseorang yang dikenang dalam sejarah karena kematian-Nya justru menjadi saat kemuliaan terbesar-Nya. Dan kemuliaan itu tetap bertahan selama 20 abad; kemuliaan yang terus memengaruhi jutaan hidup di dunia hingga hari ini, termasuk kita. Pribadi yang kematiannya menjadi saat kemuliaan terbesar-Nya itu adalah Tuhan kita, Yesus Kristus. Inilah yang akan kita lihat saat kita mempelajari teks di Yohanes 12:27-36.

6. Penutup/ Refleksi khotbah

Minggu ini disebut Minggu Letare. Minggu ini menjadi pengingat bagi orang percaya untuk tetap memiliki pengharapan, menemukan sukacita dalam Tuhan, taat pada kehendak Tuhan, serta percaya pada janji kemuliaan yang akan datang setelah melewati masa-masa sulit.Tema di Minggu Letare Ini ialah: “Menderita Untuk Memuliakan Allah” Memberi Makna Kepada Kita:

  • Ø Penderitaan bukanlah akhir dari segalanya. Bagi orang percaya, penderitaan

dapat menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengalami kekuatan-Nya.

  • Ø Ketaatan kepada Allah (bahkan dalam situasi yang sulit) adalah cara untuk memuliakan nama-Nya.
  • Ø Pengorbanan yang dilakukan dengan tulus dapat membawa berkat bagi diri sendiri dan orang lain, serta memuliakan Allah.
  • Ø Tema: "Menderita untuk memuliakan Allah", mengajarkan kita bahwa penderitaan dan pengorbanan dapat menjadi bagian dari rencana Allah untuk memuliakan diri-Nya dan membawa berkat bagi dunia. Ini adalah panggilan bagi orang percaya untuk tetap setia dan taat kepada Allah, bahkan dalam.
  • Ø Ketika menghadapi ujian hidup, jangan melarikan diri dari Tuhan, percayalah kepadaNya bahwa Allah memiliki tujuan yang lebih besar melalui ujian/penderitaan yang kita alami.
  • Ø Buka pintu hati kita untuk mendengar suara Tuhan yang selalu berbicara, namun hanya mereka yang benar-benar mendengarkan dengan iman yang dapat memahami maksud-Nya.
  • Ø Jalan Tuhan tidak selalu mudah, dan kadang-kadang kita harus melewati lembah kekelaman.
  • Ø Penderitaan Bukan Tanda Kekalahan, tetapi Jalan menuju Kemuliaan. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup, penderitaan bukanlah sesuatu yang harus kita hindari jika itu adalah bagian dari kehendak Tuhan. Kadang-kadang, melalui penderitaanlah kita semakin dikuatkan dan semakin dekat dengan Tuhan.
  • Ø Jangan takut menderita karena Tuhan, sebab di balik penderitaan ada kemuliaan yang lebih besar.
  • Ø Ketika kita tetap setia dalam penderitaan, kita menunjukkan bahwa iman kita lebih besar dari godaan dunia.
  • Ø Kita dipanggil untuk terus berjalan dalam terang, meskipun kita menghadapi tantangan dan penderitaan. Jangan biarkan penderitaan membuat kita kehilangan iman, tetapi gunakanlah sebagai kesempatan untuk semakin dekat dengan Tuhan dan menjadi saksi bagi orang lain.
  • Ø Iman adalah dasar dari berjalan dalam terang. Kita harus percaya kepada pengorbanan-Nya dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya.
  • Ø Berjalan dalam terang berarti mengikuti ajaran Kristus dan mencerminkan kasih-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Ø Sama seperti Maria, dalam teks Invocatio. Marilah kita selalu mengakui kebesaran dan kekudusan Tuhan, serta menyadari perbuatan-perbuatan besar yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita. Pengakuan ini akan membawa kita pada kerendahan hati dan syukur kepada Tuhan.
  • Ø Sama seperti Yeremia dalam teks Ogen: Meskipun diliputi keputusasaan, Yeremia tidak sepenuhnya kehilangan imannya. Ratapannya adalah bukti bahwa ia masih mencari Tuhan dalam kesusahannya. Ia membawa keluhannya kepada Tuhan, mencari kekuatan dan penghiburan.

TUHAN YESUS MEMBERKATI…

(Pdt Philipus Tarigan- Runggun Cililitan)