MINGGU 14 JANUARI 2024, KHOTBAH KUAN-KUANEN 3:19-26

Invocatio :

Nehemia 9:6

Ogen  :

2 Korinti 5:11-21

Tema   :

TUHAN NJADIKEN DONI ENDA ALU KEPENTAREN/Tuhan Menjadikan Dunia dengan Hikmat-Nya

 

 

I.  Pengantar Kitab

Kitab Amsal merupakan bagian dari kitab yang sifatnya sastra, dalam kitab Amsal  terdiri  dari peribahasa (The  Saying) dan perintah serta larangan (Commands   and  Prohibitions). Tujuan kitab Amsal dinyatakan dalam Amsal 1:2-6 memberikan hikmat dan tuntunan agar pembaca dapat hidup sesuai dengan kehendak Ilahi, sehingga kehidupan keluarga dan masyarakat dapat berjalan stabil. Kitab Amsal ditujukan kepada orang muda yang kurang pengalaman ataupun orang yang lebih tua, sehingga mereka dapat memperoleh kecerdasan secara moral dan mental yang menuntun kehidupan mereka. Kitab Amsal merupakan buku atau manual pelajaran yang digunakan di rumah ataupun istana untuk menolong orang-orang muda dapat bertumuh dalam posisi kepemimpinan. Adapun―motto kitab ini adalah takut akan Tuhan merupakan awal hikmat atau pengetahuan (Amsal 1:7; 9:10), yang menunjukkan bahwa nasihat-nasihat dalam kitab ini bukanlah nasihat sekuler, tetapi didasarkan atas perspektif Ilahi. Oleh karena itu, dalam menemukan, mengumpulkan, menyelidiki, dan meringkaskan konsep-konsep yang diselidiki secara topikal dalam kitab ini, tetap harus dilihat dari perspektif bahwa semuanya itu harus didasarkan atas takut akan Tuhan.

II. Pendalaman Teks

Teori big bang adalah teori mutakhir tentang penciptaan alam semesta. Teori big bang yang diadvokasi oleh Abbe Georges Lemaitre menyatakan bahwa jagat raya lahir dari keadaan yang sangat keras dengan kepadatan kisaran 13,7 juta tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, teori ini dikembangkan oleh astronom dari Amerika Serikat yaitu Edwin Hubble. Menurut Hubble, pada awalnya bintang-bintang berkumpul di satu titik massa yang dikenal dengan volume nol. Namun, pada suatu waktu volume nol itu meledak dan mengembang. Selanjutnya terjadi letupan dahsyat di volume nol maka semua galaksi dan bintang-bintang mengalami perpindahan cahaya bintang-bintang yang mendekati spektrum merah. Dengan kata lain, perpindahan yang terjadi akibat ledakan dahsyat mengakibatkan bintang-bintang menjauhi bumi dan perlahan-lahan saling menjauh satu sama lain. Dalam hal ini dijelaskan bahwa bumi berkembang tetapi mempertahankan kepadatan rata-rata yang konstan. Objek terus diciptakan untuk membentuk bintang dan galaksi dengan kecepatan yang sama, sehingga mustahil untuk mengamati objek di langit sebagai akibat dari jarak yang jauh dan gaya surut. Tetapi kelemahan teori big bang tidak dapat menjelaskan bagaimana akhir jagat raya berakhir. Jika jagat raya ini bersumber dari ledakan besar, pasti ada sisa radiasi dari ledakan yang mengelilingi seluruh dunia, termasuk alam. Sehingga, teori ini tidak bisa memberi penjelasan dengan jelas mengenai keadaan alam semesta, tetapi teori ini menjelaskan perubahan-perubahan umum di alam semesta sejak pembentukannya. Penciptaan alam semesta dituliskan dalam Alkitab. Kitab Kejadian memulai dengan kalimat pembuka, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kej. 1: 1).” Allah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan (Maz. 19:2). Penciptaan menunjuk kepada eksistensi Allah dan tanggung jawab manusia. Sebagaimana dituliskan dalam Roma, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih”(Rom. 1:20).

Allah berbicara dan dunia jadilah. Melalui firman Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya dan segala tentaraNya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Maz. 33:6,9). Allah menciptakan dunia dalam enam hari dalam arti sebenarnya. Demikian Alkitab menerangkan, "Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya (Kel. 20:11).12 Melalui siapa Tuhan menciptakan segalanya? Inilah yang dikatakan Alkitab, segala sesuatu dijadikan melalui Dia dan untuk Dia (Kol. 1:16). Segala sesuatu dijadikan olehNya, dan tidak ada yang dijadikan tanpa Dia” (Yoh. 1:3). Tuhan yang menciptakan langit berfirman, Dialah Tuhan yang membentuk dan menciptakan. Jadi, Dia tidak mengosongkannya, tetapi menjadikannya berpenghuni (Yes. 45:18).. Pribadi Allah disebut Bapa karena Dia adalah Sumber dari segala sumber. Pribadi Anak Allah, disebut anak karena pribadi ini diperanakkan dari Allah Bapa yaitu Firman Allah atau perkataan Allah. Anak Allah atau Firman Allah menjelma menjadi manusia supaya manusia dapat mengenal Allah, menyatu kepada Allah. Roh Allah juga pribadi yang keluar dari Allah untuk menyalurkan kasih Allah Bapa kepada Anak Allah, dan juga kasih Anak Allah kepada Allah Bapa, juga kasih Allah kepada manusia dan seluruh ciptaanNya, serta kasih manusia kepada Allah. Jadi, dalam prinsipnya Pencipta adalah Allah yang ilahi, eksistensi Allah yang Esa dan tidak terdapat pencipta selain berdasarkan Allah. Dunia awalnya kosong dan mengalami kekosongan tanpa bentuk. Ketika terjadi kekacauan di bumi dan samudera raya, Allah membiarkannya begitu saja. Keberadaan Roh Allah yang memperbaiki kekacaubalauan dunia.

Roh Allah dalam bahasa Ibrani adalah we ruah Elohim. Ruah berarti roh, napas, angin dan kuasa. Namun beberapa ahli mengatakan bahwa lebih tepatnya adalah angin. Roh Allah tidak dapat dihalangi ke mana akan berhembus dan tidak kelihatan secara mata jasmani yang berkuasa secara luar biasa. Roh Tuhan yang mengambang di permukaan air menunjukkan bahwa bumi yang diciptakan Tuhan berada di bawah air, tetapi tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup kecuali diperintah oleh roh Tuhan. Roh yang Allah yang melayang di atas air digambarkan seperti burung yang mengerami telurnya supaya menghasilkan burung. Demikianlah cara Roh Kudus memperbaiki keadaan yang kacau balau itu.

Hikmat secara etimologi ada 3 akar kata dalam bahasa Ibrani yang menunjuk pada kata hikmat yaitu ‘hokmah (hikmat), bina (pengetahuan), dan tevuna (kebijakan) semuanya menunjuk pada hal praktis konkret bukan sekedar teoritis. Hikmat adalah kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Pusat hikmat ialah hati, sebagai pusat keptusan moral dan intelektual.

Kata hikmat dalam bahasa Ibrani biasanya digunakan istilah Hokma yang berarti kemampuan intelektual. Dalam Alkitab terjemahan Baru, di Kitab Amsal muncul 41 ayat yang berbicara mengenai hikmat sehingga kitab Amsal sarat dengan kata hikmat. Dalam sejarah penciptaan, hikmat juga mendapat peran yang amat penting. Amsal 8:22 menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan hikmat sebagai permulaan pekerjaan-Nya. Hal ini menandakan bahwa hikmat sudah ada sebelum langit dan bumi, serta segala isinya diciptakan. Dengan hikmat Tuhan meletakkan dasar bumi (Amsal 3:19).

Hikmat adalah karya sastra yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk pepatah dan aforisme. Sifat hikmat ialah universal. Artinya setiap orang bisa memilikinya dari segala lapisan masyarakat. Biasanya sastra hikmat di tuliskan dalam bentuk hikmat puisi. Perkembangan hikmat ini di pengaruhi oleh bangsabangsa lain yang sudah lebih dahulu mengetahui pengajaran tentang hikmat. Sehingga tradisi di Israeltidak jauh berbeda dengan tradisi hikmat dari bangsa non Israel. Sekalipun demikian, tradisi hikmat di Israel senantiasa berhubungan erat dengan iman Israel kepada Tuhan yang telah berkarya dan menyelamatkan mereka. Sastra hikmat (kebikjanaan) juga merupakan bahagian dari kehidupan rohani dan kebudayaan yang sangat di hargai dan tidak terpisahkan. Oleh sebab itu tidak heran jika kadang-kadang Amsal ini bercorak keduniawaan dan kadang-kadang kerohanian. Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan filosofis, metafisik, mistik, atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai etika kehidupan sehari-hari. Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi konkret, yakni untuk mengarahkan orang bertindak kepada situasi yang baik, dalam hal ini apabila melakukan tindakan-tindakan tertentu maka akan memberi akibat tertentu pula. Ia memberikan serangkaian nasihat dan peringatan. Jika kita melihat pengertian dari “hokma” adalah “kemampuan intelektual”. Namun, hikmat tidak identik dengan pengetahuan intelektual, tetapi mempunyai kaitan dengan kecerdasan intelektual (Ams. 1:4).

Hikmat adalah milik Allah yang utuh dan mutlak. Hikmat Allah mencakup sempurna, luas dan lengkap menyentuh setiap bidang kehidupan (Ayb 10:4, Ams 5:31), mencakup semua kedaulatan di dunia serta menggenapi semua apa yang dipikirkan oleh Allah. Alam semesta adalah bukti hikmat Allah dan manusia adalah bukti karya hikmat tinggi yang diciptakan oleh Allah sendiri. Proses-proses alamiah dan historis berada dibawah kendali merupakan pembedaan sempurna antara baik dan jahat dan merupakan dasar untuk pahala dan hukuman yang diterima oleh orng jahat dan orang benar (Mzm 1:37-38, Ams 10:3, 11:4). Kebijaksanaan yang berdasarkan pada kecakapan alamiah ini merupakan karunia rahmani sebab kegiatan kreatif Allah sendirilah yang memungkinkan perolehan kebijaksanaan yang demikian itu.

III. Kesimpulan

Dengan memperhatikan keterangan yang dicatatkan dalam kitab Amsal tersebut, maka segala sesuatu yang telah ada di langit dan di bumi sebagai ciptaan-Nya termasuk manusia sekalipun tetap ada di bawah kedaulatan-Nya. Karena Allah pencipta langit dan bumi dan di bawah pimpinan kedaulatan-Nya semua berada”.  Kemahakuasaan Allah yang tidak dapat dipahami ini tidak harus membuat manusia menjauh dan tidak lagi peduli dengan keberadaan Allah, sebab dalam kehidupan manusia masalah akan tetap ada tetapi ketika masalah itu datang tidak ada tempat lain untuk manusia lari dan mencari pertolongan kalau bukan kepada Allah. Kita harus berusaha mengenal Dia dan kuasa-Nya. Tuhanlah satu-satunya yang menjadi tempat sandaran setiap manusia (Ams. 3:26).

Dengan Kuasa dari Allah, Alam semesta dijadikan dengan penuh Hikmat dengan semua sungguh amat baik. Dengan keseluruhan ciptaan Tuhan maka semuanya dapat digunakan dan bermanfaat bagi keseluruhan ciptaan Tuhan. Dengan keterkaitan hikmat dalam proses Allah menciptakan dunia dengan takut akan Tuhan bagi kita manusia maka kepatuhan dan merasakan hikmatnya Tuhan dalam mencipta akan mengena dan terasa bagi seluruh ciptaan-Nya (terkhusus manusia). Manusia membutuhkan hikmat yang dianugerahkan Allah agar dapat berkarya bagi orang lain melalui ciptaan Allah. Marilah kita menerima hikmat dari Tuhan sebab dengan hikmat itu kita akan dapat mengerti Tuhanlah yang meletakkan dasar bumi ini dengan hikmatNya.