MINGGU 16 APRIL 2023, KHOTBAH 1 PETRUS 2:1-5

Invocatio         :

O senina-senina, ola medanak perukurenndu. I bas perkara kejahaten bagi anak-anak si mbaru tubuhlah min pemetehndu, tapi i bas rukur, bagi kalak dewasa min kam (1 Kor. 14:20).

Ogen  :

Jesaya 63:7-10,16 (Tunggal)

Tema :

Ngenanami Kiniulin Tuhan (mengecap kebaikan Tuhan)

 

  1. Dalam bahasa Latin Minggu ini disebut Minggu Quasimodogeniti artinya: ‘seperti bayi yang baru lahir’ (bagi anak si mbaru tubuh), yang haus dan lapar akan susu murni demi suatu pertumbuhan. Istilah Quasimodogeniti ini dikutip dari I Petrus 2:2 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
  1. Konteks penerima 1 Petrus. Kepada siapa 1 Petrus ini dialamatkan? Di psl 1:1-2 “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” Daerah-daerah tersebut berada di dalam provinsi-provinsi Romawi di Asia Kecil (Turki saat ini) di sebelah utara Pegunungan Taurus. Dengan berbagai latar belakang sosial penerima surat ini dan dari latar belakang agama Yahudi maupun non-Yahudi (sebagian besar non-Yahudi-predominately Gentile Christians; Peter H Davids;1990) tetapi yang jelas Petrus mengajak para pembaca surat ini agar percaya bahwa mereka adalah “bangsa Israel yang baru.” (D.A.Carson;2017). Yang mewarisi segala sesuatu yang telah dijanjikan Allah kepada umat pilihan-Nya (bdk. 2:5; 9-10). Mereka telah mengalami pencobaan (1:6), maka Petrus memberi kekuatan kepada mereka dengan mengingatkan mereka akan keselamatan jiwa mereka (1:8-9). Mereka juga diingatkan Petrus bahwa mereka telah dilahirkan kembali (1:23), mereka telah disucikan (ay. 22). Karena ada tertulis “kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (bdk. 1:13-16) Inilah gambaran keadaan jemaat penerima surat ini.
  1. Mereka merupakan petobat baru di dalam Kristus. Mereka telah ditebus dari kehidupan yang lama (1:18-21). Mereka telah menyucikan diri dalam kebenaran sebagai dampak dari kelahiran kembali melalui firman kebenaran (1:22-25). Kehidupan yang lama sudah mereka tanggalkan. Namun, perjalanan belum berakhir artinya tidak boleh berhenti di titik tersebut saja. Mereka perlu terus bertumbuh dalam kebenaran. Menjadi Kristen yang terus-menerus berproses. Menjadi Kristen jangan stagnan!
  1. Perintah yang berdasar. Perintah yang terdapat di ay. 1-3 ini merupakan perintah yang berdasar kepada keadaan mereka di atas. Perintah di ay. 1-3 ini merupakan panggilan untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan realitas spritual bahwa mereka telah meninggalkan keinginan dan kehidupan mereka sebelumnya (1:14, 18 bdk. 2:11; 4:3, 15. Watson & Callan;2012; 42). Kata kerja utama adalah “buanglah-apotothemi” yang bersifat kiasan artinya secara harafiah “melepaskan pakaian” (bdk. Ef. 4:22; Ibr. 12:1-2). Dalam liturgi baptisan awal, calon baptisan akan melepas pakaian lama mereka sebelum pembaptisan dan mengenakan pakaian baru sesudahnya melambangkan penyucian mereka ( P. 43). Lebih daripada itu, alasan untuk menanggalkan hidup lama tersebut adalah karena kita harus “menyesuaikan” dengan Allah yang kita sembah (bdk. 1:15-16). Lebih tepatnya untuk “mengikuti jejak-Nya” seperti yang tertulis di 2:21. Menjadi Kristen yang mengikuti jejak-Nya.
  1. Sehingga senantiasa harus berjuang untuk menghindari dosa-dosa seperti: “kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” (2:1) (jika kita perhatikan maka dosa-dosa ini meliputi tindakan, perkataan dan di dalam hati. Selama ini perkataan atau hati tidak terlalu ditekankan untuk dibaharui.). Berbagai bentuk kehidupan lama tersebut merujuk pada pengalaman pertobatan di bagian sebelumnya (1:18-25). Orang-orang Kristen di Asia Kecil merupakan petobat baru di dalam Kristus. Mereka telah ditebus dari kehidupan yang lama (1:18-21). Mereka sudah ada di titik menjadi seorang yang percaya, tetapi harusnya terus-menerus bertumbuh. Orang yang tidak menanggalkan dosa akan kehilangan kerinduannya terhadap Firman Tuhan, sedangkan orang yang tidak mencari Firman Tuhan tidak akan bisa membuang dosa. Sederhananya, mencintai Tuhan harus membenci dosa, mencintai Tuhan harus mencintai firman-Nya. 
  1. Menjadi bayi yang baru lahir yang merindukan susu yang murni dan yang rohani. Jelas kalimat ini berdasar kepada keadaan mereka saat itu bahwa mereka telah “dilahirkan kembali” (1:23). Keinginan akan susu yang murni tersebut bukan sebuah keinginan biasa saja, tetapi keinginan yang begitu besar (pertumbuhan-kehidupan menjadi taruhannya-benar-benar bergantung terhadap susu murni tersebut). Petrus menggunakan kata bayi tersebut dengan kata artigenneta new born-baru lahir yang betul-betul bergantung kepada air susu ibunya. Dan dalam hal ini merujuk kepada Firman Allah dan atau Yesus Kristus sendiri sebagai Firman Allah yang hidup. Tidak ada pilihan lain. Sebagai bayi rohani membutuhkan pertumbuhan, apa yang memberi pertumbuhan? Jelas! Firman Tuhan (ay. 2 “...olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.”). Akan sama dengan seorang sehat yang mau makan, demikian juga orang yang sehat rohani akan rindu juga makan rohani.
  1. Istilah “bayi rohani” dapat dipahami secara negatif dan positif. Secara negatif dipandang bahwa “bayi rohani” adalah orang yang tidak dewasa dalam iman atau orang yang tidak mengalami pertumbuhan. Jika dalam Ibrani 5 :11-14 dikatakan bahwa “anak kecil” masih membutuhkan susu bukan makanan keras yang tidak memahami ajaran tentang kebenaran, yang belum memiliki panca indera yang terlatih dan lamban dalam hal mendengarkan. Tipologi orang yang dikatakan dalam kitab Ibrani ini adalah tipologi orang yang penting percaya saja, maka pasti selamat, dan baginya tidak perlu bertumbuh (stagnan, pasif, lamban dalam merespon firman Allah). Juga di dalam Galatia 4:3 “Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia,” dipahami bahwa masih tunduk kepada roh-roh duniawi yang kontra dengan Efesus 4:13 “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,”. DEWASA-BAYI ROHANI TIDAK DITENTUKAN USIA, Pendidikan, Ekonomi, juga jabatan, khususnya berapa lama sudah menjadi Kristen. Adapun ciri lain menurut Paulus dalam 1 Kor. 3:1-3 “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” yang belum dewasa adalah mereka yang manusia duniawi yang ada iri hati dan perselisihan. Tetapi berbeda dengan yang terdapat di nats Minggu ini, bayi rohani merujuk kepada mereka yang baru mengalami hidup baru yang seharusnya senantiasa bertumbuh.
  1. 3 setidaknya memiliki hubungan dengan Mzm. 34:9 “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (bdk. Ibr. 6:4-6 “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. ”). Dua kata Yunani terakhir dari ay. 3 ini adalah chrestos (baik) dan kurios (Tuhan). Kata Yunani yang lebih umum untuk kebaikan adalah agathos, tetapi Petrus memilih chrestos di sini mungkin karena kemiripannya dengan Christos, sekaligus memperkenalkan kepada penerima suratnya sumber kebaikan tersebut adalah dari Kristus yang adalah Tuhan tersebut (M. Eugene Boring:1999). Mengecap kebaikan Tuhan mengacu pada pengalaman tentang Tuhan. Tidak dalam arti mencicipi lawan kata makan atau minum sesuatu, tetapi mengalami kualitas pengalaman pribadi dengan Tuhan. Apa yang kita alami? Kebaikan Tuhan pastinya! Kebaikan Tuhan diuraikan dalam hal pengampunan-penebusan. (Peter H. Davids; 1990). Kebaikan Tuhan juga mendorong kita merindukan firman-Nya. Kebaikan Tuhan (utama-Nya penebusan-Nya) menjadi “daya dorong” bagi kita untuk menanggalkan cara hidup lama dan bertumbuh terus-menerus melalui firman-Nya. Penerima kebaikan Tuhan, harusnya menyatakannya dalam hidupnya kebaikan yang dia telah terima dari Tuhan supaya menjadi berkat bagi orang lain. Penerima kebaikan layaknya menjadi kebaikan itu sendiri bagi orang lain. Kebaikan Allah adalah motivasi terbesar untuk belajar terus-menerus akan firman-Nya yang menghidupkan. Hanya orang yang belum mengecap kebaikan Allah yang tidak haus akan kebenaran-Nya.
  1. Datanglah kepada-Nya sebagai batu yang hidup (ay. 4). Bagian ini menjelaskan metafora baru, jika sebelumnya disebut sebagai bayi yang baru lahir tetapi kali ini disebut sebagai batu hidup. Kita tidak dapat memahami dengan jelas mengapa digunakan kata batu hidup ini, tetapi beberapa penafsir menafsirkan sebagai batu karang yang masih dalam proses pembentukan. Namun jika kita perhatikan bagian selanjutnya 6-8, Petrus mengacu kepada Yes. 28:16 yang ditafsirkan Yesus sebagai diri-Nya sendiri (Mat. 21:42). Ayat ini mengacu kepada Yesus sebagai batu hidup-kiasan dari kebangkitan-Nya bahwa Dia hidup. Kita mengetahui bahwa penerima surat ini mayoritas non-Yahudi, sebelumnya menyembah berhala yang terbuat dari batu mati yang tidak bernyawa, tidak memiliki kekuatan untuk membantu mereka. Mereka pasti akan memahami kontras antara berhala yang mati itu dan Kristus sebagai batu yang hidup. (Wayne A. Grudem, 1988). Datanglah kepada-Nya. Dibutuhkan kesediaan dari pihak kita untuk datang kepada-Nya. Datang kepada-Nya sebagai bagian dari penghargaan kita atas kebaikan yang telah kita terima dari-Nya. Seseorang yang telah mengecap kebaikan Tuhan, dia akan setia untuk datang kepada Tuhan. Dia tahu darimana kehidupannya berasal, dia tahu darimana anugerah penebusan yang dia terima, maka dengan sendirinya seseorang itu akan datang kepada-Nya, memiliki kerinduan datang kepada-Nya. Petrus yang diberina nama Yunani Petros oleh Yesus yang berarti batu karang (Mat. 16:18), sekarang berbicara tentang Kristus sebagai batu hidup dan di bagian ini, dan di bagian berikutnya dia berbicara tentang penerima surat ini sebagai batu hidup. Petrus menggunakan kata yang berbeda untuk batu di sini yaitu lithos yang merupakan kata yang sama yang digunakan oleh Yesus ketika berbicara tentang batu yang dibuang oleh tukang bangunan (Mat. 21:42; bdk. Kis. 4:11). Lithos adalah pilihan yang biasa digunakan ketika berbicara tentang batu untuk sebuah bangunan. (John MacArthur;2004)
  1. 5 Petrus mempersamakan penerima suratnya sebagai batu yang hidup dengan Yesus yang adalah batu yang hidup (ay. 4). Dengan latar belakang bahwa Yesus pernah dibuang tetapi kemudian dipilih dan dihormat di hadira Allah (ay. 4). Sebagai batu yang hidup bertujuan untuk menjadi rumah rohani,... imamat yang kudus,.. mempersembahkan persembahan rohani (ay. 5). Tujuan ini disematkan kepada mereka sebagai orang-orang yang lahir baru oleh karena Yesus Kristus (karena Yesus Kristus..., erkelang-kelangken Jesus Kristus. ay. 5). Seolah-olah Petrus menekankan bahwa identitas-identitas yang dulu disematkan kepada umat PL tetapi oleh karena Yesus Kristus-lah, identitas itu juga diberikan kepada mereka. Ini juga merupakan kebaikan Tuhan yang tiada tara, oleh karena Yesus kita menerima identitas yang baru. 
  1. Pertumbuhan dalam persekutuan (komunal). Sebuah batu tidak akan berarti apa-apa jika terpisah dengan batu yang lainnya dalam hal pembangunan. Tuhan ingin menggunakan orang percaya untuk menjadi batu hidup bagi pembangunan rumah rohani. Artinya, setiap orang di antara kita dipanggil untuk membangun komunitas orang percaya. Orang Kristen tidak bisa dan tidak boleh hidup sendiri. Lepas dari komunitas, orang Kristen hanya merupakan sebuah batu yang tidak berguna atau 
  1. tidak berfungsi. Pertumbuhan orang percaya selalu akan dalam wadah komunal. 
  1. Tuhan baik, apakah kita sudah merasakannya? Kebaikan Tuhan kadang tergantung apakah orang tersebut telah mengalami hidup baru atau belum? Atau sudahkah seseorang tersebut menyadari bahwa keseluruhan hidupnya bersumber dari Tuhan? jika belum, maka seseorang tersebut tidak akan merasa bahwa hidupnya telah dianugerahi betapa banyak kebaikan dari Tuhan.
  1. Kiniulin Tuhan dalam setiap tahap kehidupan. Dalam kehidupan kerohanian, tumbuh dan tidaknya iman seseorang tergantung pada dasar/fondasi iman orang tersebut. Ketika iman seseorang dibangun diatas pemahaman yang sempit tentang kebenaran firman Tuhan, maka dengan sendirinya iman tersebut akan mudah lapuk dan hancur dimakan waktu. Pemahaman sempit dimaksud adalah memandang bahwa mengikut Tuhan akan selalu mengalami kelimpahan berkat materi tanpa adanya sebuah proses atau perjuangan. Pemahaman seperti itu sangatlah sempit dan akan melahirkan iman yang lemah. Mengikut Tuhan tidak senantiasa mengalami kehidupan yang serba menyenangkan, ada kalanya kita mengalami pergumulan dan kesulitan, seperti jemaat penerima surat Petrus ini. Tetapi if indeed you have tasted that the Lord is gracious-jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan, kita akan tetap setia kepadanya (bdk. Istilah dalam bahasa Karo-cinanamen)
  1. Menghargai kiniulin-kebaikan Tuhan. Keleng ateta man Tuhan la mungkin keleng ka ateta man dosa. Kebaikan Tuhan menjadi daya dorong utama bagi kita melakukan segala sesuatu. Kebaikan Tuhan mendorong kita bertumbuh. Kebaikan Tuhan menjadikan kita merindukan firman-Nya. Mengecap kebaikan Tuhan, kita sadar bahwa hidup kita seperti M.Luther katakan “simul iustus et peccator’”(dibenarkan tetapi sekaligus tetap berdosa). Kesadaran ini mendorong kita untuk tidak kembali kepada kehidupan lama. Sadar bahwa kita sebenarnya tidak layak menerima kebaikan Tuhan, mendorong kita tetap rendah hati dan merespon kebaikan Tuhan dengan kebaikan, supaya jangan seperti pepatah “air susu dibalas dengan air tuba.

 

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, 

GBKP Rg. Palangka Raya