MINGGU 20 NOVEMBER 2022, KHOTBAH I KORINTUS 15:50-58 (AKHIR TAHUN GEREJAWI)

Invocatio         : Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula (Ibrani 3:14).

Bacaan            : Pengkhotbah 8:9-17

Tema               : Maut telah ditelan dalam Kemenangan


I. PENGANTAR

Manusia pada dasarnya tidak menyukai hal-hal yang tidak bisa diprediksi dan tidak pasti, karena hal itu membuatnya merasa tidak berdaya, cemas, dan takut. Khusus menyangkut kematian dan bagaimana atau kemana perginya orang mati, ada perbedaan kejelasan antara zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjian Baru.

Manusia zaman Perjanjian Lama memahami kematian adalah musuh manusia yang terbesar. Sebab dengan datangnya kematian semua menjadisia-sia, menjadi nol. Pemahaman ini dapat kita mengerti karena di zaman Perjanjian Lama, orang yang mati dipahami pergi ke dunia orang mati (syeol). Tentang sorga tidak banyak disebutkan. Berbeda dengan Perjanjian Baru, kehadiran Kristus dan karya-Nya membuat pemahaman dan harapan akan sorga semakin jelas dan pasti.

Hal ini dapat kita dalami melalui Firman Tuhan yang menjadi bahan invocatio, bacaan dan khotbah kita hari ini.

II. TAFSIRAN

A. Bacaan Pengkhotbah 8:9-17

Firman Tuhan dalam bacaan kita ini memperlihatkan bahwa pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia. Perbuatan manusia tidak dapat mempengaruhi apalagi menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Allah. Allah adalah berdaulat, merdeka.

Dengan memakai kapasitas hikmatnya sebagai manusia, Pengkhotbah berusaha untuk melihat, menganalisa, dan menemukan pola atau petunjuk tertentu untuk memahami segala pekerjaan Allah di tengah dunia ini. Lalu, bagaimana hasilnya ? Pengkhotbah merupakan seorang yang sangat berhikmat. Namun bagaimanapun juga ia mencoba, ia menemukan dirinya begitu terbatas, dan tidak dapat menyelami segala pekerjaan yang Allah lakukan di tengah dunia ini karena antara Allah dan manusia ada jarak dan kesenjangan yang sangat jauh, Allah ada di sorga, manusia ada di bumi (bdk 5:1). Namun satu hal yang pasti adalah Allah tidaklah jahat, Allah tahu apa yang kerjakan-Nya. Allah memiliki hikmat, pertimbangan, rencana, serta pengetahuan yang jauh melampaui hikmat, pertimbangan, dan pengetahuan manusia. Untuk lebih mengenal dan mempercayai Allah, manusia perlu mengakui keterbatasan dirinya dan jangan cemburu apabila melihat orang jahat hidup lama dan “diberkati”. Yang pasti takutlah akan Allah, sebab orang takut akan Allah yang akan beroleh kebahagiaan (ay 12). Lalu, kebahagiaan yang bagaimanakah dan kebahagiaan dimanakah yang dimaksud? Penghkotbah memang tidak menjelaskannya, apakah kebahagiaan di bumi atau setelah tidak di bumi? Mengenai hal ini kita tertolong dengan apa yang ditulis oleh Pdt Emanuel G Singging dalam bukunya “Hidup di bawah Bayang-Bayang Maut”. Beliau menuliskan, “ Kehidupan disini ( bumi) tidaklah terpisah dengan kehidupan disana (setelah meninggalkan bumi). Jika hidup disini anda bersama Allah, maka hidup disana pun anda akan bersama Allah. Hal “sorga” itu bukan soal nanti dan disana, tetapi soal kini dan disini”.

B. Khotbah I Korintus 15: 50-58

Bagian ini merupakan penghujung dari pembahasan Paulus tentang kebangkitan orang-orang mati. Sebagian jemaat di Korintus menolak kebangkitan orang mati atau kebangkitan tubuh (15:12) karena mereka terpengaruh dengan pemikiran duniawi (15:32-33). Dari perspektif dualisme Yunani yang menganggap tubuh (materi) sebagai elemen yang buruk, kebangkitan tubuh memang sukar untuk dipahami, apalagi diterima. Mengapa sesuatu yang “buruk” kelak perlu dikembalikan lagi? Bagaimana tubuh seperti sekarang bisa cocok dengan dunia roh kelak?

Jawaban Paulus terhadap persoalan ini cukup panjang (dari 15:1). Jawaban yang lebih spesifik dan konkrit mulai diberikan di ayat 35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?”). Realitas sehari-hari menunjukkan bahwa perubahan wujud (“tubuh”) sangat dimungkinkan (15:37-38). Allah sudah menyediakan tubuh yang khusus untuk keberadaan yang khusus pula, termasuk kemuliaan yang khusus bagi masing-masing tubuh (15:39-41). Hal yang sama berlaku pada tubuh kita. Dari Adam, kita mewarisi tubuh alamiah yang bisa binasa; di dalam Kristus, kita akan mendapatkan tubuh rohaniah yang kekal (15:42-49).

Teks khotbah ini membawa uraian Paulus lebih maju selangkah. Ada pemikiran baru yang ditambahkan. Paulus menyadari kesulitan yang dihadapi oleh jemaat Korintus seputar kebangkitan tubuh. Memang sukar untuk membayangkan bahwa tubuh yang sekarang ini akan tetap ada sampai kita kelak berada di surga dengan dimensi rohaninya. Paulus “mengamini” pandangan mereka dengan berkata: “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (ayat 50).

Ayat ini berbentuk paralelisme sinonim. Frasa “daging dan darah” sejajar dengan “yang binasa”, sedangkan “Kerajaan Allah” sama dengan “yang tidak binasa”. Yang ingin disampaikan adalah ini: tubuh kita yang sekarang, entah kita berada dalam keadaan hidup atau mati, memang tidak cocok untuk Kerajaan Allah. Tidak masuk akal apabila sesuatu yang dapat binasa bisa berada dan bertahan dalam suatu realitas yang tidak dapat binasa.

Kalau demikian, bagaimana tubuh kebangkitan dapat dimungkinkan? Di mata Paulus, kunci untuk persoalan ini merupakan sebuah rahasia (ayat 51) yang merujuk pada sesuatu yang dahulu masih tersembunyi tetapi di kemudian hari dibukakan. Pembukaan rahasia ini terletak pada karya Kristus (ayat 45-49). Tanpa Kristus, misteri ini tidak akan terbuka dan dipahami. Melalui kebangkitan Kristus, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan antara tubuh lama dan baru. Ada kesinambungan dengan yang lama, namun tidak mungkin persis sama.  

Bagaimana dan kapan perubahan tubuh terjadi? Transformasi ini ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni:

  1. Terjadi melalui kuasa ilahi (ayat 51, 52). Bentuk pasif yang tanpa subjek eksplisit menyiratkan suatu pekerjaan ilahi.
  2. Terjadi dalam sekejap ( ayat 52). Kata ini merujuk pada sesuatu yang tidak bisa dipecahkan lagi, berarti waktu tersingkat yang dapat dibayangkan. Dalam ungkapan modern biasa disebut “dalam sekejap mata”.
  3. Terjadi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 52). Nafiri terakhir biasanya berkaitan dengan tradisi eskhatologis.
  4. Keempat, ada kesinambungan antara tubuh lama dan tubuh baru (ayat 53). Ayat ini menyediakan gambaran yang agak konkrit tentang transformasi tubuh. Tubuh yang lama tidak dimusnahkan, hanya diberi “pakaian yang baru” (lihat kata “mengenakan” ).
  5. Perubahan ini pasti terjadi (ayat 54-55). Apa yang akan terjadi sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Allah. Momen itu akan menggenapi (ayat 54b). Pertanyaan retoris “Hai maut, di manakah kemenanganmu, hai maut di manakah sengatmu?” berasal dari Hosea 13:14. Dalam konteks asli, dunia orang mati (Sheol) dan kematian (maut) berkaitan dengan penghukuman bagi kejahatan Efraim. Dari perspektif kebangkitan Kristus, kejahatan dan maut telah dikalahkan. Apa yang sebelumnya merupakan berita penghukuman bagi umat Tuhan, sekarang justru berubah menjadi ejekan bagi maut sendiri.

Kristus sang Terang, menerangi kegelapan. Di dalam Kristus dan karyaNya yang sempurna membuat apa yang masih tersamar dalam Perjanjian Baru menjadi terang-benderang, termasuk tentang kematian dan segala yang berhubungan dengan kematian. Kristus adalah Raja Penguasa Bumi dan Sorga, Awal dan Akhir. Kematian tidak memadamkan cahaya terang. Kematian hanyalah mematikan lampu, karena fajar telah tiba.

C. Invocatio Ibrani 3:14

Bagian ini merupakan seruan bagi penerima surat yang sedang mengalami penderitaan karena sebagai pengikut Kristus untuk tetap setia kepada Kristus. Bagian yang telah diberi Kristus tidak akan hilang jika berpegang selamanya.                   

III. APLIKASI

Minggu akhir tahun gerejawi biasanya dipakai sebagai momen untuk mengenang saudara/saudari (jemaat) yang meninggal dalam satu tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan bahwa kita yang masih hidup juga pada saatnya akan mengalami hal itu.

Melalui khotbah kita hari ini, kita diingatkan untuk:

  1. Tetap takut akan Allah walaupun kadang cara kerja Allah tidak dapat kita mengerti.
  2. Kristus membuat keselamatan menjadi terang
  3. Apa yang telah dilakukan Kristus diresponi dengan tetap setia kepadaNya ( I Kor 15:58, Ibrani 3:14).

Pdt Pribadi S Meliala- Runggun Tambun