MINGGU 07 AGUSTUS 2022, KHOTBAH LUKAS 9:37-42

“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak 4:7)

Bacaan : Yesaya 14: 12-15 (T)

Tema : YESUS BERKUASA ATAS SETAN

 

Pengantar

Minggu ini GBKP memasuki Minggu Kuasa Allah Menang atas Kuasa Kegelapan. Hingga masa serba digital ini, tema ini masih relevan karena kenyataannya masih ada kita temui orang yang diganggu atau bahkan terikat pada kuasa gelap. Karena itu penting bagi kita untuk terus menguatkan iman bahwa kuasa Allah dalam nama Yesus melebihi semua itu.

Penjelasan Teks

  1. Lukas 9: 37-42 mengikuti peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung, saat pakaian Yesus menjadi putih berkilauan, tampak Musa dan Elia berbicara dengan-Nya, awan menaungi mereka dan ada suara: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Ini disaksikan oleh murid-murid Yesus yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus. Sebuah peristiwa yang menakjubkan. Keesokan harinya Ketika mereka turun dari gunung itu, mereka diperhadapkan dengan orang banyak berbondong-bondong menemui Yesus, dengan membawa berbagai kepentingan dan masalahnya masing-masing. Salah seorang yang berseru meminta Yesus menengok anak satu-satunya hanyalah salah satu dari sekian masalah pada saat itu. Kontras dari peristiwa di atas gunung, saat tiba di bawah harus kembali pada kenyataan. Gambaran ini memang menunjukkan kenyataan dalam pelayanan. Gereja tidak bisa berhenti dan merasa nyaman “di atas” tapi harus turun ke bawah, siap bertemu dengan kenyataan hidup dan berbagai pergumulan jemaat. Yesus diperhadapkan dengan kenyataan di dunia tempat-Nya turun: penderitaan anak yang dikuasai roh jahat, keputusasaan ayahnya, ketidakmampuan murid (selain Petrus, Yohanes, Yakobus) menguasai situasi. Peristiwa iman yang luar biasa di atas gunung itu menjadi persiapan untuk kembali menghadapi situasi tantangan yang sebenarnya, dan Tuhan Yesus menghadapinya dengan kuasa.
  2. Iman dan pengharapan yang diletakkan pada tempat yang tepat, membuahkan hasil. Kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya menggerakkan untuk mencari jalan untuk menyembuhkan si anak. Walau belum bertemu dengan Yesus, ia meminta kepada murid-murid untuk menyembuhkan anaknya namun tidak berhasil. Ia tetap setia menunggu sampai bisa bertemu dengan Yesus. Secara medis, gejala yang dialami anak itu mirip epilepsi atau penyakit ayan (RSV menerjemahkan epileptic), tetapi zaman itu segala macam penyakit dianggap ditimbulkan oleh kuasa roh-roh jahat. Sang ayah hanya berharap Guru yang sudah membuat berbagai mujizat itu juga berkenan menengok anaknya. Dari antara orang banyak yang berbondong-bondong itu, ia berseru kepada Yesus dan memohon. Ia hanya ingin menemui Yesus, berseru memohon kepada Yesus karena hanya itulah yang bisa menyelamatkan dan menyembuhkan anaknya. Puji Tuhan, usahanya berbuah hasil. Ia bisa menjumpai, berseru, dan Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu. Yesus berkuasa atas segalanya, termasuk atas penyakit dan atas roh jahat. Tidak ada yang melebihi kuasa Tuhan Yesus. Janganlah ada yang meragukan ini.
  3. “Angkatan yang tidak percaya” (Ul 32:5, Flp 2: 15) Sebagian penafsir mengartikan ini berarti murid-murid, Calvin mengartikan ini adalah Ahli Taurat, tapi kemungkinan semuanya yang hadir di sana jadi tujuan kalimat Yesus ini. Semua manusia dipenuhi oleh penderitaan duniawi sehingga tidak bisa fokus pada kuasa Tuhan. Baik yang berbondong-bondong datang juga murid Yesus tidak bisa mengalahkan pergumulan duniawi dengan kuasa Tuhan yang seharusnya ada pada mereka. Yesus juga menyiratkan bahwa tidak akan selama-lamanya IA berada di dunia bersama-sama dengan kita. Maka setiap yang hadir di sana, juga pada kita pembaca masa kini disampaikan bahwa seharusnya kita punya iman yang cukup teguh untuk mengalahkan pergumulan duniawi, termasuk mengusir roh jahat. Jangan menjadi “Angkatan yang tidak percaya dan sesat”. Ini menjadi mungkin bukan dengan kekuatan dan kehebatan apalagi reputasi kita, tapi karena kita tunduk pada kuasa Allah. Seperti Invocatio “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak 4:7) Iblis itu takut dan gentar pada orang-orang percaya yang mengandalkan Tuhan, bukan sebaliknya.

Pointer Aplikasi

  1. Pengalaman iman bersama Tuhan tidak hanya untuk dinikmati di atas gunung, tetapi harus berwujud dalam karya di bawah bagi sesama. Dunia pelayanan tidak bisa terlepas dari pergumulan. Saat kita dikuatkan, kita diminta untuk menguatkan. Saat kita diberkati, kita disuruh untuk memberkati. Semua yang kita terima dari Tuhan tidak bisa berhenti pada diri kita, melainkan dialirkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Orang percaya tidak pernah lelah memberi pertolongan dan mengerjakan pelayanan bagi orang lain. Jangan menutup mata terhadap pergumulan di sekitar kita. Kita ada untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Kita ada untuk jadi alat Tuhan menunjukkan besarnya kuasaNya atas segala yang ada di dunia ini.
  2. Kuasa manusia terbatas, kuasa Tuhan tidak terbatas. Kita perlu memahami bahwa manusia (hamba Tuhan) yang melakukan pengusiran setan pun diberi kuasa, bukan karena kehebatannya sendiri, maka janganlah mengkultuskan hamba Tuhan. Tetap kemuliaan dan kepercayaan tiada ragu hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang sanggup melepaskan kita dari belenggu jahat. Tuhan dapat bekerja di dalam kita dan melalui kita orang percaya. Berdoa dan jaga hidup selalu terkoneksi dengan Tuhan melalui firmanNya dan melalui berbagai pengalaman iman sepanjang hidup. Ini menjadi kekuatan kita agar tidak kalah oleh pergumulan dunia. Terkadang solusi yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya instan tapi membawa kepada kehancuran (kalau sakit menahun dianjurkan berobat ke guru, saat ada yang kerasukan dipanggil dukun, dll). Kenapa harus berharap kepada manusia kalau kita punya Allah yang berkuasa atas segalanya?
  3. Dimasa kini, bentuk gangguan setan atau Iblis bukan hanya dalam bentuk kejang, mulut berbusa dan sakit penyakit. Tetapi hadir lewat tawaran yang menarik, popularitas, kekayaan, kecantikan dan banyak lagi. Semua ini tujuannya hanya satu: membawa manusia menjauh dari Tuhan. Maka perlu kita waspada setiap saat, menjaga diri dan menjaga iman kita agar tetap dekat pada Tuhan. Itulah kekuatan paling besar dan paling mutlak yang ada di dunia ini.

 

Pdt. Yohana br Ginting-Runggun Cibubur