Minggu 17 November 2019, Khotbah Kisah Para Rasul 16:25-34

Invocation :

Mazmur 103:17, Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu. 

Bacaan :

Ulangan 12:1-7

Tema :

Keluarga yang percaya akan senantiasa bergembira

Pendahuluan
Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan bagian dari rencana Allah untuk menghadirkan keselamatan dan kebahagian bagi umat manusia. Karena itu manusia pertama langsung dipersatukan dalam ikatan keluarga, Adam dan Hawa diberkati sebagai suami istri.Untuk menghadirkan keselamatan (kerajaan Allah) di dunia makagerejamelakukan pemembinaan terhadap jemaat juga dilakukan dalam lingkup kekeluargaan. Demikian juga Persekutuan dalam gereja terdiri dari keluarga-keluarga Kristen. Keluarga Kristenadalah persekutuan ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya dan meneladani serta menjalankan ajaran Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga keluarga juga dapat disebut sebagai miniature gereja.

Pembahasan
Mazmur 103 mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan atas keuntungan dan berkat yang telah dilimpahkanNya atas umat yang percaya padaNya. Bahwa kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya artinya kasihNya lebih dari hidup itu sendiri, karena hidup manusia ada batasnya, bahkan bisa diartikan kasih Tuhan melampaui hidup manusia yang hanya seperti rumput (ay 15). Bagi orang yang takut akan Tuhan, berlaku janji keselamatan dan keadilan Tuhan bahkan akan terus berlaku juga bagi anak dan cucunya. Bisa disimpulkan bahwa kasih Tuhan tak berkesudahan bagi keluarga yang takut akan Dia (baca: mengasihi Tuhan).

Bangsa Israel menerima ketetapan dari Tuhan untuk memusnahkan tempat peribadatan bangsa-bangsa terdahulu yang mereka dapati di tanah perjanjian. Hal ini tentu saja dilatar belakangi oleh perjalanan hidup bangsa Israel sendiri yang dapat dengan mudahnya tergoda untuk menyembah ilah-ilah lain. Untuk menghindarkan bangsa Israel dari penyembahan terhadap ilah-ilah lain di tanah Kanaan,selain peribadahan dalam dalam rumah tangga (Ul 6:7,20) maka disepakatilah pemusatan peribadahan bagi mereka. Dalam ayat 5 disebutkan bahwa Allah sendirilah yang akan memilih tempat tersebut dan hanya ketempat tersebutlah mereka dapat membawa segala persembahan mereka (ay 6), tempat ini kemudian kita kenal dengan bait suci di Yerusalem. Tujuan dari pemusatan ibadah ini adalah untuk mencegah setiap orang melakukan ibadah dan tindakan menurut keinginan dan pandangannya masing-masing ditanah baru mereka tempati (ay 8-9). Tempat ibadah tersebut juga memiliki fungsi social, seperti yang dicatatkan dalam ayat 7, yaitu sebagai tempat keluarga (kamu dan seisi rumahmu) untuk bersukaria dihadapan Tuhan. Sukaria keluarga tersebut diekspresikan dengan acara makan bersama (miriplah dengan orang Karo yang juga selalu mengekspresikan sukacitanya dengan makan bersama).Alasan untuk bersukaria tersebut adalah karena keluarga telah menerima berkat Tuhan dalam segala usahanya. Sehingga keluarga yang bahagia adalah keluarga yang senantiasa mengucap syukur, pertama-tama syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kemudian syukur karena berkat melimpah yang diterima setiap harinya.

Paulus dan Silas mengalami penderitaan di penjara, kaki terbelenggu dan tubuh mereka terluka karena di dera/ dicambuk (ay 22-24), hukuman ini dijatuhkan karena mereka dianggap bersalah ketika mengabarkan Injil diantara masyarakat dikota Filipi, ada kelompok yang merasa dirugikan dan menuduh Paulus dan Silas mengacau kota dengan mengajarkan adat-istiadat Yahudi (ay19-21). Namun ditengah penderitaan fisik ini pun mereka senantiasa berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah, yang mereka lakukan adalah mengucap syukur dalam penderitaan. Doa dan pujian didengar oleh tahanan lain bahkan kemudia mendatangkan gempa hebat yang mengakibatkan:Sendi-sendi penjara goyah; Seketika terbukalah semua pintu; Terlepaslah belenggu mereka; Kepala penjara terjaga dari tidurnya (kepala penjara yang tadinya membelenggu kaki Paulus dan Silas). Kondisi ini membuat kepala penjara berpikir bahwa seluruh orang hukuman telah melarikan diri, dan bukannya mencoba mengejar atau pun meminta tolong untuk mencari orang-orang hukuman yang dikiranya sudah lari malahan dia menghunus pedangnya untuk tujuan membunuh diri sendiri.Mengapa seseorang mau membunuh diri sendiri? Menurut hellosehat.com penyebabnya adalah karena depresi, sikap impulsive (melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati), masalah social (dikucilkan/ bullying), filosofi kematian (mereka melihat tidak ada peluang untuk hidup), dan sakit mental. Dan saya kira kita sepakat bahwa kegembiraan ditengah keluarga akan menjauhkan anggota keluarga dari keinginan/ pikiran untuk bunuh diri.Mungkin rasa takut atas akibat dari kejadian gempa hebat,karena tahanan yang menjadi tanggung jawabnya dianggapnya sudah melarikan diri membuat kepala penjara mengambil keputusan instan tersebut.

Kita bisa saja beropini tentang penyebab kepala penjara tersebut ingin bunuh diri namun satu-satunya persoalan yang ditanyakannya kepada Paulus dan Silas adalah tentang keselamatannya. Katanya “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” dan jawaban yang diterimanya “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Keinginannya untuk tetap hidup menjadi jalan masuk bagi Paulus dan Silas memperkanlakan Juru Selamat. Peristiwa gempa hebat dipenjara akhirnya bukan semata untuk membebaskan Paulus dan Silas tapi untuk mendatangkan keselamatan bagi kepala penjara dan keluarganya. Maka Injil diberitakan kepada kepala penjara dan semua orang yang ada dirumahnya, sekeluarga menjadi percaya dan memberi diri untuk dibabtis. Ayat 34, kembali kita bertemu dengan keluarga yang bergembira karena lawatan Tuhan dalam hidupnya dan ekspresi sukacita itu dilakukan dengan makan bersama.

Kesimpulan
1. Secara sederhana kesimpulan pertama dari Firman Tuhan diatasmaka haruslah mengadakan quality time bersama keluarga sangat penting dan yang dimaksud adalah dalam bentuk makan bersama.
2. Keselamatanoleh Tuhan Yesus yang di terima akan mengubahkan hidup sekeluarga dan juga memampukan kita untuk hidup penuh rasa syukur bersama keluarga yang Tuhan anugrahkan.
3. Keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Allah, bagian dari tubuh Kristus di dunia ini.
4. Sukacita ditengah keluarga bukanlah hal yang datang dari pencapaian dunia tapi karena seluruh keluarga memiliki iman percaya kepada Tuhan Yesus.
5. Kedekatan dan kebersamaan dalam keluarga akan menghindarkan anggota keluarga dari depresi dan pengaruh buruk/ negatif lingkungan dan teknologi.

Pdt. Erlikasna Purba
Runggun Denpasar